scholarly journals HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA DMT2

2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 57-61
Author(s):  
Desi Nindya Kirana

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, sehingga terjadi hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia merupakan faktor penting dalam patogenesis komplikasi vaskuler diabetik melalui peningkatan stres oksidatif dengan meningkatnya produksi Reactive Oxygen Species (ROS) serta peningkatan oksidized lipoprotein. Status nutrisi sebagai gambaran ketersediaan karbohidrat, lemak, protein dan serat merupakan pengatur utama laju lipogenesis. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Asupan Nutrisi yaitu jumlah karbohidrat, protein, lemak dan serat yang didapatkan dari asupan makan subyek penelitian.Populasi penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang melakukan kontrol rutin di Poli Penyalit Dalam dan Poli Gizi di Rumah Sakit Arifin Achmad Provinsi Riau sebanyak 420 orang. Sampel penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu, sampel dalam penelitian ini sebanyak 37 responden. Teknik penentuan sampel dengan Sampling Purposive.Instrumen yang digunakan adalah form Food Recall 24 jam, data sekunder, program nutria survei. Data primer diperoleh melalui form Food Recall 24 jam sedangkan data sekunder dari data poli penyakit dalam dan poli gizi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Analisis  data menggunakan uji chi square dengan P = 0,05. Pada kadar trigliserida secara signifikan adalah karbohidrat dengan  P  value (0,031) dan  lemak P  value (0,000). Hasil penelitian ini akan digunakan untuk penelitian lebih lanjut, yaitu untuk membuat program untuk mengatasi peningkatan kadar Trigliserida dengan mengelola asupan nutrisi pasien DM Tipe 2  

2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 28-42
Author(s):  
Putri Widelia Welkriana

Latar Belakang.Glutation (γ-L-glutamil-L-cysteinyl-glisin) merupakan tripeptida yang terdiri atas asam amino glisin, asam glutamate dan sistein dengan ikatan gamma peptida yang menghubungkan antara gugus amina sistein (yang melekat dengan ikatan pepetida pada glisin) dengan gugus karboksil pada rantai samping glutamat. Perubahan kadar GSH atau deregulasi status redoks sangat berhubungan dengan kejadian penyakit antara lain TB paru, kardiovaskular, neurodegenerative, kanker, penuaan, AIDS, cystic fibrosis, gangguan hati, diabetes mellitus, dan penyakit komplikasi yang terkait. Penurunan kadar glutation pada penderita TB paru diduga menyebabkan gangguan regulasi fungsi sel imun, dan menyebabkan kegagalan menangkal Reactive oxygen species/ROS. Pasien TB paru mengalami penurunan kadar GSH secara signifikan dalam sel mononuklear darah perifer (PBMC) dan sel darah merah (RBC). Tujuan Penelitian : Untuk menganalisis kadar glutation peroksidase pada penderita TB dalam masa pengobatan selama kurang dari 6 bulan dan lebih dari 6 bulan.                                                                                     Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan metode cross sectional. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu penderita TB dalam masa pengobatan kurang dari 6 bulan dan lebih dari 6 bulan dan variabel dependen yaitu kadar glutation peroksidase. Berdasarkan perhitungan dengan rumus, maka diperoleh jumlah sampel penelitian yaitu 45 orang. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara univariat dengan menggunakan software statistik. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji independent t. Hasil Penelitian : penelitian ini mempunyai hasil kadar glutation peroksidase pada penderita TBC dengan pengobatan kurang dari 6 bulan adalah 2,79±1,27 dan kadar glutation peroksidase pada penderita TBC dengan pengobatan lebih dari 6 bulan adalah 3,025±2,19 dengan nilai p= 0,005. Kesimpulan : Tidak ada perbedaan nyata antara kadar glutation peroksidase antara penderita TBC dengan pengobatan kurang dari 6 bulan dan lebih dari 6 bulan. Kadar glutation peroksidase pada penderita TBC dengan pengobatan lebih dari 6 bulan lebih tinggi daripada pengobatan kurang dari 6 bulan.


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 259 ◽  
Author(s):  
Indah Ridhoila ◽  
Yusrawati Yusrawati ◽  
Arni Amir

Infertilitas merupakan masalah pada sistem reproduksi yang dapat mengenai pria ataupun wanita dengan jumlah 48,5 juta pasangan di dunia. Infertilitas pada pria sering disebabkan oleh kelainan pada tingkat pre testikular, testikular, dan post testikular. Salah satu faktor resiko infertilitas adalah merokok, zat toksin yang terdapat pada rokok dapat menyebabkan peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) yang nantinya bisa menyebabkan stress oksidatif jaringan sehingga mengganggu kualitas spermatozoa. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kualitas spermatozoa pada pria dari pasangan infertil dengan riwayat merokok dan tidak merokok. Penelitian cross sectional ini menggunakan data rekam medis analisa semen di Klinik Spesialis Obstetri dan Ginekologi dan RSU Citra BMC Padang yang dilakukan dari Desember 2016 sampai April 2017. Didapatkan 64 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Perbandingan kualitas spermatozoa pria ini dianalisa dengan chi-square dan Mann-whitney dengan (p<0,05). Hasil penelitian didapatkan kualitas spermatozoa (morfologi, motilitas, konsentrasi) tidak bermakna (p >0,05). Simpulan penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan bermakna kualitas spermatozoa pria dari pasangan infertil dengan riwayat merokok dan tidak merokok.


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 259 ◽  
Author(s):  
Indah Ridhoila ◽  
Yusrawati Yusrawati ◽  
Arni Amir

Infertilitas merupakan masalah pada sistem reproduksi yang dapat mengenai pria ataupun wanita dengan jumlah 48,5 juta pasangan di dunia. Infertilitas pada pria sering disebabkan oleh kelainan pada tingkat pre testikular, testikular, dan post testikular. Salah satu faktor resiko infertilitas adalah merokok, zat toksin yang terdapat pada rokok dapat menyebabkan peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) yang nantinya bisa menyebabkan stress oksidatif jaringan sehingga mengganggu kualitas spermatozoa. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kualitas spermatozoa pada pria dari pasangan infertil dengan riwayat merokok dan tidak merokok. Penelitian cross sectional ini menggunakan data rekam medis analisa semen di Klinik Spesialis Obstetri dan Ginekologi dan RSU Citra BMC Padang yang dilakukan dari Desember 2016 sampai April 2017. Didapatkan 64 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Perbandingan kualitas spermatozoa pria ini dianalisa dengan chi-square dan Mann-whitney dengan (p<0,05). Hasil penelitian didapatkan kualitas spermatozoa (morfologi, motilitas, konsentrasi) tidak bermakna (p >0,05). Simpulan penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan bermakna kualitas spermatozoa pria dari pasangan infertil dengan riwayat merokok dan tidak merokok.


Jurnal JKFT ◽  
2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Imas Yoyoh ◽  
Imam Mutaqqijn ◽  
Nurjanah Nurjanah

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang terus menerus mengalami peningkatan jumlah yang signifikan dari tahun ke tahun. Komplikasi jangka panjang dari DM baik mikrovaskular dan makrovaskular dapat menyebabkan insufiensi aliran darah ke tungkai, yang dapat berujung pada infeksi, ulkus dan berakhir pada amputasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan perawatan kaki dengan risiko ulkus kaki diabetes di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. Desain penelitian ini adalah analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan jumlah sampel 54 responden, pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang perawatan kaki dan lembar observasi tentang risiko ulkus kaki diabetes. Uji analisis data menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian sebanyak 54 responden didapatkan data kategori perawatan kaki baik dengan risiko ulkus rendah sebanyak 14 responden (58,3%). Sedangkan kategori perawatan kaki kurang baik dengan risiko ulkus tinggi sebanyak 21 responden (70,0%). Hasil analisis diperoleh nilai OR = 3,267 artinya perawatan kaki yang kurang baik mempunyai peluang 3,267 kali untuk risiko tinggi ulkus. Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square diperoleh p=0,036 dimana nilai p-value < 0,05, maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara perawatan kaki dengan risiko ulkus kaki diabetes di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. Pasien DM dengan perawatan kaki yang kurang baik berpeluang untuk terjadinya risiko ulkus tinggi dibandingkan dengan pasien DM yang perawatan kakinya baik. 


2017 ◽  
Vol 127 (09) ◽  
pp. 590-597
Author(s):  
Yi-mei Jin ◽  
Shu-zhu Zhao ◽  
Zhao-long Zhang ◽  
Yao Chen ◽  
Xin Cheng ◽  
...  

AbstractThe incidence of gestational diabetes mellitus (GDM) has increased dramatically amongst multiethnic population. However, how gestational diabetes mellitus damages the developing embryo is still unknown. In this study, we used yolk sac membrane (YSM) model to investigate angiogenesis in the developing chick embryo. We determined that in the presence of high glucose, it retarded the growth and extension of the embryonic vascular plexus and it also reduced the density of the vasculature in yolk sac membrane model. Using the same strategy, we used the chorioallantoic membrane (CAM) as a model to investigate the influence of high glucose on the vasculature. We established that high glucose inhibited development of the blood vessel plexus and the blood vessels formed had a narrower diameter than control vessels. Concurrent with the abnormal angiogenesis, we also examined how it impacted cardiogenesis. We determined the myocardium in the right ventricle and left atrium were significantly thicker than the control and also there was a reduction in glycogen content in cardiomyocytes. The high glucose also induced excess reactive oxygen species (ROS) production in the cardiomyocytes. We postulated that it was the excess reactive oxygen species that damaged the cardiomyocytes resulting in cardiac hyperplasia.


2020 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 46-50
Author(s):  
Muhammad Basri ◽  
Baharuddin K ◽  
Sitti Rahmatia

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik dan kronis dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya yang membutuhkan perawatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi akut jangka panjang (Nian, 2017). Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah Puasa pada pasien DM tipe II di PKM Kassi-Kassikota Makassar. Manfaat : Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Metode : Pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional, jenis penelitian ini menggunakan metode analitik yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara Kualitas tidur dengan kadar glukosa darah puasa pada pasien DM Tipe II. Sampel menggunakan purposive sampling dengan menggunakan rumus Slovin dengan jumlah sampel  55  orang  yaitu  seluruh pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di PKM Kassi-Kassi Kota Makassar. Hasil Uji Statistik Chi Square diperoleh p value 0,000 < 0,05.sehingga peneliti berasumsi bahwa  ada hubungan antara kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien DM Type 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.  Kesimpulan yaitu terdapat hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Saran dapat dijadikan sebagai salah satu acuhan bagi pasien diabetes melitus tipe 2 untuk meningkatkan kualitas tidur dan menjaga kadar glukosa darah puasa


2019 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 38-45
Author(s):  
Helena Wadja ◽  
Hamidah Rahman ◽  
Nani Supriyatni

Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia pada abad ke-21. Jumlah penderita DM mencapai 422 juta orang di dunia pada tahun 2014. Sebagian besar dari penderita tersebut berada di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki jumlah penderita yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, tingkat stres, dan durasi tidur terhadap kejadian Diabetes Mellitus. Metode penelitian dengan menggunakan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah  pasien yang datang memeriksakan kadar gula darah di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun 2018. Jumlah sampel 95 orang yang diambil dengan cara accidental sampling. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus adalah tingkat stres dengan p-value = 0,037 ( <0,1 ) dan durasi tidur dengan p-value = 0,025 ( <0,1 ), sedangkan yang tidak berhubungan adalah tingkat pengetahuan dengan p-value = 0,709 ( >0,1 ). Oleh karena itu, disarankan kepada petugas kesehatan lebih meningkkatkan lagi  informasi kepada masyarakat tentang penyakit Diabetes Mellitus, agar masyarakat lebih tahu tentang penyakit Diabetes Mellitus.


Author(s):  
Wanodia Ayutama ◽  
Tuty Rizkianti ◽  
Cut Fauziah

Infertility is one of the most common male reproductive health problems. Male infertility is the inability of a male to result pregnancy in a fertile female in one year of non-contracepting sexual intercourse. Male with poor sperm quality are more susceptible to infertility. One of the cause of infertility in men is disruption of spermatozoa motility. Imperfect motility will reduce the quality of spermatozoa and the probability of conception. One cause of decreased motility is inflammation of the male reproductive tract. Inflammation that occurs will increase the recruitment of leukocytes in the reproductive tract and increase the production of reactive oxygen species (ROS) so it can interfere the process of sperm formation and maturation. The purpose of this study was to determine the relationship between leukocyte counts and spermatozoa motility. The number of leukocytes and the percentage of spermatozoa motility were obtained from semen analysis as secondary data. The research design used was cross-sectional. The number of samples in this study were 66 respondents who met the inclusion criteria.The results of the study showed a significant inverse relationship (negative correlation) (p = 0.007, r = -0.328) between the number of leukocytes and spermatozoa motility, which means  if the number of semen leukocytes increases, the percentage of spermatozoa motility will decrease. Keywords: inflammation; leukocyte counts; spermatozoa motility ABSTRAKInfertilitas merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi pria yang sering dijumpai. Infertilitas pada pria adalah ketidakmampuan seorang pria untuk menyebabkan kehamilan pada seorang wanita fertil setelah satu tahun hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi. Pria dengan kualitas sperma yang kurang baik lebih rentan mengalami infertilitas. Salah satu penyebab infertilitas pada pria adalah gangguan pada motilitas spermatozoa. Motilitas yang kurang sempurna akan menyebabkan penurunan kualitas spermatozoa dan penurunan probabilitas terjadinya pembuahan. Salah satu penyebab penurunan motilitas adalah inflamasi pada saluran reproduksi pria. Inflamasi yang terjadi akan meningkatkan rekruitmen leukosit pada saluran  reproduksi pria dan meningkatkan produksi reactive oxygen species (ROS) yang bersifat toksik bagi spermatozoa sehingga dapat mengganggu proses pembentukan dan pematangan spermatozoa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara jumlah leukosit dengan motilitas spermatozoa. Jumlah leukosit dan persentase motilitas spermatozoa didapatkan dari data sekunder, yaitu data hasil analisis semen. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross-sectional). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 81 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat hubungan terbalik (korelasi negatif) yang bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah (p = 0.007, r = -0.328) antara jumlah leukosit dengan motilitas spermatozoa, yang berarti jika jumlah leukosit semen semakin meningkat, maka persentase motilitas spermatozoa akan semakin rendah.


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 5-14
Author(s):  
Holy Yunita Nuraini ◽  
Rachmat Supriatna

Diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes melitus yang tidak tergantung pada  insulin dan kebanyakan penderita memiliki kelebihan berat badan. Data studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang dan diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan, aktivitas fisik dan riwayat penyakit keluarga terhadap penyakit diabetes  mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Bunda Margonda Depok Tahun 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelian cross sectional .Metode pengambilan sampel menggunakan tekhnik accidental sampling terhadap 34 orang pasien penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Bunda Margonda Depok Tahun 2015. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuisioner, dimana jawaban dari kuisioner dianalisa dengan menggunakan uji chi-square yang di olah dengan menggunakan  SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dari tiga variable yaitu pola makan nilai p-value 0.044 < α (0.05), aktivitas terhadap penyakit diabetes mellitus tipe 2 nilai p-value 0.634 > α (0.05) dan riwayat penyakit keluarga nilai p-value 0.102 > α (0.05), yang mempunyai hubungan terhadap diabetes mellitus tipe 2 adalah variable pola makan. Perlu adanya penyuluhan lebih terhadap masyarakat mengenai pola makan yang baik dan sehat. Kata kunci : Aktivitas Fisik,  Diabetes Mellitus, Pola Makan, Riwayat Penyakit Keluarga


2021 ◽  
Vol 8 (32) ◽  
pp. 3023-3027
Author(s):  
Namrata Shrivastava ◽  
Vaibhav Shrivastava ◽  
Manish Pandey

BACKGROUND Infertility is defined as the inability to conceive after at 1 year of regular unprotected intercourse. Male contributes to almost half of infertility cases and in almost 30 % of cases, no definite aetiology is identified, and hence, male infertility is labelled idiopathic in these cases. Oxidative energy production mechanisms are almost always accompanied by reactive oxygen species (ROS), generation whose too much concentrations can lead to extensive protein damage and cytoskeletal modifications and inhibit cellular mechanisms. A number of laboratory techniques have been developed to evaluate oxidative stress by measuring ROS level in the semen. In recent times antioxidant supplements have been proposed as useful agents to increase the scavenging capacity of seminal plasma, controversy still surrounds their actual clinical utility. METHODS 34 male patients were included in this study. Reactive oxygen species detection was done by Flowcytometry using dichloroflurosecindiacetate (DCFH-DA). RESULTS The ROS in the patient group was found to be significantly higher 29.821 (5.6300 than the control group 22.162 (1.6331 having p value < 0.001). The ROS (29.821 ± 5.6300) was found to be significantly reduced after 3 months of antioxidant therapy which got reduced to 19.893 ± 4.2299 respectively. CONCLUSIONS Our study demonstrates that infertile men have significantly higher level of ROS (as measured by flowcytometry) & lower sperm count (oligospermia), decreased progressive & total motility and increased immotile sperms as compared to healthy fertile men. This study further proves that antioxidant therapy based on a combination of carnitine, zinc, coq10, lycopene and vitamin C & E for 3 months is associated with a decrease of ROS as measured by flowcytometry & a variable degree of improvement in above mentioned semen parameters. KEYWORDS Reactive Oxygen Species, Male Infertility


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document