scholarly journals Perbandingan kejadian post partum blues pada ibu nifas di wilayah pedesaan dan wilayah perkotaan

2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
Author(s):  
Samria Samria

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kejadian post partum blues pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Allu dan ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Pekkabata. Metode penelitian  menggunakan desain penelitian deskriptif komparatif dan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel menggunakan kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang telah baku. Hasil analisa hubungan kedua variabel dengan menggunakan uji statistik chi-square didapat signifikansi dari hubungan kedua variabel tersebut adalah p=0,000 α (0,05). Kata kunci: post partum blues; pedesaan; perkotaan

Author(s):  
Adriani

Abstrak Perubahan peran seorang wanita menjadi seorang ibu tidaklah selalu berupa hal yang menyenangkan saja bagi pasangan suami istri, kadang kala terjadi terjadi konflik baik didalam diri wanita tersebut maupun konflik dengan suami. Jika perhatian terhadap keadaan psikologis ibu post partum kurang maka dapat menyebabkan ibu akan cenderung untuk mencoba mengatasi permasalahannya atau ketidaknyamanannya tersebut sendiri, keadaan ini jika dibiarkan saja dapat menyebabkan ibu post partum mengalami postpartum blues. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 50-70% ibu pasca melahirkan mengalami postpartum blues pada hari 4-10. Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 160 orang. Data diambil menggunakan kuesioner yang ditampilkan dalam analisa univariat dan bivariat menggunakan sistem komputerisasi SPSS. Hasil penelitian yaitu ada hubungan antara pendidikan ibu (p 0,013), pekerjaan ibu (p 0,013), dukungan suami (p 0,021), pendapatan keluarga dengan kejadian post partum blues (p 0,000) dan tidak ada hubungan antara paritas ibu (p 0,199), umur ibu (p 0,391), dan riwayat PMS (p 0,087) dengan kejadian post partum blues. Diharapkan bagi peneliti untuk dapat melanjutkan penelitian dengan variabel yang lebih bergam dan diharapkan bagi para tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam pemberian dukungan pada ibu masa post partum, sehingga mengurangi resiko ibu mengalami postpartum blues. Kata kunci : Postpartum blues, pendidikan, pekerjaan, dukungan suami, riwayat PMS


2020 ◽  
Vol 48 (2) ◽  
pp. 131-138
Author(s):  
Yustisia Imaninditya Puteri Widarini ◽  
Izzatul Arifah ◽  
Kusuma Estu Werdani

Abstract Women are prone to experiencing postpartum depression. The purpose of this study was to analyze the association of risk factors and depression symptoms in postpartum mothers in Banjarsari District, Surakarta in 2019. The design of the research is cross-sectional with the total sample was.160 postpartum mothers (0-6 weeks) from the total population of 268 mothers The independent variables included the mother’s age, education, occupation, type of delivery exclusive breastfeeding practice, and the first time breastfeeding. Whereas, the dependent variables were the symptoms of postpartum depression. Data collection using the exclusive breastfeeding practice questionnaire and the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Data analysis was performed using Chi-square and multivariate logistic regression. The results showed that 25.6% of mothers in Banjarsari experienced symptoms of postpartum depression. Type of labor (p=0,049, OR 2,333, 95% CI 1,002-5,428) and exclusive breastfeeding practice (p=0,018, OR 2,460 95% CI 1,1665,187) were significantly associated with symptoms of postpartum depression. The study concluded that the group of mothers who did exclusive breastfeed and who had delivery complications tended to experience symptoms of postpartum depression higher than that of mothers who did not experience the same conditions. Keywords : postpartum, depression, EPDS Abstrak Perempuan rentan mengalami depresi masa nifas. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan faktor risiko dengan gejala depresi pada ibu di masa nifas di Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Desain penelitian adalah crossectional dengan sampel 160 ibu nifas (0-6 minggu) dari total populasi 268 orang, Penelitian mengukur variabel independen yaitu usia ibu, pendidikan, pekerjaan, jenis persalinan, praktik menyusui eksklusif dan waktu pertama kali menyusui dengan variabel dependen yaitu gejala depresi pada ibu di masa nifas. Pengumpulan data menggunakan kuesioner praktik menyusui eksklusif dan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Analisis data menggunakan Chi-square dan multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan 25,6% ibu di Kecamatan Banjarsari, Surakarta mengalami gejala depresi di masa nifas. Jenis persalinan (p=0,049, OR 2,333, 95% CI 1,002-5,428) dan praktik menyusui eksklusif (p=0,018, OR 2,460, 95% CI 1,166-5,187) berhubungan signifikan dengan gejala depresi masa nifas. Kesimpulan penelitian ini adalah kelompok ibu yang tidak menyusui eksklusif dan kelompok ibu yang jenis persalinan disertai penyulit cenderung mengalami gejala depresi lebih tinggi dibandingkan kelompok ibu yang tidak mengalami kondisi yang sama. Kata kunci: postpartum, depresi, EPDS


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Jehan Puspasari

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara temperamen bayi dengan maternal self efficacy pada ibu remaja.          Penelitian cross sectional ini menggunakan tehnik consecutive sampling dengan 100 responden ibu remaja primipara. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang sudah terstruktur yaitu kuesioner demografi, Maternal Efficacy Questionnaire (MEQ), Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) dan Infant Characteristic Questionnaire (ICQ). Variabel temperamen bayi dan kepercayaan diri ibu dianalisis menggunakan chi-square dan regresi logistik.             Hasil penelitian menunjukkan  bahwa ada hubungan yang signifikan antara temperamen bayi dengan maternal self efficacy pada ibu remaja dengan nilai p 0,001.  Temperamen bayi sangat memengaruhi kepercayaan diri ibu remaja. Temperamen bayi yang easy berpengaruh pada peningkatan self efficacy ibu dibandingkan temperamen bayi yang difficult.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 30
Author(s):  
Irma Fidora ◽  
Ropika Ningsih

Masa kehamilan dan postpartum merupakan proses adaptasi perubahan fisik dan psikologis. Ibu hamil dan postpartum beresiko mengalami gangguan psikologis (maternal depressive symptoms). Gangguan ini bisa mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Ibu bekerja memiliki peran ganda dalam kehidupannya sehingga jika terjadi maternal depressive symptoms maka efek yang ditimbulkan bisa lebih buruk.Tujuan penelitian ini untukmengetahui gambaran maternal depressive symptoms danfaktor yang mempengaruhinya pada ibu bekerja terkait masa kehamilan dan postpartum. Metodepenelitian ini merupakan analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bekerja yang menitipkan anaknya berusia 1-12 bulan di Tempat Penitipan Anak (TPA) di Kota Bukittinggi. Jumlah sampel 97 orang, Instrumen Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) digunakan untuk mengukur maternal depressive symptoms, uji statistik yang digunakan adalah chi square untuk melihat hubungan faktor usia, paritas, pendidikan dan pendapatan terhadap maternal depressive symptoms Hasil penelitian menemukan responden yang lebih banyak adalah bukan dengan maternal depressive symptoms (60,8%). Analisis hubungan menemukanp value untuk usia adalah 0,216, paritas 0,001, pendidikan 0,038 dan pendapatan 0,099. Kesimpulan penelitian ini adalah dari beberapa faktor yang diteliti, faktor yang berhubungan dengan timbulnya maternal depressive symptoms adalah paritas dan pendidikan sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah usia dan pendapatan. Kata kunci: adaptasi psikologis; depresi; maternal depressive symptoms THE INFLUENCING FACTORS OF MATERNAL DEPRESSIVE SYMPTOMS IN WORKING WORK RELATED TO PREGNANCY AND POSTPARTUM ABSTRACTPregnancy and postpartum period is a process of adaptation to physical and psychological changes. The women in this period are at risk for psychological disorders. This disorder can cause a decrease in quality of life. Working mothers have a dual role in their lives, when maternal depressive symptoms occur, the effects might be worse. The aim of this study was to determine the maternal depressive symptoms and the factors that influence maternal depressive symptoms in working mothers related to pregnancy and postpartum. This was analytical research using cross sectional design. The sample in this study were 97 working mothers who entrust their1-12 months aged children in day care centres in Bukittinggi. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) was used to measure maternal depressive symptoms. The statistical test used was chi square to determine the relationship of age, parity, education and income factors to maternal depressive symptoms. Study showed that respondents were not with maternal depressive symptoms reached 60.8%. The relationship analysis found the p value for age was 0.216, parity 0.001, education 0.038 and income 0.099. From several factors studied, the factors that related to the onset of maternal depressive symptoms are parity and education while the factors that are not related to the onset of maternal depressive symptoms are age and income. Keywords: psychological adaptation; depression; maternal depressive symptoms


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Ariani Fatmawati ◽  
Aam Aminah ◽  
Nina Gartika

Postpartum blues merupakan gangguan psikologis yang dialami ibu pasca melahirkan. Rumah sakit di Indonesia belum banyak melaporkan tentang kejadiannya. Rendahnya ketertarikan ibu terhadap bayinya merupakan dampak dari postpartum blues. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kejadian postpartum blues dengan motivasi ibu untuk menyusui di RS Al-Islam Bandung. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 122 ibu postpartum hari ke-3 sampai hari ke-14. Instrumen untuk postpartum blues menggunakan Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) dan motivasi menyusui dengan instrumen Breastfeeding motivation instrucsional measurement scale (BMIMS). Data dianalisis dengan korelasi Spearman rank. Hasil penelitian menunjukan bahwa 53,3% dari 122 responden mengalami postpartum blues, dan dari 65 responden yang mengalami postpartum blues 36 orang (55,4%) memiliki motivasi menyusui yang rendah. Hasil uji korelasi menunjukan terdapat hubungan negatif antara kejadian postpartum blues dengan motivasi ibu untuk menyusui, dengan p value 0,02 (r = -0,288). Dengan tingkat kekeliruan 5%. Simpulan dari penelitian ini yaitu semakin tinggi kejadian postpartum blues pada ibu postpartum maka semakin rendah motivasi ibu untuk menyusui. Diharapkan perawat dapat mendeteksi lebih awal kejadian postpartum blues dan dapat memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang gangguan psikologis ibu post partum.


2020 ◽  
Author(s):  
Maria Carmina Lorenzana Santiago ◽  
Maria Antonia Esteban Habana

Abstract Background Postpartum depression (PPD) occurs in 10-15% of deliveries worldwide. Unfortunately there is a dearth of local studies on its exact prevalence. Method This cross-sectional study aimed to determine the prevalence of and risk factors for PPD among postpartum patients at a tertiary government hospital using the Edinburgh Postnatal Depression Scale-Filipino Translation (EPDS-F), a 10-point questionnaire translated into Filipino and previously validated. Four hundred patients within 8 weeks postpartum were recruited and their EPDS-F scores and sociodemographic, medical and personal history, and delivery and perinatal outcome data were obtained. Results The overall prevalence of PPD was 14.5%, which is within the known worldwide prevalence. Among those that had family incomes below PhP10,000, the proportion that had high EPDS-F scores was 68.8%, while those that had low EPDS-F scores was 48.8% (significant at p=0.001). Among those that finished below tertiary education, the proportion that had high EPDS-F scores was 81%, while those that had low EPDS-F scores was 59.9% (significant at p=0.002). Among those who delivered vaginally, 62.1% had high EPDS-F scores vs 44.2% low EPDS-F (p=0.03). Of those that had epidural anesthesia (106 or 26.5%), 44.8% had high EPDS scores and 26.0% had low EPDS-F scores (p=0.04). Regression analysis showed that having an abdominal delivery is correlated with a lower EPDS-F score by 0.87% by logistic regression and 0.46 % by probit regression. Having a higher educational attainment and monthly income are associated with a lower EPDS-F score by regression analysis. Conclusions The prevalence may be skewed because a tertiary government institution caters to delicate pregnancies and those in low socioeconomic brackets. It may be worthwhile to compare responses from a public versus a private institution, also urban versus rural areas. It would be interesting also to evaluate the mode of delivery variable and how exactly it correlates with the development of postpartum depression.


2021 ◽  
pp. 000486742110256
Author(s):  
Rebecca Blackmore ◽  
Melanie Gibson-Helm ◽  
Glenn Melvin ◽  
Jacqueline A Boyle ◽  
Mina Fazel ◽  
...  

Objective: Identifying women at risk of depression and anxiety during pregnancy provides an opportunity to improve health outcomes for women and their children. One barrier to screening is the availability of validated measures in the woman’s language. Afghanistan is one of the largest source countries for refugees yet there is no validated measure in Dari to screen for symptoms of perinatal depression and anxiety. The aim of this study was to assess the screening properties of a Dari translation of the Edinburgh Postnatal Depression Scale. Methods: This cross-sectional study administered the Edinburgh Postnatal Depression Scale Dari version to 52 Dari-speaking women at a public pregnancy clinic in Melbourne, Australia. A clinical interview using the depressive and anxiety disorders modules from the Structured Clinical Interview for the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.) was also conducted. Interview material was presented to an expert panel to achieve consensus diagnoses. The interview and diagnostic process was undertaken blind to Edinburgh Postnatal Depression Scale screening results. Results: Cronbach’s alpha coefficient for the Edinburgh Postnatal Depression Scale Dari version was good (α = 0.79). Criterion validity was assessed using the receiver operating characteristics curve and generated excellent classification accuracy for depression diagnosis (0.90; 95% confidence interval [0.82, 0.99]) and for anxiety diagnosis (0.94; 95% confidence interval [0.88, 1.00]). For depression, a cut-off score of 9, as recommended for culturally and linguistically diverse groups, demonstrated high sensitivity (1.00; 95% confidence interval [0.79, 1.00]) and specificity (0.88; 95% confidence interval [0.73, 0.97]). For anxiety, a cut-off score of ⩾5 provided the best balance of sensitivity (1.00; 95% confidence interval [0.72, 1.00]) and specificity (0.80; 95% confidence interval [0.65, 0.91]). Conclusion: These results support the use of this Edinburgh Postnatal Depression Scale Dari version to screen for symptoms of depression and anxiety during pregnancy as well as the use of a lowered cut-off score.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 29-36
Author(s):  
RATI PURNAMA SARI ◽  
AZMIZA DENSY ◽  
BUYUNG KERAMAN

Postpartum blues merupakan salah satu masalah yang mugkin muncul setelah masa persalinan. Postpartumblues yang tidak tuntas dapat berlanjut menjadi depresi postpartum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues di Puskesmas Perumnas Kabupaten Rejang Lebong. Jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. sampel dalam penelitian ini sebanyak 43 orang dengan menggunakan alat skrining Edinnburg Postnatal Depression Scale (EPDS). Penelitian dilakukan di Kabupaten Rejang Lebong pada bulan juli 2018. Data diambil dengan instrument test dan lembar observasi. Uji statistik dilakukan dengan Chi Square dan uji satistik Contigency Coefficient. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa hampir sebagian responden tidak mengalami kejadian postpartum blues (normal), Hampir seluruh responden memiliki rentang usia 20-35 tahun, paritas sebagian besar responden adalah primipara, sebagian besar responden memiliki pendidikan Sekolah Dasar (SD sederajat) dan sebagian besar responden tidak mendapatkan dukungan suami dalam perawatan dan pertolongan bayi pasca melahirkan. Ada hubungan antara faktor paritas, dukungan suami, pendidikan dan usia dengan postpartum blues di puskesmas Perumnas Kabupaten Rejang Lebong.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document