scholarly journals Faktor Health Belief Model (HBM) yang Berhubungan Dengan Self Efficacy Melakukan Tes IVA pada Pasangan Usia Subur Usia 30-50 tahun

2020 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 326-335
Author(s):  
Novis Kalia ◽  
Nova Muhani

Cakupan Pemeriksaan IVA pada pasangan  usia subur tahun 2018 di Puskesmas Gedong Tataan yang melakukan skrining IVA  hanya 30,18 % yaitu 486.  PUS yang melakukan pemeriksaan IVA dari jumlah  sasaran PUS 1.610 dari target 40%. Penelitian ini bertujuan mengetahui Faktor Health Belief  Model(HBM) yang  berhubungan  dengan Self Efficacy perilaku melakukan tes  IVA Pada  PUS usia 30 – 50 tahun Tahun 2019. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan desain Croos sectional Populasi penelitian ini seluruh PUS Tahun 2019 yang berjumlah 1610 orang dan sample 300 orng. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus- Oktober 2019.Analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistic ganda. Hasil uji chi-square didapatkan variable yang berhubungan dengan Self Efficacy, yaitu persepsi manfaat ( p value 0,00, dengan OR 16,40, 95% CI 8,97 – 29,98) dan persepsi hambatan ( p value 0,00, dengan OR 12,53, 95% CI 7,01 – 22,38) Sedangkan lebih dari (0,94) dan Variabel persepsi keseriusan (p value 0,12)Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan pemeriksaan IVA adalah variable persepsi manfaat dengan nilai OR 14,15 dan dapat disimpulkan tidak ada interaksi antar variable. Saran bagi PUS untuk lebih sering mendengarkan penyuluhan dan membaca brosur tentang kesehatan, Agar minat dan tingkat kepercayaan PUS tinggi terhadap manfaat yang didapat dari  melakukan pemeriksaan tes IVA.

2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 60
Author(s):  
Ranti Asri Lestari ◽  
Citra Windani Mambang Sari ◽  
Titis Kurniawan

ABSTRAK  Perilaku pencegahan Diabetes Mellitus ditentukan oleh keyakinan dan persepsi seseorang mengenai ancaman kesehatan yang dirasakan. Gaya hidup tidak sehat yang dilakukan oleh mahasiswa cenderung dapat meningkatkan resiko terjadinya Diabetes Mellitus, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan Diabetes Mellitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap perilaku Pencegahan Diabetes Mellitus. Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan 242 sampel yang ditentukan menggunakan stratified random sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen Health Belief Model (HBM), yang terdiri dari 5 domain yaitu, persepsi kerentanan dan keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, isyarat melakukan tindakan, dan self-efficacy. Data dianalisis dengan analisis deskriptif (frekuensi dan persentase). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) memiliki persepsi positif terhadap perilaku pencegahan Diabetes Mellitus. Adapun persepsi berdasarkan 5 domain didapatkan seluruh responden (100%) memiliki persepsi positif terhadap manfaat pencegahan Diabetes Mellitus, hampir seluruh responden memiliki persepsi positif terhadap kerentanan dan keseriusan (92,6%), isyarat melakukan pencegahan (98,3%), self-efficacy dalam melakukan pencegahan Diabetes Mellitus (92,6%), dan lebih dari setengah responden memiliki persepsi positif terhadap hambatan melakukan pencegahan Diabetes Mellitus (59,5%). Walaupun demikian, terdapat kurang dari setengah responden (40,5%) yang memiliki persepsi negatif terhadap hambatan, yang berarti bahwa responden tersebut merasakan adanya hambatan dalam melakukan pencegahan Diabetes Mellitus. Dapat disimpulkan bahwa seluruh responden mempersepsikan perlunya melakukan pencegahan Diabetes Mellitus. Namun, adanya hambatan dalam melakukan pencegahan Diabetes Mellitus, perlu diadakannya promosi kesehatan yang memotivasi mahasiswa untuk mengatasi hambatan yang dirasakan dalam melakukan penegahan Diabetes Mellitus.ABSTRACTUnhealthy lifestyle undertaken by students tended to increase the risk of Diabetes Mellitus, so there should be the effort to prevent Diabetes Mellitus. Prevention behaviors are determined by belief and perception about perceived of threats. This study aimed to identify student's perception towards prevention behavior of Diabetes Mellitus. This descriptive quantitative study involved 242 students were taken with stratified random sampling. Data collected by Health Belief Model (HBM) instrument that consisted of 5 domains; perceived susceptibility and severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to action, and self-efficacy. Data analyzed with descriptive analysis (frequency and percentage). Result showed that all of respondent (100%) had positive perception towards prevention behavior of Diabetes Mellitus. The results of the perception based on 5 domains showed that all of respondent (100%) had positive perceived benefit, most of responden (92,6%) had positive perceived susceptibility and severity, cues to action (98,3%), self-efficacy (92,6%) and more than half of respondents (59,5%) had positive perceived barriers. However, less than half of respondent (40,5%) had negatively perceived barriers which indicated that respondent felt the barrier of Diabetes Mellitus prevention. To conclude, all of respondent perceived necessary to do Diabetes Mellitus prevention. Whereas, there was a barrier in Diabetes Mellitus prevention so, there should be health promotion to motivate students to overcome their perceived of the barrier to perform Diabetes Mellitus prevention


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 16
Author(s):  
Luqman Effendi ◽  
Nurul Khotimah

Keluhan pada organ reproduksi yang sering terjadi adalah Pruritus vulvae yaitu ditandai dengan adanya sensasi gatal parah dari alat kelamin perempuan. Pruritus vulvae disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus yang muncul 44% karena buruknya Personal Hygiene dan Hygiene Menstruasi. Penelitian Tahun 2015 di 4 wilayah di Indonesia yaitu di Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Timur, Papua, dan Sulawesi Selatan terkait kebersihan saat menstruasi menemukan 67% remaja di kota dan 41% remaja di desa masih adanya perilaku negatif. Tujuan penelitian untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku hygiene menstruasi melalui Health Belief Model (HBM). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif  dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 101 siswi SMPN 244 di Jakarta Utara, dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan chi square. Perilaku Hygiene Menstruasi baik baru dilakukan 55,4% responden. Perilaku Hygiene Menstruasi berhubungan secara signifikan dengan pengetahuan (OR=5,1), perceived threat (OR=3,9) dan perceived benefit (OR=3,3) dengan P Value < 0.005. Health Belief Model (HBM) bisa dipertimbangkan sebagai suatu pendekatan dalam upaya memperbaiki perilaku hygiene menstruasi pada remaja. Peningkatan pengetahuan direkomendasikan dengan menekankan pada ancaman penyakit yang berkaitan dengan perilaku hygiene menstruasi dan manfaat-manfaat yang langsung dirasakan oleh remaja berkenaan dengan perilaku higiene menstruasi.


1970 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Dian Palupi Kusuma ◽  
Sheizi Prista Sari ◽  
Ikeu Nurhidayah

Posyandu merupakan pusat pemantauan tumbuh kembang balita berbasis masyarakat, namun masih banyak ibu yang tidak membawa anak berkunjung teratur ke posyandu. Di Kabupaten Bandung, Posyandu Desa Cimekar memiliki angka kunjungan balita yang terendah yaitu 70,3% pada Bulan Oktober– Desember 2013. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara persepsi ibu dengan perilaku membawa balita ke posyandu dengan pendekatan teori Health Belief Model. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 94 ibu balita yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling di 10 Posyandu Desa Cimekar. Analisis menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,12% memiliki persepsi positif tentang posyandu dan 59,57% responden memiliki perilaku rutin membawa balita ke posyandu. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara persepsi dengan perilaku ibu membawa balita ke posyandu (nilai p=0,000; α=0,05). Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi ibu tentang posyandu belum merata dengan baik. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar puskesmas memberikan pembinaan terhadap para ibu balita bukan hanya penyuluhan, namun diberikan pengarahan dan bimbingan tentang pentingnya membawa balita ke posyandu. Kata kunci: Balita, Health Belief Model, perilaku, persepsi, posyandu The Relationship between Mother’s Perception and Behavior on Attending Posyandu Abstract Community health post as well known as posyandu provide as center to monitor growth in children under five years old. Data showed that the number of mother’s attendance behavior to Posyandu in Cimekar’s Village was very low, only 70.5% from October to December 2013. The aimed of this study was to identify the relationship between mother’s perception and parents behavior on taking their children to posyandu based on Health Belief Model Theory. The method of this study was descriptive with cross sectional study. Simple random sampling was used as sampling technique with 97 mothers who has child under five years old among 10 Posyandu in Cimekar was taken in this study. Data was analyzed by chi-square. The result of this study showed that there was significant relationship between mother’s perception and mother’s behavior to attend Posyandu (p=0.000; α=0.05). Data showed that 52.25% respondents had a positive perception about posyandu and 59.5% respondents had positive behavior to take their child to posyandu. The recommendation for Puskesmas is to give further information and motivation to mother to attend posyandu frequently.Key words: Behavior, child under five years old, Health Belief Model, perception, posyandu.


2016 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 30 ◽  
Author(s):  
Astri Widiarti ◽  
Achmad Alim Bachri ◽  
Husaini Husaini

Kearifan lokal merupakan perilaku hidup masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan pada suatu tempat atau daerah. Jumlah dan jenis sarana pelayanan yang ada disekitar masyarakat mempengaruhi perilaku pencarian pengobatan. Teori health belief model dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku pencarian pengobatan melalui persepsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor perilaku terhadap pemanfaatan kearifan lokal sebagai obat tradisional oleh masyarakat di kota Palangka Raya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan metode penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah semua orang dewasa yang bertempat tinggal di kota Palangka Raya serta pernah memanfaatkan kearifan lokal sebagai obat tradisional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner. Berdasarkan hasil uji multivariat, p-value sikap = 0,00, pvalue persepsi keseriusan penyakit yang dirasakan = 0,005, dan p-value persepsi manfaat yang dirasakan = 0,19. Hal ini berarti ada 2 variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan kearifan lokal sebagai obat tradisional yaitu sikap dan keseriusan dirasakan. Faktor sikap dan persepsi keseriusan penyakit yang dirasakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan kearifan lokal sebagai obat tradisional oleh masyarakat di kota Palangka Raya.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 192-205
Author(s):  
Dhiny Easter Yanti ◽  
Agung Aji Perdana ◽  
Nina Okta Rina

Sebanyak 1,13 juta orang di seluruh dunia menderita Hipertensi, prevalensi penderita Hipertensi di dunia adalah 22%, dimana prevalensi tertinggi berada di Afrika 27%, dan terendah di Amerika 18% (WHO, 2020). Pada tahun 2019 Hipertensi merupakan penyakit menular tertinggi dengan 2.630 kasus di Puskesmas Kalirejo. Self-care adalah strategi utama dari promosi kesehatan pada level individu dan merupakan pergeseran filosofi dari “(upaya) penyembuhan (penyakit)”  menjadi filosofi ”peduli (kesehatan)” khususnya pengendalian penyakit kronis seperti Hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan komponen HBM dengan self-care Hipertensi di wilayah kerja UPT.Kalirejo Kabupaten Pesawaran. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pengambilan data primer. Sampel sebesar 360 responden dan cara pengambilan sampel secara cluster random sampling lalu kemudian dianalisis dengan chi square dan regresi logistik. Terdapat hubungan Self-care Hipertensi dengan jenis kelamin (p-value <0.001; OR 2.6), perceived susceptibility (p-value <0.001; OR 3.4), perceived severity (p-value 0.004 OR= 5,1), perceived benefit (p-value <0.001; OR=2,3), Perceived barrier (p-value <0.001;), perceived self-eficacy  (p-value <0.001; OR 5.4), cues to action (p-value <0.001; OR 2.8). Variabel  yang dominan berhubungan dengan Self-Care adalah jenis kelamin. Saran: hendaknya meningkatkan kegiatan edukasi pada kelompok sasaran khususnya perempuan penderita Hipertensi dalam kerangka Germas dan PIS-PK.


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Sodikin Sodikin ◽  
Suryo Endiyono ◽  
Fitria Rahmawati

Masalah status gizi balita di Indonesia cukup memprihatinkan. Faktor predisposisi yang menjadi penyebab masalah ini masih sangat sedikit diketahui. Pendekatan teori Health Belief Model (HBM) diharapkan dapat menjelaskan faktor-faktor orangtua yang berhubungan dengan status gizi anak usia dibawah lima tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui hubungan pengetahuan ibu, pola pemberian makan, dan pendapatan keluarga terhadap status gizi anak usia di bawah lima tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 189 responden dan  sampel berjumlah 65 responden dengan teknik  simple random sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility) yang berhubungan dengan status gizi anak di bawah usia lima tahun yaitu pengetahuan (p = 0.034), pola pemberian makan (p = 0.008), dan pendapatan keluarga (p = 0.004). Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan persepsi kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility) yaitu pengetahuan, pola pemberian makan dan pendapatan keluarga dengan status gizi anak usia di bawah lima tahun.


Author(s):  
Devy Febrianti ◽  
Ridwan M Thaha ◽  
Healty Hidayanty

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan di derita seumur hidup yang di kenal dengan penyakit kencing manis, dan di juluki “the mother of disease” penyakit ini disebut penyakit metabolic yang ditandai hyperglekemia kronik dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang berkaitan dengan kelainan sekresi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  pola makan penderita DM type 2. Sebuah Penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Wawancara di lakukan pada 58 penderita DM type 2 dari 98 total penderita DM di poli interna Rumah Sakit Pendidikan Unhas. Untuk melihat hubungan Health Belief Model terhadap pola makan pendeita DM type 2, data di analisis dengan menggunakan aplikasi Nutrisuvery versi Indonesia dan uji chi-square pada aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan hubungan pengetahuan dengan ancaman yang dirasakan adalah (p value = 0.391), hubungan manfaat yang dirasakan dengan asupan Energi (p value = 0.001), asupan Karbohidrat (p value = 0.003), asupan protein (p value = 0.012), dan asupan Lemak (p value = 0.019), hubungan ancaman yang dirasakan dengan Asupan Energi (p value = 0.342), asupan Karbohidrat (p value = 0.012), asupan protein (p value = 0.005), dan asupan Lemak (p value = 0.015). Kepada pihak Rumah Sakit Pendidikan Unhas agar melakukan edukasi kepada penderita DM type 2 tentang pola makan dan asupan zat gizi.


2017 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 67
Author(s):  
Heni Masri ◽  
Dwi Prasetyo ◽  
Yoni F Syukriani ◽  
Farid Husin ◽  
Bambang S Nugroho ◽  
...  

Program KB di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi wanita melainkan juga bagi pria. Partisipasi pria menjadi salah satu indikator keberhasilan program KB. Namun partisipasi pria dalam vasektomi masih rendah. Selama ini konseling yang dilakukan belum optimal. Konseling yang dilakukan dengan pendekatan Health Belief Model (HBM) berpotensi meningkatkan pengetahuan, sikap dan keikutsertaan vasektomi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbandingan konseling berdasarkan teori HBM dengan konseling standar dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keikutsertaan pria PUS dalam vasektomi.Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu dengan model pre test-post test with control group designyang dilakukan pada setiap kelompok 25orang pria pasangan usia subur dan pengambilan sampel dilakukan teknik random berstrata (stratified random sampling) dari setiap kecamatan di wilayah Kota Banjar. Pengetahuan dan sikap diukur dengan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi-Kuadrat dan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang bermakna pada skor pengetahuan, sikap dan keikutsertaan setelah dilakukan konseling dengan pendekatan HBM dengan nilai p <0,05. Konseling dengan pendekatan Health Belief Model tentang vasektomi mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan keikutsertaan vasektomi pria usia subur (PUS).


Care Journal ◽  
2022 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 84-91
Author(s):  
Andi Ravida Rahma ◽  
Ridwan Amiruddin ◽  
Indra Dwinata ◽  
Rismayanti Rismayanti

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) merupakan pandemi global yang terus memakan korban jiwa. Virus ini telah menyebar secara merata di dunia dan hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Hal ini terlihat dari data sebarannya. kasus aktif Covid-19 yang terus meningkat. Data kasus positif Covid-19 di Sulsel per 5 Januari 2021 dilaporkan sebanyak 33.931 kasus dan terus bertambah. Tindakan pencegahan telah diterapkan, tetapi tidak semua orang mematuhinya. Salah satu cara untuk meningkatkan upaya pencegahan Covid-19 adalah dengan meningkatkan persepsi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa SMAN 9 kota Makassar dengan perilaku pencegahan penularan penyakit Covid-19 menggunakan pendekatan health belief model. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain penelitian cross sectional. Besar sampel adalah 264 sampel. Penelitian berlangsung pada tanggal 1 Juni – 15 Juli 2021 di SMAN 9 Kota Makassar. Instrumen yang digunakan adalah angket berupa Goggle Form. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square menunjukkan ada hubungan antara upaya pencegahan Covid-19 dengan persepsi kerentanan (p = 0,0029), cues to act (p = 0,044) dan self-efficacy (p = 0,001). sedangkan tidak ada hubungan antara persepsi keparahan (p=0,113), persepsi hambatan (p=0,191) dan manfaat yang dirasakan (p=0,139) dengan upaya pencegahan Covid-19. Kesimpulan dari penelitian ini adalah persepsi kerentanan, cues to action dan self efficacy memiliki hubungan dengan upaya pencegahan Covid-19 pada siswa SMAN 9 Kota Makassar


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 98-108
Author(s):  
Erna Febriyanti

ABSTRAK Human Immunodeficiency Virus (HIV) masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di berbagai negara termasuk Indonesia salah satunya. Mahasiswa merupakan kelompok remaja usia produktif dimana pada usia ini rentan terhadap penularan HIV/AIDS. Usia remaja merupakan  usia mayoritas mahasiswa yang dianggap rentan tertular dikarenakan pengetahuan yang kurang akan bahaya HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencegahan HIV/AIDS pada mahasiswa keperawatan. Metode dalam penelitian ini adalah  kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.  Populasi  penelitian adalah mahasiswa keperawatan di Universitas Citra Bangsa dan STIKes Maranatha Kupang. Sampel penelitian adalah mahasiswa keperawatan yang diambil  dengan teknik purposive sampling dengan besar sampel 100 responden, kemudian dilakukan analisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan persepsi kerentanan yang dirasakan, persepsi keseriusan yang dirasakan, persepsi manfaat yang dirasakan, persepsi hambatan yang dirasakan, persepsi isyarat untuk bertindak, keyakinan diri (self efficacy) memiliki hubungan yang signifikan dengan pencegahan HIV/AIDS pada mahasiswa Universitas Citra Bangsa dan STIKes Maranatha Kupang. Hasil penelitian ini berguna untuk mahasiswa yang bersangkutan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku pencegahan HIV/AIDS serta penyakit menular seksual lainnya. Kata kunci: Faktor- Faktor, Perilaku, Pencegahan, HIV / AIDS.  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document