scholarly journals Perilaku Seksual Remaja dalam Pencegahan HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Baja

2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 28-34
Author(s):  
Desi Ernita Amru ◽  
Suci Ridmadhanti

Remaja di Balikpapan sebagian besar sudah melakukan pergaulan bebas. Sebanyak 8,2% pernah berpelukan 22,83% pernah berciuman, sebanyak 7,47% pernah bercumbu dan 11,92% berhubungan seksual. Bahkan ada remaja telah menjadi PSK, mereka berani berkencan  dengan  harga Rp.1.000.000,00. Tujuan Penelitian: Mengetahui gambaran sikap remaja kelas X mengenai perilaku seks pranikah di SMK X Balikpapan. Metode : Jenis Penelitian adalah deskriptif kuantitas. Populasi adalah 128 siswa kelas X dan sampel adalah 97 siswa kelas X dengan menggunakan teknik metode acak sederhana (Simple Random Sampling). Hasil Hasil Penelitian dari 97 responden didapatkan dengan hasil jenis kelamin laki-laki sebanyak 24% dan perempuan sebanyak 76%, yang berusia 16 tahun 63%, 17 tahun 33% dan 18 tahun 4%, yang bersikap positif 28% dan bersikap negatif 72%, tidak pernah melakukan seks pranikah 62% dan pernah melakukan seks    pranikah    sebanyak    38%,    berpegangan    tangan    40%,    berpelukan 8%,berciuman 9%. Kesimpulan: Sebagian besar remaja di SMK Pertiwi Balikpapan memiliki sikap negatif terhadap perilaku seks pranikah. Saran agar remaja tidak melakukan seks pranikah karena dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat seks pranikah.

2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 67-74
Author(s):  
Mufarika Mufarika

AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi virus HIV yang termasuk famili retroviridae. Kualitas hidup ODHA menjadi sangat rentan mengalami penurunan akibat masalah baik fisik, psikologis, maupun sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan peran kelompok dukungan sebaya dengan kualitas hidup pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jenis penelitian yang digunakan  yaitu analitik  dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 61 responden. Pengambilan sampel menggunakan Simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji statistik Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya  mendapatkan peran kelompok dukungan sebaya kurang yaitu 46 (75%) ODHA. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value (0,000) < ? (0,05), artinya ada hubungan peran kelompok dukungan sebaya dengan kualitas hidup pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Poli VCT RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan. Kata Kunci: Kualitas Hidup, Peran Kelompok Dukungan Sebaya, AIDS


Author(s):  
Sitti Aisyah ◽  
Muhammad Syafar ◽  
Ridwan Amiruddin

Pertambahan jumlah kasus baru HIV & AIDS masih menjadi  hal yang mengkhawatirkan terutama dikalangan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi melalui media sosial oleh peer educator terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV &  AIDS. Penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan randomized pretest posttest control group. Jumlah sampel sebanyak 100 orang yang berasal dari siswa-siswi SMAN 4 Parepare sebagai kelompok intervensi dan SMAN 2 Parepare sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Analisis skor pengetahuan dan sikap responden antara pretest dan postest menggunakan uji non parametrik two related sample( wilcoxon) dan uji t sampel berpasangan. Untuk membandingkan pengetahuan dan sikap responden kelompok intervensi dan kontrol menggunakan uji non parametrik two independent sample  (Mann- Whitney) dan uji t sampel tidak berpasangan. Batas kemaknaan (nilai alpha) ditetapkan 5% (0,05).  Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh intervensi melalui media sosial oleh peer educator dalam meningkatkan pengetahuan p = 0,000 (p<0,05) dan sikap positif p = 0,000 (p<0,05) responden mengenai HIV & AIDS. Ada perbedaan pengetahuan dan sikap responden mengenai HIV & AIDS setelah diintervensi melalui media sosial dibandingkan yang tidak diintervensi p = 0,000  (p<0,05 ). Kesimpulan dari penelitian ini adalah intervensi melalui media sosial oleh peer educator berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV & AIDS. Kelompok yang diintervensi oleh Peer Educator melalui media sosial memiliki skor pengetahuan dan sikap lebih baik daripada kelompok yang tidak diintervensi.


2019 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 98
Author(s):  
Mellia Fransiska ◽  
M Mursyid

Hasil pemetaan oleh KPAKota Bukittinggi terdapat 67 titik hospot homoseksual dengan populasi kunci sebanyak 456 orang. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis mendalam keterkaitan jumlah pasangan seksual dan pemakaian kondom pada komunitas homoseksual dengan kejadian HIV AIDS. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain case control. Populasi kasus adalah semua homoseksual di Kota Bukittinggi tahun 2017 sebanyak 465 orang dan jumlah sampel kasus 19 orang (homoseksual dengan HIV +) dan sampel kontrol 19 orang (homoseksual HIV -). Teknik pengambilan sampel kasus dengan simple random sampling dan kontrol dengan purposive sampling (berdasarkan kelompok kasus). Data kuantitatif dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner. Data kuantitatif dianalisis dengan uji chi-square (CI 95%) Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsistensi pemakaian kodom (OR = 16,200; CI 95%) merupakan faktor risiko penularan HIV AIDS pada komunitas homoseksual, dan secara statistik terdapat pemakaian kondom (p= 0,003) dengan penularan HIV AIDS pada komunitas homoseksual. Dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak konsisten menggunakan kondom, 16,200 kali berisiko untuk tertular HIV dibandingkan dengan responden yang konsisten menggunakan. Diharapkan kepada pihak terkait dalam pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS untuk dapat membuat sebuah program pecegahan dan penanggulangan HIV AIDS pada komunitas homoseksual mengenai hubugan seks yang aman pada komunitas homoseksual. Diperlukan program spesifik tentang pencegahan penularan HIV AIDS khususnya pada komunitas homoseksual yang dapat dimotoring dan dievaluasi secara berkala.


2019 ◽  
pp. 33-43
Author(s):  
Sri Mindayani ◽  
Hilda Hidayat

Data prevalensi Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku Kementerian Kesehatan tahun 2011 ditemukan angka prevalensi HIV dan sifilis di kalangan narapidana yaitu 3% dan 5%. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahuianalisis perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS dengan pendekatan Health Belief Model (HBM) pada WBP dI LAPAS Kelas IIA Padang.Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari – September 2018 Lapas Kelas IIA Padang. Populasi penelitian berjumlah  dengan 1375 orang dan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat.Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara persepsi hambatan dan dorongan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada WBP di Lapas Kelas IIA Padang. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan, persepsi keparahan, persepsi kerentanan, dan persepsi manfaat dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada WBP di Lapas Kelas IIA Padang.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 86
Author(s):  
Ni Nyoman Ari Kundari Dewi ◽  
I.G.A Puja Astuti Dewi ◽  
Made Rismawan

ABSTRAKTujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku laki-laki usia 15-19 tahun dalam pencegahan penularan HIV/AIDS di Desa Sibang Kaja Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini yaitu remaja laki-laki usia 15-19 tahun dengan jumlah 147 responden, yang didapatkan melalui teknik simple random sampling. Data dikumpul menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan statistik deskriptif.Hasil: Penelitian ini menunjukkan sebanyak 51% responden memiliki perilaku yang baik dan 49% responden memiliki perilaku yang cukup dalam pencegahan penularan HIV/AIDS.Kesimpulan: Temuan ini mengindikasikan bahwa remaja laki-laki usia 15-19 tahun perlu meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakannya kearah yang lebih baik, sehingga akan terciptanya perilaku yang baik dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Kata Kunci: HIV/AIDS, Perilaku, Remaja ABSTRACTAim: To identify the behavior of adolescent boy in the age 15-19 years old in the prevention of HIV/AIDS transmission at Sibang Kaja village Abiansemal Badung. Method: This study employed cross sectional approach. To conduct this study, 147 respondents were recruited as the sample in this study through simple random sampling technique. The data were collected by using questionnaires and analyzed with descriptive statistics.Finding: The findings indicated that 51% of respondents had good behavior and 49% of respondents had moderate behavior in the prevention of HIV/AIDS transmission.Conclusion: In conclusion, adolescents boy in the ages 15-19 years old need to improve their knowledge, attitudes and actions to be better in order to build good behavior and in accordance with the norms. Keywords: HIV/AIDS, Behavior, Adolescents


2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
Author(s):  
Sri Sumartini ◽  
Vinna Maretha

ABSTRAKPeer Education merupakan metode Implementasi dan evaluasi program pendidikan sebaya, hal ini juga sebagai upaya Instansi Pendidikan Menengah Atas dalam pencegahan terjadinya perilaku seksual berisiko tinggi (bebas) pada remaja. Program ini bertujuan agar kelompok remaja mendapatkan informasi yang sesuai tentang HIV/AIDS, mampu berdiskusi, memperbaiki sikap dan membentuk norma-norma yang tepat bagi kelompok sebaya, dan mendukung perkembangan seksual tahap remaja. Pendekatan pendidikan sebaya (peer education) sangat efektif sehingga komunikasi lebih mudah sehingga mampu mengubah sikap pada remaja untuk  membantu upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS. Penelitian yang telah dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui efektifitas peer education method dalam pencegahan  HIV/AIDS terhadap pengetahuan dan sikap remaja. Metoda Penelitian menggunakan pre-experiment design melalui desain one shot case study. Populasi dalam penelitian merupakan  siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Majalengka Kabupaten Majalengka sejumlah 691 siswa tekhnik pengambilan sampel adalah simple random sampling jumlah sampel yang didapatkan 88 orang responden. Instrument penelitian menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji validitas kemudian uji reliabilitas. Uji Statistik menggunakan Uji-T, Sehingga mendapatkan Hasil penelitian yaitu pengetahuan remaja  pretest sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup dan postest sebagian besar responden pengetahuan tentang HIV/AIDS baik. Sikap remaja pada saat pretest sebagian besar memiliki sikap negatif dan postest sebagian besar memiliki sikap positif. Terdapat effektifitas peer education method dalam mencegah HIV/AIDS terhadap pengetahuan dan sikap remaja. Peer Education method merupakan suatu metode alternatif untuk menilai pengetahuan serta sikap remaja dalam Pencegahan penularan HIV AIDS. ABSTRACTPeer Education is a method of implementing and evaluating peer education programs, it is also an effort of senior secondary education institutions in preventing the occurrence of high-risk (free sexual) behavior in adolescents. The program aims to provide youth with appropriate information about HIV / AIDS, be able to discuss, improve attitudes and form appropriate norms for peer groups, and support adolescent stage sexual development. The peer education approach is very effective so that communication is easier so that it can change attitudes towards adolescents to help prevent the spread of HIV / AIDS. The research that has been carried out aims to determine the effectiveness of peer education methods in the prevention of HIV / AIDS on the knowledge and attitudes of adolescents. The research method uses pre-experiment design through one shot case study design. The population in this study were students of class X and XI in SMA Negeri 1 Majalengka, Majalengka Regency with a total of 691 sampling techniques students were simple random sampling, the number of samples obtained by 88 respondents. The research instrument used a questionnaire that had been tested for validity and then reliability testing. The statistical test uses the T-Test, so that the research results are that the knowledge of pretest teenagers most of the respondents have sufficient knowledge and the posttest of most respondents knowledge of HIV / AIDS is good. Adolescent attitudes at the time of the pretest mostly have negative attitudes and most posttests have positive attitudes. There is an effectiveness of peer education methods in preventing HIV / AIDS against adolescent knowledge and attitudes. The Peer Education method is an alternative method to assess the knowledge and attitudes of adolescents in the prevention of HIV AIDS transmission.


2014 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Dadang Dwi Purwanto

Stigma dan diskriminasi yang tinggi oleh masyarakat terhadap orang dengan HIV-AIDS (ODHA) mengakibatkan orang yang memberikan jarak, ketakutan, dan bahkan kurang setuju untuk ODHA. Jumlah orang yang hidup dengan HIV terus meningkat hingga tahun 2013 mencapai 286 orang, dan studi awal menunjukkan ada 6 orang yang hidup dengan HIV di Dusun Pandan Wangi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat tentang HIV AIDS dengan stigma pada ODHA (Orang dengan HIV AIDS) di Dusun Pandan Wangi, Desa Pandan wangi, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Desain analisis penelitian ini adalah pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 691 keluarga di Dusun Pandan wangi, Desa Pandan wangi, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang dengan sampel total 69 yang menggunakan teknik pengambilan sampel proporsional Simple Random Sampling. dan di lakukan pada 26-29 Mei 2014. Variabel bebas dalam penelitian ini Pengetahuan umum tentang HIV AIDS sedangkan Variabel Dependent adalah ODHA Stigma. Instrumen dalam bentuk kuesioner. Analisis data melalui editing, coding, scoring, tabulating tes Spearman Rank .. Hasil penelitian hubungan pengetahuan masyarakat tentang HIV AIDS dengan stigma pada orang yang hidup dengan HIV, stigma memiliki pengetahuan yang baik dari rendahnya jumlah responden (10,1%), pengetahuan tentang diri dengan stigma sebagai total 27 responden (39,1%) dan kurangnya pengetahuan dengan stigma yang tinggi nomor 10 responden (14,5%). Statistik uji Rank Spearman diperoleh angka signifikan atau nilai probabilitas (0,000) standar secara signifikan lebih rendah dari 0,05 atau (p <α), , maka H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti Ada Pengetahuan Humas tentang HIV AIDS dengan stigma pada ODHA (orang dengan HIV AIDS). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan masyarakat tentang HIV / AIDS Stigma di ODHA (Orang dengan HIV / AIDS) di Dusun Pandan wangi, Desa Pandan wangi, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 98-103
Author(s):  
Thomas Laga Boro ◽  
Rafael Paun ◽  
Marthen R Pellokila

ABSTRACT Loss to follow-up of antiretroviral therapy is when PLWHA (People Living with HIV/AIDS) do not come for antiretroviral therapy for more than 3 months. This study aimed to determine the factors of loss to follow-up antiretroviral therapy for PLWHA at Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Public Hospital where PLWHA with land, water and air transportation are served. This was a case control study with 66 samples of PLWHA. The samples underwent antiretroviral therapy in Prof. Dr.W.Z. Johannes Kupang Public Hospital from 2006 to 2016. Saturated sampling technique was done for cases group and simple random sampling was done for control group. Univariate and bivariate data analysis were done in this study. The result of bivariate analysis showed that there were association between intention (p = 0.004, OR = 4.667), self efficacy (p = 0.0001, OR = 7.875), action (p = 0.0001, OR = 45.000), transportation mode (p = 0.046, OR = 0.200), and transport costs (p = 0.0001, OR 19.333) and loss to follow-up antiretroviral therapy. It could be concluded that transportation and behavior were the major problems for the loss to follow up antiretroviral therapy in the islanded area.   Keywords: HIV/AIDS, antiretroviral therapy, loss to follow-up, islanded area   ABSTRAK Gagal follow-up antiretroviral therapy adalah  jika ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) tidak menjalani terapi antireroviral lebih dari 3 bulan  terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor gagal follow-up antiretroviral therapy pada ODHA di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang yang melayani para ODHA dengan moda transportasi darat, air, dan udara. Desain penelitian ini adalah case control. Sampel sebanyak 66 ODHA yang menjalani antiretroviral therapy di RSUD Prof. Dr.W.Z. Johannes Kupang sejak tahun 2006 sampai 2016. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh untuk kelompok kasus dan simple random sampling untuk kelompok kontrol. Analisis data menggunakan prosentase untuk univariat dan bivariat. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada pengaruh niat (p = 0,004, OR = 4,667), self efficacy (p = 0,0001, OR = 7,875), tindakan (p = 0,0001, OR = 45,000), moda transportasi (p = 0,046, OR = 0,200), dan biaya transportasi (p = 0,0001, OR 19,333) terhadap gagal  follow up terapi antiretroviral. Dapat disimpulkan bahwa masalah utama gagal follow up terapi antiretroviral di wilayah berkepulauan ini adalah transportasi dan perilaku.   Kata Kunci: HIV/AIDS,  terapi antiretroviral, gagal follow up, wilayah berkepulauan.


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 193-204
Author(s):  
Febriani Nur Umami ◽  
Prijono Satyabakti

Perilaku seksual adalah segala aktivitas maupun tindakan yang dilakukan individu yang didorong oleh hasrat seks untuk memenuhi kepuasan seksualnya. Beberapa kelompok yang berisiko tertular HIV/AIDS adalah WPSL, WPSTL, NAPI, LSL, dan kelompok homoseks maupun heteroseks lainnya. Faktor pendorong terjadinya epidemi HIV/AIDS antara lain praktik melakukan hubungan seksual berisiko, tingkat penggunaan kondom yang rendah, prevalensi IMS tinggi. Perilaku berisiko tinggi tertular HIV/AIDS sering dihubungkan dengan hubungan seks yang tidak aman baik melalui vagina atau anal, hubungan seks sejak usia dini, dengan siapa seks pertama kali dilakukan, serta memiliki pasangan seks dalam jumlah banyak. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan crossecsional. Populasi penelitian ini yaitu homoseksual yang ada di komunitas Galeri Sehati, dengan jumlah sampel 75 orang. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling.  Untuk  mengetahui  hubungan  menggunakan  uji  statistik  Chi Square dan  untuk mengetahui besar risiko menggunakan  perhitungan  Odds Ratio 95% CI.  Hasil penelitian menunjukkan sikap responden memiliki OR = 3,929 (95% CI : 1,316 - 11,725) dengan nilai p- value 0,023. Sedangkan tingkat pengetahuan memiliki OR = Sedangkan tingkat pengetahuan memiliki OR = 4,45 (95% CI 1,170 - 16,933) dengan nilai p-value 0,041 Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap dan tingkat pengetahuan mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS.


2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 32-41
Author(s):  
FNU Liawati

Latar Belakang: Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Penyakit HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang bisa diakibatkan melalui perilaku seks yang tidak sehat dan penggunan alat suntik narkoba bersama. Remaja merupakan salah satu kelompok umur yang rentan terhadap kasus HIV. Mengingat isu pokok dalam kesehatan reproduksi remaja terutama pada penyakit menular seksual dan HIV/AIDS. Upaya yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait HIV dan AIDS yaitu melalui program penyuluhan, dan promosi kesehatan. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan mengenai pencegahan HIV/AIDS di SMK Kesehatan Rajawali Tahun 2018. Metode Penelitian: Pra eksperimen desain One Group Pretest-Postest. Sampel yaitu 56 responden dan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Analisa data Uji Wilcoxon. Hasil: Pengetahuan siswa sebelum diberikan penyuluhan yaitu pada kategori pengetahuan baik sebesar 6,2%, cukup 79,2% dan kurang 14,6%. Setelah diberikan penyuluhan tingkat pengetahuan baik sebesar 91,7% (n=44), cukup 8,3%. Simpulan: Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna sebelum dan setelah diberikan penyuluhan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document