scholarly journals SUPPORTIVE EDUCATIVE TERHADAP PENGETAHUAN SELF CARE DAN SELF EFFICACY PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Nita Arisanti Yulanda ◽  
Mita Mita

Pendahuluan: Supportive educative system merupakan praktik keperawatan dengan tujuan memberikan pendidikan dan dukungan agar pasien PPOK mampu melakukan perawatan diri secara mandiri  Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh supportive educative  terhadap pengetahuan perawatan diri (self care) dan self efficacy. Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperimental pre-post test control group desaign. Besar sampel sejumlah 32 pasien yang terdiri dari 16 pasien PPOK di Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso – Pontianak dan 16 pasien PPOK Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Aziz - Singkawang. Variabel penelitian ini meliputi : supportive educative, pengetahuan self care, self efficacy. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dianalisis menggunakan paired t-test dan regresi linier sederhana. Hasil : Hasil uji paired t test terdapat perbedaan secara signifikan pada kelompok intervensi yaitu pengetahuan self car dan self efficacy, sedangkan pada kelompok kontrol tidak signifikan. Hasil uji regresi supportive educative berpengaruh terhadap variabel pengetahuan self care (nilai R square 0,409), dan tidak signifikan pada self efficacy (nilai R square 0,000). Diskusi : Metode teaching dan guiding pada program supportive educative mampu berdampak pada aspek pola nutrisi terutama memperbaiki kebiasaan makan, sebaliknya pada self efficacy lansia tidak  karena lebih cenderung berfokus pada penerimaan dan penolakan terhadap kemampuannya seiring dengan kemunduran fisik dan intelektual.  

2022 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 157-167
Author(s):  
Siti Rohimah ◽  
Novia Puspita Dewi

Hipertensi merupakan faktor penyebab utama kematian akibat stroke dan jantung coroner. Salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik jalan kaki terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Sindangkasih Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen pre-test post-test control group design. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling lansia  hipertensi derajat 1 dan diperoleh 30 responden yang terbagi menjadi 2 kelompok. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tensimeter. Analisis data menggunakan  paired t-test. Hasil penelitian menunjukan adanya penurunan rata-rata tekanan darah sistolik pada responden kelompok intervensi sebesar 15 mmHg, sedangkan untuk penurunan rata-rata tekanan darah diastolic sebesar 13 mmHg. Pada kelompok kontrol terjadi penurunan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 4,3 mmHg dan penurunan rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 4 mmHg. Hasil analisa data  menggunakan uji Independen Sample T-test didapatkan nilai signifikan p-value kelompok intervensi = 0,000 dengan ? = 0,05 .Karena p-value < 0,05 maka ada pengaruh aktivitas fisik jalan kaki terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Sindangkasih Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun 2021. Kesimpulan penelitian ini adanya pengaruh aktivitas jalan kaki selama 30 menit terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia hipertensi.


HEARTY ◽  
2018 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
Author(s):  
Rachma Hidana

Ibu menyusui memerlukan tambahan makanan untuk meningkatkan produksi ASI sehingga dapat membantu meningkatkan berat badan bayi. Kurma merupakan salah satu buah dengan gizi lengkap yang dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu menyusui serta berfungsi sebagai galactogogues.Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh pemberian sari kurma (Phoenix dactylifera L) pada ibu menyusui eksklusif terhadap status gizi bayi usia 0-5 bulan dibandingkan dengan suplemen lain yang bernilai gizi sama. Metode penelitian menggunakan pre-post test control group design. Penelitian diawali skrining terhadap ibu yang melakukan ASI eksklusif di Puskesmas Srondol Kulon, Ngesrep dan Padangsari yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian dibagi dua subjek yakni 28 ibu menyusui eksklusif yang diberikan susu kental manis (SKM) sebanyak 40 gram dan 28 ibu menyusui eksklusif yang diberikan sari kurma sebanyak 45 gram selama 4 minggu. Berdasarkan lokasi. Analisis menggunakan independent t test, paired t test, general linear model. Hasil penelitain didapatkanRerata asupan energi dan protein kelompok SKM lebih tinggi dibandingkan kelompok sari kurma masing-masing 2.440±106,67 Kalori vs 2.426±141,77 kalori dan 50,00±3,23 gram vs 49,78±4,63 gram. Pada kelompok Sari kurma Skor z bayi BB/U sebelum perlakuan adalah -0,29±0,99 dan sesudah perlakuan mengalami peningkatan menjadi 0,22±0,84 (p = 0,001). Sedangkan pada kelompok SKM skor z sebelum perlakuan adalah -0,63±1,17 dan sesudah perlakuan mengalami penurunan menjadi -0,78±1,26 (p = 0,247). Kesimpulannya Sari kurma pada ibu menyusui eksklusif dapat meningkatkan skor z BB/U bayi.


2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 18
Author(s):  
. Setiyawan. ◽  
Erlina Windyastuti

Latar belakang: Kemoterapi merupakan salah satu penatalaksanaan pasien kanker yaitu pemberian senyawa kimia (obat kanker) untuk mengurangi, menghilangkan atau menghambat pertumbuhan parasit atau mikroba ditubuh pasien. Namun, obat kemoterapi dapat menekan atau merusak sel-sel sumsum tulang sehingga produksi sel-sel darah berkurang dan menimbulkan efek, anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Reaktivitas radikal bebas akibat kemoterapi dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Berbagai literatur menyatakan bahwa konsumsi buah kurma dapat mengurangi pertumbuhan sel kanker sebagai antioksidan dan mengatasi anemia, karena buah kurma mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan dan maturasi sel-sel darah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jus buah kurma terhadap kadar hemoglobin dan jumlah sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit) pada pasien kanker paru dengan kemoterapi. Metode: Penelitian kuantitatif pre test post test control group design pada 15 responden kelompok intervensi dan 15 responden kelompok kontrol dengan teknik simple random sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.Hasil: Hasil uji statistik paired t-test menunjukkan terdapat pengaruh jus buah kurma terhadap kadar hemoglobin (p=0.000) dan sel darah yaitu eritrosit (p=0.000), leukosit (p=0.006) dan trombosit (0.018). Simpulan : Tenaga keperawatan/kesehatan diharapkan mampu menyusun perencanaan tindakan keperawatan mandiri atau kolaborasi yaitu pemberian jus buah kurma bagi pasien kanker yang menjalani kemoterapi sebagai bagian dari penerapan ilmu komplementer.Kata Kunci: Hemoglobin, Jus Kurma, Kemoterapi, Sel Darah


2017 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 48
Author(s):  
Kurnia Eka Wijayanti

Dalam penelitian ini membahas tentang peran outdoor education dalam mengembangkan karakter siswa. Pengembangan pendidikan karakter dapat dilakukan dimana dan oleh siapa saja, salah satunya dapat dilaksanakan melalui outdoor education. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menemukan hasil implementasi pendidikan luar sekolah (outdoor education) terhadap pembentukan karakter siswa sekolah dasar. Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah terwujudnya implementasi yang baik yang berfokus kepada pendidikan luar sekolah (outdoor education) terhadap pembentukan karakter pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode eksperimen kuasi dengan desain nonequivalent pre test-post test control group design (pre test-post test dua kelompok). Subjek penelitian dipilih dengan teknik non-probabilitas dari sampel purposif (purposive sampling). Instrumen penelitian berupa angket yang dianalisis dengan teknik statistik yaitu ukuran gejala pusat dan Uji T berpasangan (paired t test), berdasarkan penghitungan diatas diperoleh t hitung = 4,67 dan nilai t tabel = 1,743 artinya hipotesis ditolak yang berarti bahwa terdapat implementasi positif yang signifikan dari pendidikan luar kelas (outdoor education) terhadap pembentukan karakter siswa sekolah dasar. Hasil penelitian siswa cenderung menggunakan atau memanfaatkan alat atau fasilitas di lingkungan kita tanpa harus membelinya sehingga perlu daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi, kemampuan problem solving pada anak, menstimulasi perkembangan bahasa dan kemampuan verbal, mengembangkan keterampilan sosial,  dan merupakan wadah pengekspresian emosi.


Jurnal NERS ◽  
2016 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 134 ◽  
Author(s):  
Diah Astutiningrum Astutiningrum ◽  
ELsi Hapsari ◽  
Purwanta Purwanta

Latar Belakang: Parenting Self Efficacy (PSE) merupakan keyakinan orang tua terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melakukan tugas yang berhubungan dengan mengasuh anak. Rasa sakit setelah persalinan SC dapat mengurangi kemampuan dan menurunkan keyakinan ibu dalam merawat bayi. Konseling  pada ibu postpartum merupakan upaya meningkatkan keyakinan diri dalam mengasuh bayi.Tujuan: menguji pengaruh  konseling  yang diberikan pada ibu postpartum dengan SC  terhadap peningkatan  PSE.Metode: Penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan pre-test and post-test with control group. Jumlah subjek penelitian sebanyak 66 subjek terbagi menjadi kelompok eksperimen 33 dan kontrol 33. Subjek yang sesuai kriteria inklusi, diberikan kuesioner dan dilakukan pre-test dengan parenting self efficacy scale (PSES), melakukan konseling  dan memberi booklet pada kelompok eksperimen dan memberi booklet saja pada kelompok kontrol. Pengukuran dilakukan dengan instrumen parenting self efficacy scale (PSES).  Uji statistik yang digunakan  adalah  paired t-test dan independent sample t-testHasil Penelitian: Peningkatan skor PSE yang bermakna setelah dilakukan intervensi  pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (6,19±0,93 Vs 7,54±0,71, P=0,001; 5,56±0,85 Vs 5,87±0,68, P=0,001).  Perubahan skor setelah intervensi secara bermakna lebih tinggi pada kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol (1,35±0,58 Vs 0,31±0,26, p= 0,000) Kesimpulan: Konseling dengan menggunakan booklet berpengaruh terhadap  parenting self efficacy pada ibu postpartum dengan SC.  Kata kunci : Parenting Self Efficacy, konseling, postpartum, section caesarea


2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 106-116
Author(s):  
Hesti Ardini Rakhmiditya ◽  
Apoina Kartini

Latar Belakang: Hipertrigliseridemia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Antosianin dan isoflavon dapat menurunkan kadar trigliserida. Ubi jalar ungu dan kedelai mengandung antosianin, isoflavon, dan serat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian snack bar dengan bahan dasar kombinasi ubi jalar ungu dan kedelai terhadap kadar trigliserida pada wanita dewasa hipertrigliseridemia.Metode: Penelitian yang dilakukan merupakan merupakan quasi-experimental dengan pre-post test control group design dengan subyek wanita dewasa yang memiliki kadar trigliserida puasa >100 mg/dl. Subyek dibagi menjadi 3 kelompok:  kontrol (tidak diberikan snack bar), perlakuan 1 (diberikan snack bar kombinasi ubi jalar ungu (Ipomea batatas L) dan kedelai hitam), dan perlakuan 2 (diberikan snack bar berbahan dasar kombinasi ubi jalar ungu (Ipomea batatas L) dan kedelai kuning). Intervensi dilakukan selama 4 minggu dengan dosis snack bar 80 g sehari. Pemeriksaan kadar trigliserida dilakukan sebelum intervensi, hari ke-15, dan hari ke-29 penelitian. Uji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk. Analisis statistik menggunakan paired t-test, Wilcoxon, ANOVA, dan Kruskall-Wallis.Hasil: Terdapat penurunan kadar trigliserida puasa pada kelompok kontrol  (p>0.05) pada pemeriksaan hari ke-15 yang disebabkan oleh penurunan asupan energi (p<0.05). Kelompok perlakuan 1 dan 2 menunjukkan peningkatan asupan energi, lemak, dan serat pada dua minggu awal penelitian. Terjadi penurunan kadar trigliserida pada kelompok perlakuan 2 yang signifikan (p=0.011) dibandingkan kelompok perlakuan 1 (p=0.251) pada pemeriksaan hari ke-15. Pemeriksaan kadar trigliserida pada hari ke-29 menunjukkan peningkatan dibandingkan hari ke-15. Uji Anova dan Kruskall-Wallis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kadar trigliserida puasa antara kelompok kontrol, perlakuan 1 dan perlakuan 2 (p>0.05) baik pada pemeriksaan hari ke-15 maupun 29.Kesimpulan: Pemberian snack bar berbahan dasar kombinasi ubi jalar ungu dan kedelai kuning dengan dosis 80 sehari selama 2 minggu dapat menurunkan 32.89% kadar trigliserida pada wanita dewasa hipertrigliseridemia.


2021 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 345-358
Author(s):  
Prima Dian Furqoni ◽  
Rudi Winarno

ABSTRACT: EFFECT OF ROLE PLAYING METHOD ON PAUD CHILDREN'S INDEPENDENCE IN BUYER STATE Kindergarten, TRIMURJO DISTRICT, LAMPUNG CENTRAL Introduction: The independence of preschool-aged children is a developmental stage that must be carried out by preschool-aged children in accordance with developmental tasks that are appropriate for their age. However, not all children are able to pass developmental tasks optimally. One way to optimize the independence of preschool children is to use the method that children prefer, namely the role-playing method. Objective: This study was to determine the effect of the role-playing method on the independence of preschool children.Methods: The study was conducted on May 14-26 using observation sheets. The population in this study was TK Negeri Pembina students totaling 120 students. The number of samples was 60 students, 30 people as the control group and 30 people as the intervention group. The research method used is a quasi-experimental approach with a pre-post-test control group approach and uses t-test analysis (paired t-test) to measure the independence of preschool children before and after the role-playing method and independent t-test to see the difference between the interventions. and control group.Results: From statistical tests, it is known that there is an effect of the role-playing method on the independence of preschool children in Pembina State Kindergarten, Trimurjo District, Central Lampung in 2012 with a P-Value of 0.000 with a confidence level of 0.05 so that P-Value < (0.000 < 0.05).Conclusion: These results can apply the role-playing method with the design of activity plans that children like and are interested in. Keywords: Role Playing Method and PAUD Children's Independence  INTISARI: PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK PRASEKOLAH DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN TRIMURJO LAMPUNG TENGAH Pendahuluan: Kemandirian bagi anak usia prasekolah adalah suatu tahapan perkembangan yang harus mampu untuk dilakukan anak usia prasekolah sesuai dengan tugas perkembangan sesuai usia. Akan tetapi, tidak semua anak mampu melewati tugas perkembangan secara optimal. Salah satu cara mengoptimalkan kemandirian anak prasekolah adalah dengan sebuah metode yang disukai anak yaitu metode bermain peran. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode bermain peran terhadap kemandirian anak prasekolah.Metode: Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14-26 Mei dengan menggunakan lembar observasi.P opulasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi TK Negeri Pembina yang berjumlah 120 siswa. Jumlah sampel 60 siswa, 30 orang sebagai kelompok kontrol dan 30 orang sebagai kelompok intervensi. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan pendekatan pre post test control group dan menggunakan analisa uji t (paired t test) untuk mengukur kemandirian anak prasekolah sebelum dan sesudah dilakukan metode bermain peran  dan uji t-independen untuk melihat perbedaan kelompok intervensi dan kontrol.Hasil: Dari uji statistik didapatkan ada pengaruh metode bermain peran terhadap kemandirian anak prasekolah di TK Negeri Pembina Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah Tahun 2012 dengan P Value 0,000 dengan tingkat kepercayaan 0,05 sehingga P Value < α (0,000 < 0,05).Kesimpulan: Hasil ini dapat menerapkan metode bermain peran dengan rancangan rencana kegiatan yang lebih disukai dan diminati anak. Kata Kunci     : Metode Bermain Peran dan Kemandirian Anak Prasekolah


2019 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 20
Author(s):  
Gatot Suparmanto ◽  
. Setiyawan

Kemoterapi merupakan salah satu penatalaksanaan pasien kanker. Namun, obat kemoterapi dapat merusak sel mukosa normal, menyebabkan inflamasi, pembentukan lesi dan ulserasi sehingga mencetuskan cedera sel mukosa (mukositis). Reaktivitas radikal bebas akibat kemoterapi dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan.Berkumur air kelapa muda direkomen-dasikan dalam tindakan oral care. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berkumur air kelapa muda terhadap mukositis akibat kemoterapi pada pasien anak. Penelitian kuantitatif pre test post test control group design dengan instrumen Oral Assasment Guide pada 15 responden kelompok intervensi dan 15 responden kelompok kontrol dengan teknik simple random sampling. Hasil uji statistik paired t-test menunjukkan terdapat penurunan yang signifikan pada rerata skor mukositis setelah intervensi pada kelompok intervensi (p=0.000). Peneliti menyim-pulkan berkumur air kelapa muda dalam tindakan oral care dapat menurunkan mukositis akibat kemoterapi, sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam protokol oral care pada anak yang menjalani kemoterapi sebagai bagian dari penerapan ilmu komplementer.


2015 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 271-280
Author(s):  
Desy Restu Nunggraeni ◽  
Muhammad Sulchan

Latar Belakang: Peningkatan prevalensi obesitas sentral cenderung meningkatkan prevalensi sindrom metabolik (SM). Obesitas dapat mempengaruhi penurunan HDL yang merupakan salah satu kriteri SM dan meningkatkan kadar CRP. Modifikasi gaya hidup berupa pengaturan asupan makanan dan aktivitas fisik dapat mengurangi risiko SM.Metode: Penelitian non-randomized pre-post test control group design diikuti oleh 27 remaja obesitas dengan SM. Sebelas remaja pada kelompok konseling intensif mengikuti konseling modifikasi gaya hidup selama 2 bulan dan enam belas remaja pada kelompok konseling tidak intensif hanya mendapat konseling awal. Kualitas diet, aktivitas fisik, asupan kolesterol, kadar HDL, dan kadar CRP diukur sebelum dan sesudah intervensi. Uji statistik yang digunakan adalah paired t-test, Wilcoxon , independent t -tes, dan Mann Whitney.  Hasil: Konseling modifikasi gaya hidup meningkatkan kualitas diet dan aktivitas fisik, juga menurunkan kadar CRP. Pada kelompok konseling intensif, variabel yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0,006) dan CRP (p=0,028), sedangkan kelompok konseling tidak intensif yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0.040), aktivitas fisik (p=0,001), dan kadar CRP (p=0.180). Kualitas diet pada kelompok konseling intensif lebih baik daripada kelompok konseling tidak intensif (1,09 dibanding  0,81). Peningkatan aktivitas fisik lebih tinggi pada kelompok konseling tidak intensif (1.089,47 MET-menit/minggu) dibandingkan kelompok konseling intensif (179,409 MET-menit/minggu). Penurunan kadar CRP pada kelompok konseling intensif lebih besar dibandingkan dengan kelompok konseling tidak intensif (2,91 mg/dL dibanding 1,21 mg/dL). Simpulan: Konseling modifikasi gaya hidup meningkatkan kualitas diet dan aktivitas fisik, juga menurunkan kadar CRP. Konseling modifikasi gaya hidup yang dilakukan secara intensif lebih meningkatkan kualitas diet dan menurunkan kadar CRP dibandingkan dengan konseling tidak intensif, tetapi tidak terbukti meningkatkan aktivitas fisik, kadar HDL, dan menurunkan kolesterol.Latar Belakang: Peningkatan prevalensi obesitas sentral cenderung meningkatkan prevalensi sindrom metabolik (SM). Obesitas dapat mempengaruhi penurunan HDL yang merupakan salah satu kriteri SM dan meningkatkan kadar CRP. Modifikasi gaya hidup berupa pengaturan asupan makanan dan aktivitas fisik dapat mengurangi risiko SM.Metode:Penelitian non-randomized pre-post test control group designdiikutioleh 27 remaja obesitas dengan SM. Sebelas remaja pada kelompok konseling intensif mengikuti konseling modifikasi gaya hidup selama 2 bulan dan enam belas remaja pada kelompok konseling tidak intensif hanya mendapat konseling awal. Kualitas diet, aktivitas fisik, asupan kolesterol, kadar HDL, dan kadar CRP diukur sebelum dan sesudah intervensi. Uji statistik yang digunakan adalah paired t-test, Wilcoxon , independent t -tes, dan Mann Whitney.  Hasil: Konseling modifikasi gaya hidup meningkatkan kualitas diet dan aktivitas fisik, juga menurunkan kadar CRP. Pada kelompok konseling intensif, variabel yang memiliki perbedaansignifikan adalah kualitas diet (p=0,006) dan CRP (p=0,028), sedangkan kelompok konseling tidak intensif yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0.040), aktivitas fisik (p=0,001), dan kadar CRP (p=0.180). Kualitas diet pada kelompok konseling intensif lebih baik daripada kelompok konseling tidak intensif (1,09 dibanding  0,81). Peningkatan aktivitas fisik lebih tinggi pada kelompok konseling tidak intensif (1.089,47 MET-menit/minggu) dibandingkan kelompok konseling intensif (179,409 MET-menit/minggu). Penurunan kadar CRP pada kelompok konseling intensif lebih besar dibandingkan dengan kelompok konseling tidak intensif (2,91 mg/dL dibanding 1,21 mg/dL).Simpulan: Konseling modifikasi gaya hidup meningkatkan kualitas diet dan aktivitas fisik, juga menurunkan kadar CRP. Konseling modifikasi gaya hidup yang dilakukan secara intensif lebih meningkatkan kualitas diet dan menurunkankadar CRP dibandingkan dengan konseling tidak intensif, tetapi tidak terbukti meningkatkan aktivitas fisik, kadar HDL, dan menurunkan kolesterol.


2014 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 554-564
Author(s):  
Nadya Syafa Nurhumaira ◽  
Hesti Murwani Rahayuningsih

Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya komorbid pada sistem kardiovaskular, ginjal dan otak. Peningkatan prevalensi hipertensi berbanding lurus dengan peningkatan usia. Salah satu upaya pengendalian hipertensi pada kelompok lansia adalah melalui pemilihan pola makan seperti pola diet DASH.Metode: Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan rancangan pre-post test control group design. Sebanyak 17 lansia dengan tekanan darah sistolik 120-200 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-120 mmHg dibagi menjadi 2 kelompok. Intervensi berupa pemberian makanan sesuai pola diet DASH sebanyak 3 kali sehari selama 14 hari. Kelompok kontrol  mengkonsumsi pola makan sehari-hari. Tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer aneroid satu hari sebelum dan setelah intervensi. Asupan makan selama intervensi diperoleh dengan metode food recall. Analisis data menggunakan Shapiro-Wilk, paired-t test dan Wilcoxon.                                 Hasil: Pada kelompok perlakuan, rerata tekanan darah sistolik dan diastolik awal sebelum dilakukan intervensi masing-masing adalah 138.57 mmHg dan 84.29 mmHg. Rerata tekanan darah sistolik dan diastolik setelah dilakukan intervensi masing-masing adalah 144.29 mmHg dan 82.86 mmHg. Tidak ada perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah intervensi selama 14 hari.Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh penerapan pola diet DASH selama 14 hari terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok lansia.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document