scholarly journals IMPLEMENTASI APLIKASI PENGHITUNGAN KEBUTUHAN KALORI PENDERITA DIABETES MELITUS DI LINGKUNGAN KLINIK

2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 50-55
Author(s):  
Yosep Agus Pranoto ◽  
Suryo Adi Wibowo ◽  
Miftakhur Rokhman ◽  
Kartiko Ardi Widodo

World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat ke tujuh dunia untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi di dunia. Dinyatakan bahwa diabetes merupakan penyebab utama penyakit kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan amputasi kaki. Namun, 80% diabetes dapat dicegah atau kejadiannya dapat ditunda dengan tata laksana pengobatan dan pola makan yang baik. Seperti permasalahan yang ditemukan pada mitra yaitu Klinik Griya Sehat Ampel Gading Medical Center yang berlokasi di Jalan Raya Tirtomarto, Kabupaten Malang adalah banyaknya pasien penderita diabetes. Pusat Data dan Informasi, Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2014, pasien penderita diabetes dicanangkan pesan gaya hidup sehat yaitu PATUH dan CERDIK. Dalam bidang ICT (Information and Communication Technology) pesan gaya hidup sehat ini kemudian dituangkan dalam aplikasi berbasis desktop yang dapat digunakan sebagai penghitung kebutuhan kalori untuk penderita diabetes melitus. Aplikasi ini mendeteksi kebutuhan kalori menggunakan metode logika fuzzy, dengan memperhatikan parameter yang telah ditentukan seperti berat badan dan usia. Hasil program kemitraan ini menunjukkan bahwa aplikasi dapat meminimalisasi kesalahan penghitungan kebutuhan kalori pasien diabetes yang sebelumnya dilakukan secara konvensional oleh tenaga medis, dengan interface yang bersifat user friendly. Dengan diterapkannya sistem ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup pasien penderita diabetes.

2011 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 11-14 ◽  
Author(s):  
Katherine D. Seelman

In June, 2011 at the United Nations (UN) in New York City, the World Health Organization (WHO) and the World Bank launched the first World Report on Disability. This short overview of the Report provides information about its purpose, development and content, intended audiences, and outcomes.  Special attention is directed to the sections of the Report which address telerehabilitation and information and communication technology.


2019 ◽  
Vol 118 (8) ◽  
pp. 225-235
Author(s):  
S.B.Hidayath Ahamed ◽  
Dr.N. Rajendhiran

Experts say “Health is Wealth”. Human resources are the driving resources for any nation and health is the driving force for any human. Health and health care services happen to be the strategic threshold for any nation. This sector happens to be crucial irrespective of the GDP of the nation and the purchasing power of its citizens, henceforth due care and attention need to be given to this crucial sector of the nation. In this present era of digitalization, it has become inevitable to be including technology in every progressive field of the nation in order to enhance the performance and increase the efficiency of the services. One such variant of the digital world is Information and communication technology (ICT). The World Health Organization (WHO) details the advantages associated with the use of ICT in primary healthcare services in terms of better and easy access to information, providing learning tools for healthcare professionals, patients, and community as a whole. Information and communication technology are being widely utilized in healthcare control structures. Rapid advancements in ICT in the last decade or so provide solutions to the problems in healthcare management structures. Those encompass a huge spectrum of troubles together with affected person safety, nutritional management, telemedicine, virtual imaging, file Control, and many others. This paper makes an attempt to detail the role of the rising technology that is getting used for the development of the healthcare process and become aware of the problems and their probable answers. Telemedicine gives a medium of enhancing the same old pattern of healthcare specifically in the developing global. The growing countries can make the most of it to the present better healthcare services as proper health Training. This paper highlights the boom of ICT area within the growing world and explores its viable uses in healthcare zone. Those may also assist healthcare specialists and community health employees to carry out their work in a better manner especially in far off region.


2018 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 28
Author(s):  
EKAJAYA AMANDARI

Penyakit diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah melebihi batas normal. <em>World Health Organization</em> (WHO) menyebutkan bahwa jumlah penderita DM di Indonesia mengalami peningkatan dari 8,4 juta penderita pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta penderita pada tahun 2030, dimana 90% diantaranya merupakan penderita DMT2. Patofisiologi dari penyakit DMT2 adalah suatu proses yang kompleks dan melibatkan banyak faktor. Konsep <em>ominous octet</em> yang dikemukakan oleh Ralph DeFronzo memegang peranan penting untuk menjelaskan patofisiologi dari DMT2. Ginjal merupakan organ yang memiliki peran signifikan untuk mengendalikan glukosa darah agar tetap dalam batas yang normal, sehingga dipertimbangkan untuk menjadi target terapi obat baru. <em>Sodium  glucose co-transporters</em> (SGLTs) diantaranya SGLT-2 memfasilitasi reabsorbsi glukosa kedalam plasma. Farmakokinetika dari SGLT-2 inhibitor secara umum menunjukkan bioavailabilitas yang baik saat diberikan melalui oral. Diabetes melitus merupakan faktor risiko terjadinya penyakit ginjal kronik (PGK) dan penyakit kardiovaskuler (PKV). Adanya mekanisme penghambatan pada SGLT-2 akan memberikan manfaat terhadap sistem reno-kardiovaskuler melalui penurunan glukosa darah, berat badan, dan tekanan darah. Penghambat SGLT-2 memiliki beberapa efek tambahan yang menguntungkan untuk sindrom metabolik, seperti penurunan berat badan, penurunan tekanan darah (terutama sistolik), serta penurunan asam urat serum


2008 ◽  
Vol 132 (8) ◽  
pp. 1272-1284 ◽  
Author(s):  
Arthur S. Tischler

Abstract Context.—Advances in genetics and gene expression profiling have led to new ways of thinking about the pathobiology of pheochromocytoma and extra-adrenal paraganglioma. These developments are concurrent with the publication and dissemination of the 2004 World Health Organization bluebook on pathology and genetics of endocrine tumors. Objective.—To summarize new information required by pathologists for effective participation in patient management and research. Data Sources.—Literature review and primary material from Tufts Medical Center. Conclusions.—The World Health Organization reserves the term pheochromocytoma for tumors arising from chromaffin cells in the adrenal medulla. Closely related tumors in extra-adrenal sympathetic and parasympathetic paraganglia are classified as extra-adrenal paragangliomas. A pheochromocytoma is an intra-adrenal sympathetic paraganglioma. Although arbitrary, this nomenclature emphasizes important distinctive properties of intra-adrenal tumors, including an often adrenergic phenotype, relatively low rate of malignancy, and predilection to occur in particular hereditary syndromes. Malignancy is defined by presence of metastases not local invasion. Occult germline mutations characteristic of familial syndromes are now found in more than 20% of patients with apparently sporadic tumors, bringing the percentage of tumors with a known genetic basis close to 30%. In addition, tumor location and risk of malignancy vary with the underlying genetic defect. The “10 percent rule” for pheochromocytoma/paraganglioma—10% familial, 10% malignant, 10% extra-adrenal—is therefore no longer tenable. Current roles of pathology are limited to diagnosing primary or metastatic tumors and identifying features suggestive of malignant potential or hereditary disease. Future roles may involve more definitive assessment of malignancy, genotype-phenotype correlation, and identification of targets for therapy.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 138-143
Author(s):  
Engkartini ◽  
Rully Andika ◽  
Lia Febriani

Abstrak Diabetess mellitus (DM) merupakan penyakit kronik pada sistem endokrin yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah melebihi kadar normal disebabkan oleh kekurangan hormon insulin akibat ketidakmampuan kelenjar pankreas memproduksi insulin secara maksimal (Hastuti, 2008; Wicaksono, 2011). Menurut survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO), jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang dan menempati urutan ke-4 terbesar di dunia. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetess Care, 2004). Meningkatnya kasus DM karena kurangnya kesadaran atau gejala awal menerita DM.tujuan pengabdian ini ada meningkatkan pengetahuan kader tentang penyakit DM dan pembentukan kelompok peduli DM. hasil  dari ppretest dan post test terjadi peningkatan pengetahuan kader dan keterampilan tentang pemeriksaan kadar gula darah serta terbentuk kelompok peduli DM Kata Kunci: DM. Pemberdayaan , Kelompok    


2020 ◽  
Vol 70 (2) ◽  
pp. 4-9
Author(s):  
Gracenidy Mutiara Hermawan ◽  
Luse ◽  
Febie Chriestya ◽  
Mario Steffanus

Pendahuluan: World Health Organization (WHO) memperkirakan kejadian diabetes melitus (DM) di Indonesia dapat mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar HbA1c dengan albuminuria pada pasien DM tipe 2.Metode: Data meliputi usia, jenis kelamin, kadar HbA1c, tekanan darah, proteinuria, merokok, penggunaan ACEI atau ARB, dan lama berobat diambil dari rekam medis pasien DMT2 di RS Atma Jaya dengan studi cross-sectional sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan metode korelasi Spearman pada interval kepercayaan 95% (á = 0.05).Hasil: Adanya hubungan signifikan antara kadar HbA1c dengan albuminuria (p<0,0001) yang berkorelasi cukup kuat (r=0,439). Faktor lain yang berhubungan adalah usia (p<0.05), sedangkan tekanan darah, merokok, dan penggunaan ACE-Inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (p=0,386) tidak bermakna.Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kadar HbA1c dengan albuminuria pada pasien DM tipe 2 di RS Atma Jaya.


2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Purwo Setiyo Nugroho ◽  
Anisa Catur Wijayanti

World Health Organization memprediksi bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia akan menduduki peringkat ke lima pada tahun 2025 dengan prediksi jumlah penderita sebanyak 12,4 jiwa. Indeks masa tubuh merupakan salah satu indikator obesitas dengan diabetes melitus pada penduduk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan obesitas dengan diabetes mellitus pada responden survei Indonesian Family Life Survey V. Penelitian ini merupakan penelitian analisis data sekunder Indonesian Family Life Survei V yang dilakukan dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini sejumlah 48.139 responden, namun setelah data di cleaning dengan tujuan untuk menghapus data yang missing maka didapatkan jumlah responden sebanyak 30.133 dengan kelompok penelitian berdasarkan usia diatas 15 tahun. Hasil analisis Chisquare  menyatakan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan diabetes melitus dengan nilai p value 0,000 dan nilai POR 3,377; CI 95% 2,602–4,383. Dapat disimpulkan bahwa obesitas memiliki peluang untuk terjadinya sakit diabetes melitus sebesar 3,377 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita obesitas. Faktor obesitas merupakan salah satu faktor prediposisi untuk meningkatkan gula darah yang merupakan sebuah indikator diabetes melitus. Secara patologi hal ini dikarenakan se-sel beta pulau Langerhans menjadi kurang peka terhadap rangsangan akibat kadar gula darah dan kegemukan (obesitas) akan menekan jumlah reseptor insulin pada sel-sel seluruh tubuh.


Author(s):  
Deborah Siregar ◽  
Yenni Ferawati Sitanggang ◽  
Veronica Paula

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang lainnya. World Health organization (WHO) menunjukkan bahwa dari 56.4 juta kematian yang terjadi ditahun 2015, sebanyak 39.5 juta (70%) kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM). HKBP Pos Parmingguan Gading serpong memiliki 120 jemaat yang terdiri dari anak-anak, remaja, dewasa dan lansia yang memiliki kebudayaan sumatera yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang berlemak dan asin. Beberapa jemaat mengaku memiliki tekanan darah yang tinggi dan gula darah yang tinggi serta jarang mengontrolkan dirinya ke tenaga kesehatan dan merasa tidak perlu jika tidak ada keluhan. Disamping itu, dua jemaat meninggal dunia akibat stroke yang diderita dalam tahun yang sama akibat hipertensi yang tidak terkontrol. Jemaat gereja HKBP PPGS belum pernah mendapatkan edukasi kesehatan terait topik sebelumnya. Tujuan dari PkM ini adalah memberikan edukasi kesehatan dan melakukan skrining dini terkait hipertensi, kolesterol dan diabetes melllitus. Metode yang digunakan adalah pemeriksaan kesehatan serta penyuluhan kesehatan. Hasil yang didapatkan dari kegiatan ini adalah tercatat nya sebanyak 31 jemaat yang memiliki tekanan darah tinggi dalam kategori pre hipertensi sampai hipertensi tahap 2. Sebanyak 14 jemaat memiliki kolesterol diatas 200mg/dl, dan 6 orang mengalami gula darah yang tinggi (gula darah setelah makan >180mg/dl)


2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 11-16
Author(s):  
Muflih Ngadino

Diabetes Mellitus adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat dan ketidakseimbangan antara ketersediaan insulin dengan kebutuhan insulin. Menurut World Health Organization (WHO) memeperkirakan lebih dari 346 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia lebih dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Motivasi Dengan Efikasi Diri Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Diabetes Dharma Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan uji chi-square. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien Diabetes Mellitus berjumlah 115 responden, sedangkan sampel yang digunakan adalah sampling aksidental dengan rumus slovin yaitu sebanyak 53 responden. Jenis data yang digunakan adalah data primer, data sekunder, dan data tertier, sedangkan analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. Dari hasil penelitian ini dengan uji atatistik pearson chi-square, menunjukkan bahwa hasil P value sebesar 0,001. Dimana nilai tertentu lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, maka ada hubungan antara motivasi dengan efikasi diri pada pasien diabetes melitus di Klinik Diabetes Dharma Medan. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan efikasi diri pada pasien diabetes mellitus di Klinik Diabetes Dharma Medan. Disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang motivasi dengan efikasi diri pada pasien diabetes mellitus, dengan menggunakan lokasi penelitian dan metode penelitian yang berbeda


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document