scholarly journals Inventarisasi Jenis Tumbuhan Berbunga Epifit Yang Berpotensi Sebagai Tanaman Hias di Kawasan Taman Wisata Alam Sicike-Cike Dairi Sumatera Utara

2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 69-77
Author(s):  
Tresya Br Tarigan ◽  
Emmy Harso Kardhinata ◽  
Jamilah Nasution

Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan berbunga epifit yang berada di Taman Wisata Alam (TWA) Sicike-cike dan potensinya sebagai tanaman hias. Pengambilan sampel dilapangan dilakukan secara sengaja (purposive sampling) menggunakan line transect yaitu membuat plot (20 x 20 m) sebanyak 5 plot dan jarak setiap plot 50 m. Data jenis-jenis tumbuhan berbunga epifit yang diperdagangkan diperoleh dengan melakukan wawancara dengan para pedagang hias di Berastagi. Hasil penelitian yang dilakukan ditemukan 25 jenis tumbuhan epifit yang terdapat di kawasan hutan Sicike-cike, yang terdiri dari 6 famili, 14 Genus. Famili Orchidaceae merupakan famili yang paling banyak jenisnya dijumpai yaitu 18 spesies, yang tergolong ke dalam 8 genus. Famili Araceae merupakan famili kedua terbayak yaitu 2 spesies, yang tergolong ke dalam 2 genus. Famili Rubiaceae yaitu 2 spesies. Famili Melastomataceae, famili Urticaceae dan famili Gesneriaceae ditemukan masing-masing yaitu 1 spesies. Data hasil wawancara yang dilakukan dengan pedagang tanaman hias ditemukan 3 famili tumbuhan epifit, yaitu Orchidaceae, Bromeliaceae, dan Asclepiadaceae. Dari hasil yag ditemukan di TWA Sicike-cike dan pedagang tanaman hias hanya ada satu jenis tumbuhan epifit yang diperjualbelikan yaitu Ceologyne speciosa, sedangkan di pedagang online ditemukan Trichotosia ferox dan Bulbophyllum laxiflorum yang diperjualbelikan sebagai tanaman hias

Elkawnie ◽  
2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 133
Author(s):  
Juhardi Sembiring ◽  
Taufiq Siddiq Azvi

Abstract : Orangutan is classified as an endangered species. Forest clearance for a variety of purposes and functions over the region led to the limited habitat for orangutans. Orangutans habitat is fragmented into several regions led to the survival of a population of a species depends on habitat conditions. Performing a nest survey is important to give a deeper understanding of the ecology and help determine the best protective management measures. We provide basic data of orangutan density and orangutan nesting characteristics in protected forest area Sibongkaras village. This study was conducted in April 2019 until June 2019 in protected forest area Sibongkaras village, Pakpak Bharat. Tracking begins with observed the presence of a nest based on a purposive sampling method. And data retrieval was done by line transect method. Data analyzed at Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara. Our result showed that the orangutan population density was 0.0072 individuals/km2 or 0.72 individuals/ha. The dominant position of the nest is in a position which is a position I nest close to the main stem of the tree with the nest number 13 (43.3%). Generally, the nest is found at an altitude of  >15 meters with a sum of 27 nests (90%).Abstrak : Orangutan diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam punah. Penebangan hutan untuk berbagai tujuan dan fungsi di kawasan tersebut menyebabkan terbatasnya habitat orangutan. Habitat orangutan yang terfragmentasi menjadi beberapa wilayah menyebabkan kelangsungan hidup suatu populasi suatu spesies tergantung pada kondisi habitat. Melakukan survei sarang penting untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang ekologi dan membantu menentukan langkah-langkah manajemen perlindungan terbaik. Kami menyediakan data dasar kepadatan orangutan dan karakteristik sarang orangutan di kawasan hutan lindung Desa Sibongkaras. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2019 hingga Juni 2019 di kawasan hutan lindung Desa Sibongkaras, Pakpak Bharat. Pengamatan dimulai dengan mengamati keberadaan sarang berdasarkan metode purposive sampling. Dan pengambilan data dilakukan dengan metode transek garis. Data yang diperoleh di analisis di Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara. Hasil Penelitian kami menunjukkan kepadatan populasi orangutan di 0,0072 individuals/km2 atau 0,72 individu / ha. Posisi sarang yang dominan adalah pada posisi sarang yang berada di posisi paling dekat dengan batang utama, dengan jumlah sarang 13 (43,3%). Umumnya sarang ditemukan di ketinggian > 15 meter dengan jumlah 27 sarang (90%).


Jurnal MIPA ◽  
2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Klion Ngongira ◽  
Marnix L. D. Langoy ◽  
Deidy Yulius Katili ◽  
Pience V. Maabuat

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal. Penelitian ini dilaksanakan di pantai Tongkaina dengan menggunakan metode observasi lapangan pada purposive sampling dengan garis transek kuadrat. Analisis data meliputi perhitungan dengan rumus Krebs dan Fachrul, identifikasi jenis lamun dan penentuan indeks keanekaragaman menggunakan Shannon Wiener. Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Holodule pinifolia dan Syringodium isoetifolium. Lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii memiliki penyebaran terluas, karena ditemukan di seluruh transek pada lokasi penelitian. Jenis yang jarang dijumpai adalah Halophila ovalis dan Holodule pinifolia. Jumlah individu yang ditemukan adalah 2993 individu. Nilai indeks keanekaragaman di pesisir Pantai Molas memperlihatkan bahwa di wilayah ini keanekaragaman jenis lamun sedang bila dibandingkan dengan 13 lokasi lainnya di Indonesia.Sea grasses are flowering plants that can grow well in shallow marine environments. This research was conducted in Tongkaina Beach using field observation, with purposive sampling using line transect squares. Data analysis was performed using the formula of Krebs and Fachrul. Identification of sea grass and determination of diversity index is done using Shannon Wiener. Results obtained in this research showed that there are seven types of sea grasses, namely Enhalus acaroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodecea rotundata, Cymodocea serrulata, Holodule pinifolia, and Syringodium isoetifolium. Enhalus acoroides and Thalassia hemprichii have wide distribution because they can be found in all transect line at research site. Species that are rarely found are Halophila ovalis and Holodule pinifolia. Number of individual found was 2993. Value of diversity index at Tongkaina Beach showed that this area has moderate sea grass diversity compared to other 13 locations in Indonesia.


2017 ◽  
Author(s):  
Rochmady Rochmady ◽  
Sharifuddin Bin Andy Omar ◽  
Lodewyck S Tandipayuk

The research aims to analyze the density of mud clams Anodintia edentula Linnaeus, 1758 relation to environmental parameters, covering organic material content and composition of sediment in Muna regency. Research carried out in coastal Lambiku and Tobea island. The sample collection begins in March until May 2011, intervals collection example once a month for three months. A collection of mud clams example in a plot trasek (Line Transect Plot) is determined (purposive sampling). A plot observation based on three categories, Plot I near coast, Plot II the transition and Plot III far from the beach, intervals 50m each a plot observation. Analysis data the density use Krebs (1978) formula, relations of density and environmental parameters use corelation and descriptif analysis. The research results show that the density is different of mud clams between Tobea island and coastal Lambiku. The density of mud clams on the Tobea island have higher is 33 ind m-2 or 29-40 ind m-2. While density of mud clams in coast Lambiku is 10 ind m-2 or 8-11 ind m-2. The density of mud clams far from the beach between the coastal areas relatively different. While composition sediment and the organic matter on Tobea island and coastal Lambiku relatively is the same. Phosphates and sulphur concentration on the Tobea island each of 13,90 ppm and 15,76 ppm. Phosphates and sulphur concentration in coastal Lambiku each of 14,55 ppm and 17,01 ppm. Phosphate and sulfur concentrate far from shore show organic material content of sulphur and phosphates is high with density mud clams.


2017 ◽  
Author(s):  
Rochmady Rochmady ◽  
Sharifuddin Bin Andy Omar ◽  
Lodewyck S Tandipayuk

The research aims to analyze the density of mud clams Anodintia edentula Linnaeus, 1758 relation to environmental parameters, covering organic material content and composition of sediment in Muna regency. Research carried out in coastal Lambiku and Tobea island. The sample collection begins in March until May 2011, intervals collection example once a month for three months. A collection of mud clams example in a plot trasek (Line Transect Plot) is determined (purposive sampling). A plot observation based on three categories, Plot I near coast, Plot II the transition and Plot III far from the beach, intervals 50m each a plot observation. Analysis data the density use Krebs (1978) formula, relations of density and environmental parameters use corelation and descriptif analysis. The research results show that the density is different of mud clams between Tobea island and coastal Lambiku. The density of mud clams on the Tobea island have higher is 33 ind m-2 or 29-40 ind m-2. While density of mud clams in coast Lambiku is 10 ind m-2 or 8-11 ind m-2. The density of mud clams far from the beach between the coastal areas relatively different. While composition sediment and the organic matter on Tobea island and coastal Lambiku relatively is the same. Phosphates and sulphur concentration on the Tobea island each of 13,90 ppm and 15,76 ppm. Phosphates and sulphur concentration in coastal Lambiku each of 14,55 ppm and 17,01 ppm. Phosphate and sulfur concentrate far from shore show organic material content of sulphur and phosphates is high with density mud clams.


2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Jayens Alotia ◽  
Saroyo Saroyo ◽  
Sendy Rondonuwu

Biodiversitas Burung pada Perkebunan Kelapa di Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara(Bird Biodiversity in Coconut Plantation in North Minahasa Distric, North Sulawesi Province) Jayens Alotia1)*, Saroyo1), Sendy Rondonuwu1)1)Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115*Email korespondensi: [email protected] Diterima  1 Februari 2019, diterima untuk dipublikasi 28 Februari  2019 Abstrak Burung memerlukan tempat atau ruang yang digunakan untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain, dan tempat berkembang biak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biodiversitas burung pada habitat perkebunan kelapa di Kabupaten Minahasa Utara. Pengambilan data dilaksanakan dari bulan Desember 2017 sampai dengan bulan Maret 2018 di perkebunan kelapa di Desa Maumbi, Desa Tatelu dan Desa Pinili  Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.  Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode survei. Teknik penentuan petak contoh menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Petak contoh ditentukan sebanyak 3 transek berbentuk garis transek (line transect) dengan panjang masing-masing transek 2000 m dan lebar 20 m dengan pengambilan data sebanyak 5 kali. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil sebanyak 23 jenis burung dengan indeks biodiversitas sebesar 2.76, dari 23 jenis burung tersebut diketahui jumlah jenis burung yang dianggap kurang mengkhawatirkan (LC) terdapat 21 jenis burung, sedangkan status rentan (VU) terdapat 1 jenis yaitu Penelopides exarhatus dan status hampir punah (NT) terdapat satu jenis yaitu Accipiter nanus.Kata kunci: biodiversitas, burung, perkebunan kelapa, Kabupaten Minahasa Utara. Abstract Birds buy places or spaces that are used to find food, drink, shelter, play, and breed. This study aims to analyze biodiversity in coconut plantation habitat in North Minahasa Regency. Data collection was carried out from December 2017 to March 2018 in coconut plantations, North Minahasa Regency, North Sulawesi Province in Maumbi Village, Tatelu Village, Pinili Village. Data retrieval is done using the survey method. The sampling technique uses purposive sampling method which is a sample selection technique with certain considerations. Sample plots are determined by 3 transects, forming line transects (line transects) with the length of each transect of 2000 m and width of 20 m by taking data 5 times. Based on research conducted in plantation habitats, North Minahasa Regency obtained research on species of birds on plantations in North Minahasa Regency, North Sulawesi Province, which consisted of 23 species of birds with a biodiversity index of 2.76, of 23 species of birds there are according to the type of bird that is considered less alarming (LC) there are 21 species of birds, while the vulnerable status (VU) there is 1 type, Penelopides exarhatus and the status is almost extinct (NT) there is 1 type, Accipiter nanus. Keywords: biodiversity, birds, coconut plantations, North Minahasa Regency.


Author(s):  
Ni Nyoman Ely Kristiyanti ◽  
I Ketut Ginantra ◽  
Ida Ayu Astarini

Adanya pembangunan dapat merubah komposisi, struktur vegetasi hutan mangrove. Pembangunan juga dapat mengurangi serapan gas karbon yang ada di hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui komposisi, struktur vegetasi mangrove pada areal hutan mangrove di taman hutan raya Ngurah Rai Denpasar, (2) mengetahui keadaan biomasa dan potensi cadangan karbon mangrove di Tahura Ngurah Rai Denpasar. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Line Transect Plot. Sepanjang garis transek dibuat plot-plot berukuranm10mx10m, 5mx5m dan 2mx2m Untuk mengetahui potensi serapan karbon dalam penelitian digunakan metode Purposive Sampling. Analisa potensi simpanan biomasa karbon dilakukan berdasarkan angka alometri. Analisa prosentase serapan CO2 dilakukan berdasarkan hasil uji laboratorium analitik. Dari hasil analisis vegetasi terdapat 8 jenis mangrove. Indeks nilai penting tertinggi pada stasiun I adalah Rhizopora apiculata dengan nilai 128,10%, sedangkan pada stasiun II nilai tertinggi adalah Rhizopora mucronata sebesar 130,83% dan pada stasiun III nilai tertinggi adalah Rhizopora apiculata dengan nilai199,99%. Tingkat pancang INP tertinggi adalah Rhizopora mucronata 171,70%, stasiun II Rhizopora mucronata 205,85%, stasiun III Rhizopora apiculata 164,57%. Tingkat semaistasiun I Rhizopora mucronata 233,33%, stasiun II Rhizopora mucronata 134,72%, stasiun III Rhizopora apiculata 80,28%. Biomassa diatas Tanah terbesar terdapat pada stasiun II 325,848 ton/ha, stok karbon tertinggi pada stasiun III 325,296 ton/ha dan potensi serapan karbon tertinggi pada stasiun III 1,193.80 ppm. Kata kunci : Hutan mangrove, TahuraNgurah Rai, Komposisi, StrukturVegetasi, Serapan Carbon


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 20-27
Author(s):  
Raden Aditiyarma Putra ◽  
Winny Retna Melani ◽  
Ani Suryanti

Makrozoobentos merupakan organisme yang peka terhadap perubahan lingkungan sehingga sangat baik digunakan sebagai indikator biologis suatu perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis makrozoobentos, tingkat keanekaragaman, keseragaman, dominansi makrozoobentos dan kualitas perairan Senggarang Besar berdasarkan keberadaan makrozoobentos (menggunakan Family Biotic Index). Penelitian menggunakan metode survei. Penentuan stasiun menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel makrozoobentos menggunakan line transect dengan transek kuadrat dan core sampler. Makrozoobentos yang ditemukan di Perairan Senggarang Besar yaitu: Anadara granosa, Canarium urceus, Capitella teleta, Cerithium coralium, Nerita ritena, Luidia columbia, Tapes literatus, Nassarius olivaceus, Pirenella cingulata, Planaxis sulcatus, Polymesoda erosa, Pythia scarabaeus, Semiricinula tissoti, dan Terebralia sulcata. Keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 2 (H'= 1,91) dan makrozoobentos yang mendominasi dari famili Certhiidae. Keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun 3 (E= 0,94) dan makrozoobentos yang mendominasi dari famili Potamididae. Dominansi tertinggi terdapat pada stasiun 1 (C= 0,52) dan makrozoobentos yang mendominasi dari famili Potamididae dan Cerithiidae. Dari keseluruhan parameter fisika-kimia, parameter nitrat dan fosfat tidak memenuhi baku mutu berdasarkan KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk biota laut. Kualitas perairan Senggarang Besar berdasarkan makrozoobentos sebagai bioindikator didapatkan bahwa, stasiun 1 (FBI= 6,94) dengan kategori  buruk, stasiun 2 (FBI= 5,6) dengan kategori cukup, stasiun 3 (FBI= 7) dengan kategori buruk.    


2012 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 26-32
Author(s):  
Sahila Rizkya

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling artinya sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Kuadran transek berukuran 1 x 1 m diletakkan jarak 10 meter dari satu plot ke plot berikutnya dengan arah tegak lurus garis pantai sampai ke tubir atau daerah yang pertumbuhan makroalganya sangat jarang, kemudian dengan menggunakan line transek sepanjang 100 meter ditarik tegak lurus dari garis pantai ke arah tubir. Hasil penelitian yang didapatkan adalah kelimpahan Lambis yang didapatkan pada Pulau Pramuka selama penelitian seluruhnya ada 21 individu, dengan jumlah total pada Stasiun 1 yaitu 11 individu, pada Stasiun 2 dengan jumlah 2 individu dan Stasiun yang ke 3 dengan jumlah 8 individu. Spesies Lambis spp. yang ditemukan saat penelitian yaitu Lambis crocata, Lambis lambis, Lambis scorpius, dan Lambis chiragra dengan komposisi Lambis crocata 52 %, Lambis lambis 29 %, Lambis scorpius 14 % dan yang paling rendah yaitu Lambis chiragra dengan 5 %. Jenis-jenis makroalga yang ditemukan adalah spesies Sargassum sp, Halimeda sp, Padina sp, Caulerpa sp dan Euchema sp.Kata kunci : Gastropoda (Lambis spp.), Makroalga, Pulau PramukaAbstractThe study was conducted on April 2012 at Pramuka Island, Seribu Island, Jakarta. The sampling technique used purposive sampling method means that as the name suggests, the samples were taken with the intent or purpose. Transect quadrant 1 x 1 m placed a distance of 10 meters from one plot to the next plot in the direction perpendicular to the shoreline or the edge of a growth area macroalgae very rarely, and then using the line transect along the 100 meter perpendicular drawn from the shoreline to the edge. The results obtained are found in abundance Lambis the Pramuka Island during the study a total of 21 individuals, with the total at Station 1 is 11 individuals, at Station 2 with 2 individuals and the number of stations 3 were 8 individuals. Species of Lambis spp. found during the study are Lambis crocata, Lambis lambis, Lambis scorpius, and Lambis chiragra with the composition Lambis crocata 52%, Lambis lambis 29%, Lambis scorpius 14% and the lowest is Lambis chiragra by 5%. The species of macroalgae found are Sargassum sp, Halimeda sp, Padina sp, Caulerpa sp and Euchema sp.Keywords : Gastropods (Lambis spp.), Macroalgae, Pramuka Island


2016 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 140
Author(s):  
Nisrina Arifatul Izzah ◽  
Efri Roziaty

Penelitian ini tentang keanekaragaman makrozoobentos di pesisir pantai Desa Panggung Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara yang dilaksanakan pada Maret – April 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman makrozoobentos. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam penentuan lokasi stasiun penelitian dan pembuatan plot mengunakan metode line transect. Stasiun penelitian terdiri dari dua stasiun yakni Stasiun I dan Stasiun II. Hasil Penelitian di temukan 6 spesies makrozoobentos terdiri dari 2 jenis dari Classis Bivalvia (Fillum Mollusca) yaitu spesies Anadara granosa dan Scrobicularia plana, 2 jenis dari Classis Gastropoda (Fillum Mollusca) yaitu spesies Turritella nivea dan Quoyia decollata, 1 jenis dari classis Crustacea (Fillum Arthropoda) yaitu Penaeus indicus, dan 1 jenis dari Classis Polychaeta (Fillum Annelida) yaitu Arenicola marina. Komposisi spesies, kepadatan populasi, kenanekaragaman dan keseragaman dari komunitas makrozoobentos bahwa stasiun I lebih tinggi dari stasiun II. Terlihat pada hasil indeks keanekaragaman (H’) makrozoobentos di stasiun I (1,52) dan stasiun II (1,47). Kedua stasiun mengindikasikan bahwa keanekaragaman rendah dan kondisi kualitas lingkungan perairan dalam keadaan setengah tercemar. kualitas perairan laut di sekitar pesisir pantai desa Panggung kecamatan Kedung kabupaten Jepara membutuhkan perhatian untuk mengurangi pencemaran lingkungan.


2018 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 144
Author(s):  
Novelisa Suryani

Penelitian ini memiliki tujuan untuk : (i) mengkaji karakteristik vegetasi dan  kerusakan ekosistem hutan mangrove, dan (ii) mengkaji kondisi fisik-kimia ekosistem hutan mangrove. Metode perolehan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data karakteristik vegetasi diperoleh melalui metode transek dan petak contoh. Data ini dijadikan acuan dalam menentukan tingkat kerusakan ekosistem mangrove. Kondisi fisik-kimia diperoleh melalui pengukuran lapangan dan analisis laboratorium.Hasil penelitian menunjukkan INP paling tinggi untuk tingkat pohon terdapat pada  Xylocarpus rumphii (133,8%), yang dijumpai di Stasiun I. Spesies yang umumnya mendominasi pada tingkat pancang yaitu Sonneratia caseolaris, dengan INP 46,19% pada Stasiun III, sedangkan mayoritas spesies pada tingkat semai dan tumbuhan bawah yaitu Rhizophora mucronata, dengan INP 66,32% pada Stasiun II. Ekosistem mangrove untuk tingkat pohon termasuk dalam kategori rusak, dengan penutupan < 50% dan kerapatan < 1000 pohon/ha. Sementara, pada tingkat pancang, semai dan tumbuhan bawah, termasuk dalam kategori baik dengan kerapatan individu >1500 pohon/ha. Kondisi pH perairan dan suhu udara kurang mendukung untuk perkembangan dan pertumbuhan vegetasi mangrove, sedangkan parameter lain memiliki kondisi yang sudah sesuai.Kata kunci: ekosistem mangrove, fisik-kimia, INP, karakteristik vegetasiThis study aims to : (i) examined vegetation characteristic and the damage degree of mangrove ecosystems, (ii) examined the physical-chemical condition of mangrove ecosystems, and (iii) analyse the used of mangrove for environment and communities. This research is conducted in the surroundings mouth of Batang Manggung River, Pariaman Utara Subdistrict, Pariaman City. The sampling technique is purposive sampling. Vegetation characteristic data obtained trough line transect and plot sampling. This data is used to be reference in determine the damage degree of mangrove ecosystems. Physical-chemical data obtained trough field measured and laboratorium analysis. The results show that the value of INP at highest rate for tree level was Xylocarpus rumphii (133,8%) at Stasiun I. The most dominated species for sapling is Sonneratia caseolaris, which 46,19% of INP at Stasiun III. The seedling and herbs dominate with  Rhizhophora mucronata, which 66,32% of INP at Stasiun II. The tree level include in damage category, which < 50% covered area and the density <1000 tree/ha. For sapling, seedling and herbs include in good category, which density was >1500 tree/ha. The water pH and air temperature had less support in extent and growth of mangrove, while the other parameter had suitable. Keywords: mangrove ecosystems, physical-chemical, vegetation charactersitic, IVI


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document