Persepsi Pemuda dalam Mencegah Covid-19 Menggunakan Pendekatan Health Belief Model di SMAN 9 Kecamatan Rappocini Kota Makassar Tahun 2021

Care Journal ◽  
2022 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 84-91
Author(s):  
Andi Ravida Rahma ◽  
Ridwan Amiruddin ◽  
Indra Dwinata ◽  
Rismayanti Rismayanti

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) merupakan pandemi global yang terus memakan korban jiwa. Virus ini telah menyebar secara merata di dunia dan hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Hal ini terlihat dari data sebarannya. kasus aktif Covid-19 yang terus meningkat. Data kasus positif Covid-19 di Sulsel per 5 Januari 2021 dilaporkan sebanyak 33.931 kasus dan terus bertambah. Tindakan pencegahan telah diterapkan, tetapi tidak semua orang mematuhinya. Salah satu cara untuk meningkatkan upaya pencegahan Covid-19 adalah dengan meningkatkan persepsi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa SMAN 9 kota Makassar dengan perilaku pencegahan penularan penyakit Covid-19 menggunakan pendekatan health belief model. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain penelitian cross sectional. Besar sampel adalah 264 sampel. Penelitian berlangsung pada tanggal 1 Juni – 15 Juli 2021 di SMAN 9 Kota Makassar. Instrumen yang digunakan adalah angket berupa Goggle Form. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square menunjukkan ada hubungan antara upaya pencegahan Covid-19 dengan persepsi kerentanan (p = 0,0029), cues to act (p = 0,044) dan self-efficacy (p = 0,001). sedangkan tidak ada hubungan antara persepsi keparahan (p=0,113), persepsi hambatan (p=0,191) dan manfaat yang dirasakan (p=0,139) dengan upaya pencegahan Covid-19. Kesimpulan dari penelitian ini adalah persepsi kerentanan, cues to action dan self efficacy memiliki hubungan dengan upaya pencegahan Covid-19 pada siswa SMAN 9 Kota Makassar

2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 115
Author(s):  
Zernike Victoria Sakinah

The number of work accidents in Indonesia is still the highest in Southeast Asia. Accidents can be caused by several factors such as environmental, mechanical or human behavior. Work accident data at PT Lintech Duta Pratama Surabaya shows that accidents are still a lot of in this company. The dominant cause of work accidents in PT Lintech Duta Pratama Surabaya is the behavior of workers who do not use personal protective equipment  is safety glasses. Therefore, this study aims to determine the factors that affect the behavior of workers and use safety glasses according to the concept of HBM in order to reduce the high number of work accidents caused by unsafe behavior.This research is a Cross Sectional study where the research is done in a certain time. The sample of this study is the total of the working population in the production section of 74 people. Data analysis  this research is binary logistic regression test.The results showed that there was an influence between education(ρ = 0.015), knowledge (ρ = 0.047), self efficacy (ρ = 0.027), cues to action          (ρ = 0,000) with behavior in the use of safety glasses but. No correlation between ages        (ρ = 0.065 ), perceived susceptibility (ρ = 0.712), perceived seriousness (ρ = 0.208), perceived benefit (ρ = 0.063), perceived barrier (ρ = 0.565) with behavior in the use of safety glasses. The conclusions of this study are between knowledge education, self efficacy, cues to action to be associated with behavior in the use of safety glasses. Keywords: behavior, health belief model, work accident, PPE


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 98-108
Author(s):  
Erna Febriyanti

ABSTRAK Human Immunodeficiency Virus (HIV) masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di berbagai negara termasuk Indonesia salah satunya. Mahasiswa merupakan kelompok remaja usia produktif dimana pada usia ini rentan terhadap penularan HIV/AIDS. Usia remaja merupakan  usia mayoritas mahasiswa yang dianggap rentan tertular dikarenakan pengetahuan yang kurang akan bahaya HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencegahan HIV/AIDS pada mahasiswa keperawatan. Metode dalam penelitian ini adalah  kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.  Populasi  penelitian adalah mahasiswa keperawatan di Universitas Citra Bangsa dan STIKes Maranatha Kupang. Sampel penelitian adalah mahasiswa keperawatan yang diambil  dengan teknik purposive sampling dengan besar sampel 100 responden, kemudian dilakukan analisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan persepsi kerentanan yang dirasakan, persepsi keseriusan yang dirasakan, persepsi manfaat yang dirasakan, persepsi hambatan yang dirasakan, persepsi isyarat untuk bertindak, keyakinan diri (self efficacy) memiliki hubungan yang signifikan dengan pencegahan HIV/AIDS pada mahasiswa Universitas Citra Bangsa dan STIKes Maranatha Kupang. Hasil penelitian ini berguna untuk mahasiswa yang bersangkutan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku pencegahan HIV/AIDS serta penyakit menular seksual lainnya. Kata kunci: Faktor- Faktor, Perilaku, Pencegahan, HIV / AIDS.  


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 72-80
Author(s):  
Sardaniah Sardaniah ◽  
Rosita Erawati ◽  
Ririn Zuhriati Oktavia

Kepatuhan pada jadwal pemberian imunisasi dasar merupakan salah satu faktor untuk mencapai UCI (Universal Child Immunization). Selain itu, apabila ibu tidak mematuhi jadwal pemberian imunisasi dasar, maka akan berpengaruh terhadap kekebalan dan kerentanan bayi dari suatu penyakit. Faktor penentu yang mempengaruhi pemberian imunisasi di masyarakat adalah perilaku masyarakat tersebut. Salah satu teori perilaku dalam pelayanan kesehatan adalah HBM (Health Belief Model). HBM terdiri dari 3 kategori utama yaitu persepsi individu, faktor modifikasi (terdiri dari usia, pendidikan, sosial-budaya-agama, dan cues to action), dan kemungkinan tindakan (terdiri dari manfaat dan hambatan). HBM masuk dalam salah satu faktor konseptual pengambilan keputusan orang tua dalam pemberian imunisasi pada anaknya. Tujuannya adalah Untuk mengetahui Gambaran Kepatuhan Ibu Membawa Anak Imunisasi Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas Sidumulyo Kota Bengkulu. Desain Penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Subjek dalam penelitian yang dilakukan adalah accidental sampling. Populasinya ibu yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo yang datang untuk imunisasi pada bulan Mei Tahun 2018. sebanyak 20 ibu. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 20 ibu dan yang tereksklusi adalah 3, sehingga tersisa sampel 17 ibu. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner lembar observasi. Hasil penelitian ini, terdapat sebanyak 3 dari 17 (17.6%) ibu tidak patuh dalam pemberian imunisasi dasar pada bayinya. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi yaitu kondisi bayi karena 1 bayi sakit dan 2 jarak tempat tinggal dan tempat pelayanan imunisasi jauh (lagi ada acara keluarga) sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rachmawati (2016), tentang Faktor – faktor yang mempengaruhi Kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi Dasar pada Balita di dukuh Pilangbangau Desa sepat masaran Sragen, antara lain pengaruh oleh usia ibu, Pendidikan dan Keputusan orang tua dan jarak ketempat pelayanan Kesehatan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepatuhan ibu membawa bayinya untuk imunisasi dipengaruhi oleh Usia ibu, pendidikan orang tua dan Keputusan orang tua untuk itu perlu kerjasam yang baik antara orang tua dan petugas Imunisasi Pusat kesehatan masyarakat (PKM) Sidomulyo Bengkulu. 


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 16
Author(s):  
Luqman Effendi ◽  
Nurul Khotimah

Keluhan pada organ reproduksi yang sering terjadi adalah Pruritus vulvae yaitu ditandai dengan adanya sensasi gatal parah dari alat kelamin perempuan. Pruritus vulvae disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus yang muncul 44% karena buruknya Personal Hygiene dan Hygiene Menstruasi. Penelitian Tahun 2015 di 4 wilayah di Indonesia yaitu di Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Timur, Papua, dan Sulawesi Selatan terkait kebersihan saat menstruasi menemukan 67% remaja di kota dan 41% remaja di desa masih adanya perilaku negatif. Tujuan penelitian untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku hygiene menstruasi melalui Health Belief Model (HBM). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif  dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 101 siswi SMPN 244 di Jakarta Utara, dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan chi square. Perilaku Hygiene Menstruasi baik baru dilakukan 55,4% responden. Perilaku Hygiene Menstruasi berhubungan secara signifikan dengan pengetahuan (OR=5,1), perceived threat (OR=3,9) dan perceived benefit (OR=3,3) dengan P Value < 0.005. Health Belief Model (HBM) bisa dipertimbangkan sebagai suatu pendekatan dalam upaya memperbaiki perilaku hygiene menstruasi pada remaja. Peningkatan pengetahuan direkomendasikan dengan menekankan pada ancaman penyakit yang berkaitan dengan perilaku hygiene menstruasi dan manfaat-manfaat yang langsung dirasakan oleh remaja berkenaan dengan perilaku higiene menstruasi.


2019 ◽  
Author(s):  
Triana Kesuma Dewi ◽  
Karlijn Massar ◽  
Robert A.C. Ruiter ◽  
Tino Leonardi

Background. Breast cancer has become one of the most prevalent causes of mortality among Indonesian women. Better prognosis of breast cancer will be achieved if it is diagnosed in an earlier stage, thus efforts to detect breast cancer earlier are important. Breast Self-Examination (BSE) is considered as an important first step to encourage women to actively be responsible for their own health, especially for women in developing countries with limited resources and access to other forms of preventive healthcare. The present study aimed to predict BSE behavior among women in Surabaya, Indonesia using the HBM. Methods. This investigation was a cross-sectional survey which was distributed among 1,967 women aged 20-60 years. The Indonesian version of Champion’s Health Belief Model Scale (I-CHBMS) was used to explain self-reported BSE practice. Logistic regression analysis was used to examine the association of HBM variables with BSE practice.Results Almost half of the sample (44.4%) had performed BSE. Further, the results indicated that the HBM variables were significantly associated with BSE practice. Specifically, higher perceived benefits and self-efficacy, lower perceived barriers and less cues to action were unique correlates of BSE behavior. The result also showed that perceived severity and susceptibility were not associated with BSE behavior. Conclusion. This study indicated that several HBM constructs significantly associated with BSE behavior among Indonesian women, suggesting that BSE health education programs should emphasize the perceived benefits of BSE, focus on increasing women’s self-efficacy to address and overcome perceived barriers in performing BSE, and help them in identifying personally relevant cues to action.


Author(s):  
◽  
Eti Poncorini Pamungkasari ◽  
Bhisma Murti ◽  
◽  

ABSTRACT Background: In the field of health-care education, theories and models help us to explain and predict behaviors to conduct effective health-care educational programs for changing behaviors. The Health Belief Model (HBM) contains several primary concepts by which individuals evaluate themselves to take action to change their behaviors, including antenatal care uptake in pregnant women. This study aimed to examine factors affecting the use of antenatal care. Subjects and Method: A cross sectional study was carried out in Semarang, Central Java, from June to August 2020. A sample of 250 pregnant women was selected by simple random sampling. The dependent variable was antenatal care. The independent variables were attitude, knowledge, information, self-efficacy, perceived seriousness, perceived susceptibility, perceived barrier, perceived benefit, cues to action, husband support, and facilities. The data were collected by questionnaire and analyzed by a multiple logistic regression. Results: Complete antenatal care increased with strong support (OR= 38.97; 95% CI= 3.19 to 476.53; p= 0.004), high knowledge (OR= 16.44; 95% CI= 2.54 to 106.60; p= 0.003), positive attitude (OR= 29.88; 95% CI= 2.88 to 309.92; p= 0.004), high information toward antenatal care (OR= 31.42; 95% CI= 4.07 to 242.41; p= 0.001), strong self-efficacy (OR= 7.85; 95% CI= 1.50 40.99; p= 0.015), strong cues to action (OR= 11.97; 95% CI= 2.01 to 71.36; p= 0.006), high perceived seriousness (OR= 32.99; 95% CI= 3.93 to 276.98; p= 0.001), high perceived susceptibility (OR= 24.29; 95% CI= 2.50 to 235.78; p= 0.006), high perceived benefit (OR= 30.43; 95% CI= 2.99 to 308.80; p= 0.004), high perceived barrier (OR= 0.07; 95% CI= 0.01 to 0.57; p= 0.013) and complete facilities (OR= 63.52; 95% CI= 3.62 to 1115.08; p= 0.005). Conclusion: Complete antenatal care increases with strong support, high knowledge, positive attitude, high information toward antenatal care, strong self-efficacy, strong cues to action, high perceived seriousness, high perceived susceptibility, high perceived benefit, high perceived barrier and complete facilities. Keywords: antenatal care, health facility, Health Belief Model Correspondence: Widyawati. Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126, Central Java. Email: [email protected]. Mobile: +6285742919076. DOI: https://doi.org/10.26911/the7thicph.03.117


1970 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Dian Palupi Kusuma ◽  
Sheizi Prista Sari ◽  
Ikeu Nurhidayah

Posyandu merupakan pusat pemantauan tumbuh kembang balita berbasis masyarakat, namun masih banyak ibu yang tidak membawa anak berkunjung teratur ke posyandu. Di Kabupaten Bandung, Posyandu Desa Cimekar memiliki angka kunjungan balita yang terendah yaitu 70,3% pada Bulan Oktober– Desember 2013. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara persepsi ibu dengan perilaku membawa balita ke posyandu dengan pendekatan teori Health Belief Model. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 94 ibu balita yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling di 10 Posyandu Desa Cimekar. Analisis menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,12% memiliki persepsi positif tentang posyandu dan 59,57% responden memiliki perilaku rutin membawa balita ke posyandu. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara persepsi dengan perilaku ibu membawa balita ke posyandu (nilai p=0,000; α=0,05). Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi ibu tentang posyandu belum merata dengan baik. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar puskesmas memberikan pembinaan terhadap para ibu balita bukan hanya penyuluhan, namun diberikan pengarahan dan bimbingan tentang pentingnya membawa balita ke posyandu. Kata kunci: Balita, Health Belief Model, perilaku, persepsi, posyandu The Relationship between Mother’s Perception and Behavior on Attending Posyandu Abstract Community health post as well known as posyandu provide as center to monitor growth in children under five years old. Data showed that the number of mother’s attendance behavior to Posyandu in Cimekar’s Village was very low, only 70.5% from October to December 2013. The aimed of this study was to identify the relationship between mother’s perception and parents behavior on taking their children to posyandu based on Health Belief Model Theory. The method of this study was descriptive with cross sectional study. Simple random sampling was used as sampling technique with 97 mothers who has child under five years old among 10 Posyandu in Cimekar was taken in this study. Data was analyzed by chi-square. The result of this study showed that there was significant relationship between mother’s perception and mother’s behavior to attend Posyandu (p=0.000; α=0.05). Data showed that 52.25% respondents had a positive perception about posyandu and 59.5% respondents had positive behavior to take their child to posyandu. The recommendation for Puskesmas is to give further information and motivation to mother to attend posyandu frequently.Key words: Behavior, child under five years old, Health Belief Model, perception, posyandu.


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Muhlisa Muhlisa ◽  
Amira BSA

Background: Riskesdas in 2013, North Maluku Province is one of the areas in Indonesia with the prevalence of Diabetes Mellitus (DM) of 1.1%. Data obtained from Diabetes Centre registers, from January to June 2017, the average patient DM visiting are 126 each month. Efforts have been made by the government in tackling the DM problem, but cases in Indonesia are still high. The study used the Health Belief Model (HBM) approach developed by Rosentock and Becker in 1974. HBM is a conceptual framework for understanding individual health behaviors. The purpose of this study is the identification of the perceptual factors of susceptibility, seriousness, benefits, obstacles and family support factors to compliance medication DM patients in the work area of Diabetes Center Ternate City in 2017. Method: using cross sectional approach with Sample amounted to 98 respondents. Instruments using Knowledge and Perception Questionnaire were analyzed using Chi Square test. Results: obtained are almost all respondents have perceptions of vulnerability, seriousness, benefits and obstacles are positive, as well as medication compliance, while for more family support is lacking. Conslusions: Statistical test result there is no correlation between perception of susceptibility, seriousness and benefit with medication compliance whereas perception of obstacles showed significant relationship.


2018 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 129-136
Author(s):  
Niken Ariska Prawesti ◽  
Purwaningsih Purwaningsih ◽  
Ni Ketut Alit Armini

Abtract: Voluntary Counseling and Testing (VCT) is one of the government programs to prevent trans- mission of HIV/AIDS must done by Men Sex With Men (MSM). But there are still MSM who have not utilized VCT services. This study was aimed to analyze of the factors correlating with utilization VCT in MSM based on Health Belief Model at Surabaya region. Design used analytic with cross-sectional ap- proach. The 43 samples were chosen by purposive sampling. The independent variabels were perceived susceptibility, perceived seriousness, perceived benefits, perceived barriers, and cues to action. The de- pendent variabel was utilization VCT. Data were collected by using questonnaire and alayzed by chi square test. Results showed that perceived seriousness had correlation with VCT utilization (p=0,035), perceived seriousness had correlation with VCT utilization (p=0,039), perceived benefits had correlation with VCT utilization (p=0,019), perceived barrier had correlation with VCT utilization (p=0,008) and cues to action (p=0,037) had correlation with VCT utilization. Some factors in health belief model have a correlation with VCT utilization by MSM. It is recommended to officer GAYa Nusantara Civil Society Organizations to give adequate information frequently to the high risk people of HIV/AIDS.Keyword: VCT, utilization, MSM, health belief modelAbstrak: Voluntary Counseling and Testing (VCT) adalah suatu program pemerintah untuk mencegah penularan HIV/AIDS yang perlu dilakukan olehLelaki Suka dengan Lelaki (LSL). Namun, masih terdapat LSL yang belum memanfaatkan layanan VCT. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan VCT oleh LSL berdasarkan Teori Health Belief Model (HBM) di wilayah Surabaya. Desain penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. 43 sampel dipilih dengan purposive sam- pling. Variabel independen adalah persepsi kerentanan, persepsi keseriusan,persepsi manfaat, persepsi hambatan, dan petunjuk bertindak. Variabel dependen adalah pemanfaatan VCT. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisisdengan uji chi square. Hasil menunjukkan bahwa kerentanan yang dirasakan memiliki korelasi dengan pemanfaatan VCT (p = 0,035), keseriusan yang dirasakan memiliki korelasi dengan pemanfaatan VCT (p = 0,039), manfaat yang dirasakan memiliki korelasi dengan pemanfaatan VCT (p = 0,019), hambatan yang dirasakan memiliki korelasi dengan VCT pemanfaatan (p = 0,008) dan isyarat untuk bertindak (p = 0,037) memiliki korelasi dengan pemanfaatan VCT. Persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, dan petunjuk bertindak memiliki korelasi dengan pemanfaatan VCT oleh LSL.Disarankan kepada LSM GAYa Nusantara untuk sering memberikan informasi kepada orang-orang berisiko tinggi HIV / AIDS.Kata kunci: VCT, LSL, HIV, HBM


2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 71-79
Author(s):  
Ellia Ariesti ◽  
Felisitas A. Sri S ◽  
Elizabeth Y. Y. Vinsur ◽  
Kristianto D. N

ABSTRAK Proses menua sering dikaitkan dengan insiden penyakit kronik seiring dengan penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial serta berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh luar dari ketahanan tubuhnya. Banyak permasalahan timbul dari kondisi kronis di lansia karena meningkatnya jumlah lansia. Pengontrolan maupun pencegahan menuju kondisi lebih parah dapat dilakukan melalui gaya hidup sehat. Salah satu model yang dikembangkan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang untuk mencari upaya hidup sehat adalah model kepercayaan kesehatan atau Health Belief Model. Tujuan penelitian mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia dengan penyakit kronis dalam mengatasi penyakitnya berdasarkan Health Belief Model di Puskesmas. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami penyakit kronis di Puskesmas Bareng Kota Malang. Jumlah sampel sebanyak 76 responden. Hasil analisis menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa variabel perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers yang berhubungan dengan perilaku lansia (p<0.05). Hasil model akhir analisis multivariat, variabel perceived barriers merupakan variabel yang berhubungan dengan perilaku lansia yang menderita penyakit kronis. Dukungan individu lain terhadap lansia mulai dari mereka yang tinggal bersama maupun oleh aparat penduduk setempat untuk meminimalkan atau menghilangkan rintangan mesti dilakukan agar kualitas hidup lansia dengan penyakit kronis dapat optimal. Kata Kunci       : Health Belief Model, Penyakit Kronis, Perilaku Lansia


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document