scholarly journals DIVUSI INOVASI PENILAIAN PEMBELAJARAN HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) PADA SEKOLAH DASAR

2021 ◽  
Vol 5 (6) ◽  
pp. 1816
Author(s):  
Rizal Rizal ◽  
Surahman Surahman ◽  
Moh Aqil ◽  
Azizah Azizah

Standar penilaian sekolah dasar di Kabupaten Donggala hanya berada pada level 2 mencapai 2.59 % (kategori rendah). Hal ini terjadi, karena penerapan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada sekolah Dasar di Kabupaten Donggala khususnya Kecamatan Banawa tidak optimal. Sehingga penelitian dilakukan untuk mengungkapkan data kemampuan guru didalam melaksanakan penilaian pembelajaran berorientasi HOTS. Penelitian ini menggunakan  pendekatan  kuantitatif dan  kualitatif. Penelitian  ini di laksanakan Sekolah Dasar Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala dengan penentuan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan angket dan wawancara. Teknik analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data,  penyajian data, dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Banawa hanya 13 sekolah atau 45% yang telah mengenal dan memperoleh informasi tentang penilaian pembelajaran berorientasi HOTS. Disimpulkan bahwa (1) Penilaian pembelajaran berorientasi HOTS di SD se Kecamatan Banawa belum difahami (2) pemerintah dan stake holder serta pihak sekolah belum memanfaatkan saluran informasi yang ada untuk menyampaikan dan bertukar informasi tentang HOTS, (3) diperlukan  cukup waktu untuk menyalurkan informasi tentang HOTS agar terbentuk difusi inovasi (4) dalam hal ini sistem sosial atau kerja kelompok guru (KKG) belum menjadi wadah dalam menyalurkan informasi tentang penilaian HOTS di SD se Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

2018 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 73-80
Author(s):  
Iip Ripati Hanipah ◽  
Yoppy Wahyu Purnomo

Penelitian ini bertujuan menganalisis kesalahan siswa menyelesaikan soal higher order thinking skill (HOTS) pada topik segiempat di SMP. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah 3 orang siswa kelas VII di salah satu SMPN di pinggiran Jakarta. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah tes dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa kurang meleknya siswa terhadap soal-soal cerita berbasis HOT menyebabkan mereka mengalami kesulitan. Kesalahan-kesalahan yang dapat diidentifikasi diantaranya kesalahan intuitif, kesalahan berbasis algoritma, dan kesalahan berbasis pengetahuan formal. Hal ini ditandai dengan kesalahan pemilihan operasi, tidak memperhatikan satuan ketika melakukan perhitungan, dan miskonsepsi terhadap rumus.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 84
Author(s):  
Alifiani Alifiani ◽  
Sikky El Walida

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses metakognitif mahasiswa dalam mengerjakan soal HOTS (Higher Order Thinking Skill) terkait materi aplikasi turunan peubah banyak, khususnya masalah ekstrim (maksimum-minimum) dalam mata kuliah Kalkulus Lanjut ditinjau dari gaya kognitifnya, yaitu Field Independence (FI), Field Dependence (FD), dan Field Neutral (FN). Sesuai dengan tujuan penelitian, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif eksploratif. Instrumen yang digunakan adalah peneliti sebagai instrumen utama, lembar soal, angket analisis gaya kognitif, dan alat rekam. Subjek penelitian terdiri dari 3 orang mahasiswa Pendidikan Matematika Semester 3 di salah satu Perguruan Tinggi di Kota Malang yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah individu FI memiliki proses metakognitif yang lebih baik saat mengerjakan soal HOTS dibandingkan individu FD dan FN. FI melakukan metacognitive evaluation untuk memerika jawaban meski tidak menemui kendala atau kesalahan sedangkan individu FD dan FN baru melakukan metacognitive evaluation dalam memeriksa kembali jawaban ketika sadar bahwa ada kesalahan yang dilakukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa individu FI memiliki proses metakognitif yang lebih baik saat mengerjakan soal HOTS dibandingkan individu FD dan FN.


2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 213
Author(s):  
Aldi Anugrah ◽  
Heni Pujiastuti

Bangun ruang sisi lengkung merupakan bagian dari geometri yang esensial dan vital karena diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Subjek dalam penelitian ini menggunakan sampel terbatas pada siswa kelas IX SMPN 1 Rangkasbitung dengan sampel melalui purposive sampling dan diambil 4 orang siswa. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dengan setiap siswa dianalisis kesalahannya berdasarkan tiap butir soal higher order thinking skill bangun ruang sisi lengkung dan pedoman wawancara yang digunakan sebagai instrumen penelitian. Tujuan penelitian ialah untuk mengkaji macam-macam kesalahan yang disebabkan oleh siswa dalam mengerjakan soal HOTS materi bangun ruang sisi lengkung (BRSL), dan faktor penyebab siswa melakukan kesalahan dalam materi tersebut. Hasil penelitian menampakkan bahwa kesalahan yang terjadi oleh siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung ditinjau berdasarkan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS ialah sebagian siswa mengalami kesalahan membaca soal, kesalahan memahami soal, kesalahan transformasi dan kesalahan ketelitian karena tergesa-gesa sehingga menimbulkan kesalahan umum konsep, interpretasi data, proses algoritma dan kealpaan. Berdasarkan nilai rerata 66,67% siswa, tidak melakukan kesalahan dalam seluruh butir soal dan 33,33% lainnya minim dalam penyelesaian atau melakukan kesalahan bervariatif dalam penyelesaian tiap butir soal HOTS materi bangun ruang sisi lengkung


2019 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
Author(s):  
Nyova Fazriani ◽  
Deden Ahmad Supendi ◽  
Hera Wahdah Humaira

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterampilan membaca siswa setelah menggunakan pendekatan Higher Order Thinking Skill (HOTS). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan desain penelitian yang digunakan pre experimental design dengan model  the one group pretest-posttest. Populasi penelitian kelas X SMK Negeri 3 Kota Sukabumi dengan sampel penelitian yang digunakan yaitu purposive sampling dan kelas yang dijadikan sampel penelitian yaitu X Jasa Boga I. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan soal HOTS bahasa Indonesia pilihan ganda sebanyak 20 butir beserta alasan. Berdasarkan uji prasyarat normalitas dan homogenitas bahwa data hasil penelitian berdistribusi tidak normal dan kedua kelas memiliki varians yang homogen. Diketahui analisis data distribusi prates diperoleh hasil Mean 56.17 sedangkan pascates setelah diberikan stimulus atau perlakuan dengan pendekatan HOTS diperoleh hasil Mean 72.06, maka terdapat peningkatan nillai hasil belajar pascates setelah dilalukan stimulus dengan menerapkan pendekatan HOTS pada pembelajaran. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, dibuktikan dalam Uji-t diperoleh thitung > ttabel (13.69 > 2.042) dan uji Wilcoxon Sign rank yang menghasilkan nilai (asym.sig. (2-tailed)) adalah 0.000 < 0.05 maka hasil hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar pada kemampuan berpikir siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Higher Order Thinking Skill (HOTS) terhadap keterampilan membaca siswa. Kata kunci: Pendekatan Higher Order Thinking Skill (HOTS), Keterampilan Membaca


2019 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 151-159
Author(s):  
Mieke Miarsyah ◽  
Rizhal Hendi Ristanto

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan agar guru biologi SMA di Kabupaten Bekasi dapat terampil mengembangkan soal HOTS. Guru sebagai peserta kegiatan pelatihan yang diundang dalam kegiatan merupakan perwakilan dari anggota MGMP Biologi yang tersebar dari beberapa beberapa wilayah di Kabupaten Bekasi yang diwakili oleh guru pada masing-masing Kecamatan. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada guru tentang pelatihan pengembangan soal HOTS yang sesuai dengan keterampilan abad 21. Model kegiatan pelatihan dilaksanakan melalui 10 (sepuluh) tahap, yaitu: (1) brain storming atau curah pendapat ceramah dan tanya jawab tentang konsep penulisan soal HOTs, (2) mengerjakan pekerjaan rumah berupa 1 soal subyektif dan 1 soal obyektif, (3) pendalaman konsep HOTs, (4) penulisan 1 soal obyektif dan 1 soal subyektif secara individual, (5) pembentukan kelompok yang terdiri dari 5-8 guru dan saling menukarkan soal, (6) masing-masing guru menelaah berdasarkan instrument yang telah disediakan, (7) kelompok memilih soal yang paling HOTs dan meranking mulai HOTs, MOTs, dan LOTs, (8) presentasi oleh masing-masing kelompok berdasarkan hasil telaahnya, (9) kelompok lain memberikan tanggapan berkaitan dengan HOTs atau tidaknya soal, (10) penguatan dari narasumber untuk masing-masing kelompok.Kata kunci: Higher order thinking skill, HOTS, guru biologi, kabupaten Bekasi.


Author(s):  
Intan Permata Sari And Indra Hartoyo

This study is aimed at (1) analyzing reading exercises based Bloom’s taxonomy for VIII grade in English on Sky textbook. (2) Found the distribution of the lower and higher order thinking skill in reading exercises. (3) To reason for level reading exercises. After analyzed the data, the result of the data analysis also infers that the six levels of Bloom’s taxonomy in reading exercises weren’t applied totally. The creating skill doesn’t have distribution in reading exercise, and the understanding – remembering level more dominant than another levels. The distribution of the higher order thinking level was lower than the lower order thinking level and the six levels are not appropriate with the proportion for each level of education based Bloom’s taxonomy, such as the distribution of the creating level in the reading exercise must be a concern because no question that belong to the creating level. It was concluded that reading exercises in English on Sky textbook cannot improve students' critical thinking skills for VIII grade.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 83-87
Author(s):  
Rischa Dwi Arianti ◽  
Arfilia Wijayanti ◽  
Filia Prima Artharina

This research model uses several stages, namely the analysis phase, the design phase, the development stage, the implementation phase, the evaluation stage. The results showed the difference in class average between classes using media and not using monopoly media based on HOTS (Higher Order Thinking Skill). This is evidenced by the results of the t-test in which the number of t arithmetic (3,590)> ttable (1,708). So the result is effectiveness in the use of HOTS (Higher Order Thingking Skill) based animal and food material monopoly in grade IV SD 01 Kalicari.


Author(s):  
MOH SUPRATMAN ◽  
HELMI RAHMAWATI ◽  
RIZQI APRILIA TSULASTRI

Pelatihan penyusunan instrumen Instrumen evaluasi pembelajaran matematika Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) bertujuan untuk: (1) Memberikan pemahaman kepada guru tentang konsep dasar penyusunan instrument evaluasi pembelajaran berbasis HOTS. (2) Meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun instrument evaluasi pembelajaran berbasis HOTS. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah seluruh guru MA. Sirajul Huda Pringgarata terutama guru bidang studi matematika. Pelatihan penyusunan evaluasi pembelajaran ini berisikan tentang tekhnik penyusunan kisi-kisi soal, soal-soal berbasis HOTS dan rubrik penskoran pada ranah kognitif. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini untuk mencapai tujuan sebagaimana yang telah dirumuskan yaitu metode ceramah, diskusi, dan latihan yang dilaksanakan dalam bentuk pelatihan dan seminar. Hasil Pelatihan pada kriteria keaktifan peserta dengan indikator: 1) Memperhatikan penjelasan pemateri rata-rata 100%; 2) Mencatat penjelasan pemateri rata-rata 92%; 3) Aktif bertanya/menjawab rata-rata 58%. Hasil penilaian kerjasama kelompok dengan indikator: 1) Berusaha memberikan pendapat rata-rata 82%; 2) Terlibat aktif dalam diskusi rata-rata 100%; 3) Menghargai pendapat sejawat rata-rata 100%. Hasil Penilaian Pemahaman dalam Penyusunan Soal HOTS dengan kriteria Baik sekali rata-rata 32%, Baik rata-rata 33%, Cukup rata-rata 12%.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 135-149
Author(s):  
Etrie Jayanti

Abstract: According to demands of curriculum 2013, assessment carried out on school should have led to increasing of higher order thinking skill. The lack of availability of questions are specifically designed to develop student’s higher order thinking skill causes students are not really proficient in solving higher order thinking skill questions. This study was research and development research purposing to determine development steps and quality of higher order thinking skill test instrument in one of high schools chemistry topic, i.e. colloid. The process of developing a higher order thinking skill test instrument used a formative research designed by Tessmer through 4 stages, namely: preliminary, self-evaluation, prototyping (expert reviews, one-to-one and small group) and field test. The data were obtained from the results of filling out validation sheets by expert reviews, questionnaires filled out by students, and test/trial of higher order thinking skill test instrument on students. The results of the development were categorically valid logically and empirically. The reliability of the test instrument was 0,65 with the high category. The item’s difficulty level was in the medium category. Six questions had good distinguishing power and one question had enough distinguishing power. The higher order thinking skill of students were in excellent, good, adequate, lacking and very poor categories respectively: 15,14%;  12,12%;  42,42%;  24,24%;  6,06%.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document