MITIGASI LAHAN TERDEGRADASI AKIBAT PENAMBANGAN MELALUI REVEGETASI

2019 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 50-60
Author(s):  
E. Hanggari Sittadewi

Salah satu dampak negatif dari aktifitas penambangan adalah terjadinya degradasi lahan. Degradasi lahan ditandai dengan menurunnya kondisi fisik, kimia dan biologi. Mitigasi atau upaya pencegahan harus dilakukan agar tidak berlanjut ke kondisi yang lebih parah. Revegetasi adalah langkah yang dapat dilakukan untuk mitigasi lahan terdegradasi tersebut. Keberhasilan revegetasi tergantung pada pemilihan vegetasi yang adaptif dan cepat tumbuh sesuai dengan karakteristik tanah, iklim dan kegiatan pasca  penambangan. Selain itu perbaikan kondisi fisik, kimia dan biologi lahan juga ikut menentukan keberhasilan revegetasi. Beberapa jenis tanaman cepat tumbuh (Fast Growing Plant) yang umum digunakan untuk revegetasi adalah sengon laut (Paraserianthes falcataria), akasia (Acasia mangium, Acasia crassicarpa), Lamtoro (Leucaena glauca), turi (Sesbania grandiflora), gamal (Gliricidia sepium). Selain tanaman cepat tumbuh, tanaman lokal juga menjadi pilihan untuk revegetasi. Keberhasilan revegetasi akan meningkatkan kadar bahan organik dan memperbaiki siklus hara serta meningkatkan jumlah dan aktifitas mikroba. Hal ini akan memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi sehingga degradasi lahan pasca penambangan tidak terjadi lebih buruk.

2015 ◽  
Vol 771 ◽  
pp. 161-164
Author(s):  
Mufti Esofita ◽  
Mitra Djamal ◽  
Warsito P. Taruno ◽  
Mahfudz Al Huda ◽  
Marlin Baidillah ◽  
...  

A capacitance sensor has been designed to investigate the correlation between wood capacitance value, Janka hardness rating and density. The sensor was developed based on parallel plates using copper as the electrodes. Capacitance values were measured using CV-circuit, 20 Vp-p, 2.5 MHz. Five wood specimens from forest plantation that is Karet (Hevea brasiliensis), Pulai (Alstonia sp.), Pinus (Pinus mercusii), Sengon (Paraserianthes falcataria), and fast growing teak (Tectona grandis) were tested. Each specimen was measured in tangential and radial directions under 0% moisture content conditions. The designed sensor was capable to distinguish the capacitance values in tangential and radial directions. The measurement results showed that wood capacitance value has a good relation with wood’s hardness and density.


2018 ◽  
Vol 28 (3) ◽  
pp. 213
Author(s):  
Eko Marhaeniyanto ◽  
Sri Susanti

The aim of this research was to study the in vitro ruminal fermentability of supplementation of <em>Gliricidia sepium, Moringa oleifera</em>, Lamk (<em>MOL</em>), <em>Ceiba pentandra</em> and <em>Paraserianthes falcataria </em>leaf meal in concentrate feed to be tested on sheep.<strong> </strong>This research with the experimental methods was arranged in Randomized Block Design (RBD) with 6 treatments and 3 groups. The treatment feed tested consisted of concentrate without leaves and concentrate with leaf meal supplementation. Crude protein content (CP) concentrates were prepared 16%, 18% and 20%. Supplementation uses a mixture of <em>Gliricidia sepium, MOL</em>, <em>Ceiba pentandra</em> and <em>Paraserianthes falcataria </em>leaf meal in concentrate feed (1: 1: 1: 1) as much as 10%, 20% and 30%. The measured variables were  degradation of dry matter (DDM) and degradation of organic matter (DOM), gas production rate, microbial biomass and NH<sub>3</sub> concentration. The use of mixed leaf meal in concentrate feed resulted in in vitro DDM as well as concentrate feed without leaf meal supplementation. Supplementation of leaf meal in concentrate feed as much as 30% with CP 20% resulted in a decrease in the value of fermentability. The supplementation of leaf meal in concentrate feed as much as 20% in concentrate feed with CP 18% produced the best fermentability value. Suggested for in-vivo trials on sheep using 18% protein concentrate feed by utilizing <em>Gliricidia sepium, MOL</em>, <em>Ceiba pentandra</em> and <em>Paraserianthes falcataria </em>leaf meal in concentrate feed as cheap protein sources.


2021 ◽  
Vol 842 (1) ◽  
pp. 012074
Author(s):  
W M N W A Rahman ◽  
N Y Yunus ◽  
M F Sa’ad ◽  
M F M Amin ◽  
M A N Mohamad ◽  
...  

2017 ◽  
Vol 236 ◽  
pp. 97-105 ◽  
Author(s):  
Nitesh K. Mund ◽  
Debabrata Dash ◽  
Chitta R. Barik ◽  
Vaibhav V. Goud ◽  
Lingaraj Sahoo ◽  
...  

2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Marselinus Hambakodu ◽  
Alexander Kaka ◽  
Yessy Tamu Ina

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kecernaan NDF, kecernaan ADF dan kecernaan hemiselulosa pada hijauan pakan tropis secara in vitro. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 jenis pakan hijauan tropis dan cairan rumen kambing PE berfistula yang diberi pakan dengan kandungan PK 12% dan TDN 62%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap 8 perlakuan pakan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari P1 = turi (Sesbania grandiflora), P2 = nangka (Artocarpus heterophyllus), P3 = pisang (Musa acuminate), P4 = mangga (Mangifera indica L.), P5 = gamal (Gliricidia sepium), P6 = mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.), P7 = kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan P8 = lamtoro (Leucaena leucocephala). Data dianalisis menggunakan ANOVA taraf 5%, dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecernaan NDF, kecernaan ADF, dan kecernaan hemiselulosa berbeda nyata (P<0,05). Hijauan pakan tropis lamtoro, kaliadra dan gamal memiliki kecernaan NDF, kecernaan ADF lebih tinggi dibandingkan turi, nangka, pisang, mangga, dan mahoni, namun kecernaan hemiselulosa kaliandra, manga dan lamtoro tertinggi. Kesimpulan, hijauan Leucaena leucocephala, Calliandra calothyrsus, dan Gliricidia sepium memiliki kecernaan NDF tertinggi (70,34%; 66,26% dan 62,29%), dan kecernaan ADF tertinggi (53,79%; 48,08%; dan 58,91%), namun kecernaan hemiselulosa tertinggi adalah Calliandra calothyrsus, Mangifera indica L, dan Leucaena leucocephala (18,18%; 17,80% dan 16,55%).Kata kunci: in vitro, hijauan tropis, kecernaan, serat ABSTRACTThis research was conducted to evaluate neutral detergent fiber digestibility, acid detergent fiber digestibility, and hemicellulose digestibility on tropical browse plants in vitro. The materials used in this research were 8 types of tropical forages and rumen fluid from Etawa Crossbreed goat fistulated with CP 12 % and 62 % TDN. The experimental design used was the completely randomized design of 8 feed treatments and 3 replications. Treatments consisted of P1 = Sesbania grandiflora, P2 = Artocarpus heterophyllus, P3 = Musa acuminata, P4 = Mangifera indica L., P5 = Gliricidia sepium, P6 = Swietenia mahagoni (L.) Jacq, P7 = Calliandra calothyrsus, and P8 = Leucaena leucocephala. Data were analyzed using ANOVA 5%, and continued by Duncan test. The results of the study showed that neutral detergent fiber digestibility, acid detergent fiber digestibility, hemicellulose digestibility were significantly (P<0.05). Tropical forages of Leucaena leucocephala and Gliricidia sepium were highest neutral detergent fiber digestibility (70,34% and 62,29%), and highest acid detergent fiber digestibility (57,14% and 58,91%), with hemicellulose digestibility (64,10% and 65,00%).Keywords: digestibility, fiber, tropical browse plants, in vitro


2015 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 42
Author(s):  
Ali Munawar ◽  
Wiryono Wiryono

Revegetation is an important part of reclamation activities of mined land, partly due to potential CO2 absorption from theatmosphere, particularly through photosynthetic reactions. This research was aimed to calculate the amount of C absorbedby two major fast growing legume species in most reclaimed mined lands in Indonesia, mangium (Acacia mangium) andalbizia (Paraserianthes falcataria) at four years of age. Three tree samples of each species were destructively taken fromthe reclaimed mined land belong to PT Bukit Asam (PERSERO) Tbk, Tanjung Enim, South Sumatra to obtain plant biomassproduction of both above and below ground. The above ground plant biomass was separated into leaf, branches & twigs,and stem. All these components and the below ground biomass (roots) were then weighed for fresh weight determination.About 200 g of these tree components were dried in an oven at 70oC to obtain their dry weights, and then ground into 60mesh diameter for C analysis using wet destruction method of Walkley and Black. The results showed that up to the fourthyear, mangium sequestered C almost double of that sequestered by sengon stands, 21.66 and 10.35 kg C/tree respectively.


Pastura ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 71 ◽  
Author(s):  
Suharlina Suharlina ◽  
L. Abdullah ◽  
DA Astuti ◽  
Nahrowi Nahrowi ◽  
A Jayanegara

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi karakteristik fermentasi beberapa jenis leguminosa di dalam cairan rumen kambing secara in vitro. Desain penelitian menggunakan rancangan acak kelompok pada 7 jenis tanaman dalam 4 kelompok cairan rumen yang berbeda. Tanaman leguminosa yang digunakan antara lain, Alfalfa (Medicago sativa), Angsana (Pterocarpus indicus), Gamal (Gliricidia sepium), Indigofera (Indigofera zollingeriana), Kaliandra (Calliandra callothyrsus), Lamtoro (Leucaena leucochephala), dan turi (Sesbania grandiflora). Peubah yang diamati antara lain produksi gas total, kecernaan bahan kering, bahan organik, dan protein. Data dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi gas tanaman indigofera dan alfalfa lebih memperlihatkan tren yang lebih tinggi dibandingkan empat tanaman lainnya. Kecernaan bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO) memperlihatkan perbedaan yang nyata (P<0,01) dimulai dari yang tertinggi adalah Indigofera, alfalfa, gamal, turi, lamtoro, kaliandra dan angsana. Terdapat interaksi yang nyata (P<0,05) antara perlakuan dan kelompok. Tanaman I zollingeriana memiliki karakteristik fermentasi rumen yang lebih baik dibandingkan tanaman leguminosa lainnya.Kata kunci: fermentasi rumen, in vitro, leguminosa


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document