scholarly journals Konstruksi Program Mata Najwa Episode “Gerabak-Gerubuk Urus Pagebluk” di Trans7

PROPAGANDA ◽  
2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 71-82
Author(s):  
Jihan Salsabila

Pandemi Covid-19 di Indonesia belum ada titik penyelesaiannya, sudah berbagai macam cara yang dilakukan pemerintah dalam menangani permasalahan ini. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini adalah Presiden Joko Widodo menunjuk Luhut Binsar Panjaitan secara langsung untuk menangani kasus Covid-19 secara spesifik di provinsi prioritas. Penelitian ini memilih masalah bagaimana konstruksi pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia dalam program Mata Najwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana media melalu program talk show Mata Najwa mengonstruksi upaya apa saja yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi pandemi Covid-19 di Indonesia. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme, dengan pendekatan kualitatif. Objek penelitian ini adalah tayangan Mata Najwa Episode “Gerabak-Gerubuk Urus Pagebluk”. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis framing Robert M. Entmen, yang di dalamnya memiliki dua dimensi besar, yaitu seleksi isu, dan penonjolan aspek, serta memiliki empat elemen berupa, define problems, diagnose causes, make moral judgement dan treatment recommendation. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan analisis framing, dapat diketahui bahwa Mata Najwa lebih menampilkan aspek tertentu seperti mengenai risiko kesehatan masyarakat yang akan terancam jika pilkada tetap terus dijalankan. Mata Najwa tidak menyetujui keputusan yang dibuat oleh Presiden karena terlihat dari sebagian besar narasumber yang hadir memberikan pernyataan bahwa jika pilkada akan tetap dilaksanakan maka akan terjadi lonjakan kasus yang tinggi, dan Mata Najwa juga lebih cenderung menampilkan dampak negatif yang akan didapat jika pilkada tetap berjalan.

2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 63-90
Author(s):  
Kurnia Sari Wiwaha ◽  
Ustadi Hamsah

Islam has been known as a religion of Rahmatn lil’alamiin which guarantees inclusion and maintains a treatise on all humanity. However, the interpretation of universality of Islam does not meet a common understanding even though within Muslim community itself. Those diverse interpretations have resulted in how the universality of Islam has been expressed. One of those quarrels toward interpretation is the discussion of Islam Nusantara. West Sumatera is one of the regions in Indonesia which implements Islamic law as its customary law in which rejection against Islam Nusantara has been echoed across the borders. The rejection caused reactions from various parties since West Sumatera strongly stated the rejection as a way for preserving it. Those dispute has been sharpened by the online news in several Indonesian media that began to raise the phenomenon up. This research aim to find out how those medias frame the news and whether online media contribute on minimizing public tensions. This research used descriptive method with qualitative approach. The source of the data focused on Indonesian online media news on 2018 and was analyzed with framing analysis from Robert N. Entman and also using the concept of treatment recommendation as an analyzes of dispute resolution. The results discovered that media with its framing analysis technique has their own moral judgement and treatment recommendation as a form of dispute resolution towards discourses in the media. This moral judgment can show the tendency and alignment of a media regarding an issue. In addition, the media also has an important role in developing the audience’s mindset in the midst of dispute it can be analyzed from the treatment recommendation that can be used as a media based dispute resolution.   Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamiin dan bersifat universal serta hadir sebagai sebuah risalah seluruh umat manusia. Akan tetapi, pemaknaan terhadap universalitas Islam tidak seragam terlebih pemaknaannya bagi kalangan umat Islam itu sendiri. Hal ini menimbulkan banyak interpetasi yang bermacam-macam untuk mengekspresikan universalitas Islam ini. Salah satu bentuk interpretasi ini adalah munculnya istilah Islam Nusantara yang kembali menuai perdebatan. Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan hukum Islam dan adatnya yang sangat kuat menolak pengistilahan ini. Penolakan ini menimbulkan banyak reaksi dari beberbagai pihak. Hal ini dikarenakan, Sumatera Barat yang sangat menjaga kelestarian budayanya menolak wacana ini yang memiliki visi samaseperti yang dimiliki Sumatera Barat. Arena pertarungan ini diperluas oleh adanya pemberitaan di media-media online Indonesia yang mulai mengangkat fenomena ini. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan bagaimana media membingkai pemberitaan dan apakah media juga memiliki peran untuk meminimalisasi ketegangan yang terjadi antara pihak yang bertikai. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang diperoleh mengacu pada pemberitaan media online mainstream Indonesia pada tahun 2018 dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis framing media model Robert N. Entman dan treatment recommendation sebagai bentuk dispute resolution wacana di media. Hasil dari penelitan ini mengungkapkan bahwa dalam pembingkaian sebuah berita, media memiliki moral judgement-nya masing-masing. Moral Judgement ini yang dapat memperlihatkan arah atau keberpihakan suatu media terhadap suatu isu. Selain itu, media juga memiliki peranan penting dalam mendewasakan khalayak di tengah konflik. Hal ini terlihat dari adanya treatment recommendation yang dapat digunakan sebagai dispute resolution berbasis media.


2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 17-36
Author(s):  
Zanniro Sururi Hsb

This study explores the Indonesian Ulema Council’s polemic coverage about the concept of Islam Nusantara through online media framing analysis. To look at online media framing, I use qualitative methods with Robert N. Etnman’s framing study that examines two things: selecting issues and the emphasis or promotion of certain aspects. The analysis contained four concepts: defining problems, diagnosing causes, making a moral judgment, and treatment recommendations. The results showed that three online media gave rise to a variety of news reports. Detiknews.com brings up news about scholars’ polemic in the Indonesian Ulema Council area behind Islam Nusantara’s concept eight times, CNNIndonesia.com five times, and Kompas.com three times. Interpretations of the three online media have different attitudes. Detiknews.com in framing can not be said to be neutral, but there has been a bit of a splash of neutrality by displaying statements as a bit of a counterparty, although dominated by pre-party views. CNNIndonesia.com is more impressed to provoke the public to respond to the construction of reality in framing because many use the election diction provocative title. Kompas.com is more neutral compared to Detiknews.com and CNNIndonesia.com. Kompas media tends to use the principle of cover both sides, and the news is more in the form of articles or public opinion.Studi ini mencoba untuk mengeksplorasi pemberitaan polemik Majelis Ulama Indonesia tentang konsep Islam Nusantara melalui analisis framing media online. Untuk melihat framing media online, penulis menggunakan metode kualitatif dengan analisis framing Robert N. Etnman yang mengkaji dua hal, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu. Analisis tersebut terdapat empat konsep, yaitu define problems (pendefenisian masalah), diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), make moral judgement (membuat pilihan moral), dan treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Hasil studi menunjukkan bahwa tiga media online memunculkan vitur berita yang beragam. Detiknews.com memunculkan berita tentang polemik ulama di kawasan MUI dibalik konsep “Islam Nusantara sebanyak 8 kali”, CNNIndonesia.com sebanyak 5 kali, dan Kompas.com sebanyak 3 kali. Interpretasi dari ketiga media online tersebut memiliki sikap berbeda-beda. Detiknews.com dalam melakukan framing belum bisa dikatakan netral, akan tetapi sudah ada sedikit percikan kenetralan dengan menampilkan pernyataan sekelumit pihak kontra walaupun didominasi pernyataan pihak yang pro. CNNIndonesia.com lebih terkesan memprovokasi masyarakat untuk menanggapi konstruksi realitas yang di framing karena banyak menggunakan pemilihan diksi judul yang provokatif. Kompas.com lebih netral dibandingkan dengan Detiknews.com dan CNNIndonesia.com. Media Kompas cenderung menggunakan prinsip cover both side dan pemberitaannya lebih banyak berbentuk artikel ataupun opini masyarakat.


2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 139-154
Author(s):  
Mugiarjo Mugiarjo

This study aims to present how two Indonesian online media, Mojok.co and Tirto.id, try to act as mediators when political issues shift from substance to cheesy issues that only amplify political polarization. Researchers analyzed five news in each medium using Robert N. Entman’s framing framework including defining problems, diagnosing causes, making moral judgments, and recommendations for treatment. We found there were quality journalism practiced by Mojok.co and Tirto.id for writing good stories. These two didn’t follow ‘quote journalism’ that often performed by online media in Indonesia. This is an example how online media still give some hopes for balancing democracy as their purpose as social controller.Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan bagaimana dua media online Indonesia yaitu Mojok.co dan Tirto.id alternatif berupaya menjadi penengah di saat isu politik bergeser dari hal yang substansi menjadi isu gorengan yang hanya mempertebal polarisasi. Peneliti menganalisis lima berita di masing-masing media menggunakan kerangka framing Robert N. Entman meliputi define problems, diagnose causes, make moral judgement, dan treatment recommendation. Hasil penelitian menegaskan pembingkaian yang dilakukan oleh Mojok.co dan Tirto.id menunjukkan adanya praktik jurnalisme yang bermutu dengan tidak larut dalam praktik media online yang mengandalkan kecepatan tetapi justru larut dalam pusaran isu populer sehingga hanya melakukan jurnalisme ‘kutipan’. Hal ini menjadi alternatif baru bagi media-media online untuk kembali menempatkan jurnalisme sebagai penyampai berita dan kontrol sosial, bukan sekadar mengutip pernyataan narasumber.


2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 111-124
Author(s):  
Sutan Kumala Pontas Nasution

The background of the problem in this research is how three online media, CNNIndonesia.com, Republika.co.id, and Tempo.co, framed speeches containing the words “blind” and “deaf” delivered by the candidates for Vice President of the Republic of Indonesia. K.H. Ma’ruf Amin on Saturday, November 10 2018 in the presence of Barisan Nusantara (BarNus) volunteers. The three media were chosen based on the argumentation about the diversity of ideologies they held. This research method uses framing analysis proposed by Robert N. Entman. The data obtained were analyzed in four stages, that is define problems, diagnose causes, make moral judgement, and treatment recommendation. The results show that CNNIndonesia.com focuses more on the responses that arise from the community, especially people with disabilities; while Republika.co.id stated that the meaning of Ma’ruf Amin’s words did not refer to people with disabilities; and Tempo.co tended to be impartial by presenting neutral news.Latar belakang masalah pada penelitian ini adalah bagaimana tiga media online, CNNIndonesia.com, Republika.co.id, dan Tempo.co, membingkai pidato yang berisi kata-kata “buta” dan “budek” yang disampaikan oleh calon Wakil Presiden Republik Indonesia, K.H. Ma’ruf Amin pada hari Sabtu 10 November 2018 di hadapan relawan Barisan Nusantara (BarNus). Ketiga media tersebut dipilih dengan argumentasi keragaman ideologi yang dianut pemiliknya. Metode penelitian ini menggunakan analisis framing yang dikemukakan oleh Robert N. Entman. Data yang diperoleh dianalisis ke dalam empat tahap, yakni pendefinisian masalah, memperkirakan sumber masalah, membuat keputusan moral, dan menekankan penyelesaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CNNIndonesia.com lebih menyoroti respon yang timbul dari masyarakat khususnya kaum disabilitas; sedangkan Republika.co.id menyebut bahwa maksud dari perkataan Ma’ruf Amin tidak menjurus kepada kaum disabilitas; dan adapun Tempo.co cenderung tidak berpihak dengan menyajikan berita yang netral.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 79-92
Author(s):  
Mike Meiranti

This article aims to explain and describe "tampang Boyolali" in Prabowo's speech which was explored using online media framing analysis. To see the framing of media online the authorused qualitative research method with framing analysis Robert N Entman who examined the analysis into four concepts namely: define problems, diagnose causes, make moral judgement, and treatment recommendation. The results of the study using three online media gave rise to fitur diverse news. The diction "Tampang Boyolali" in Prabowo Subianto's speech invited controversy in the community and media. Government officials also contributed to the diction of his speech. The diction "Tampang Boyolali" seemed to demean the people of Boyolali, and immediately invited an angry reaction from the people of Boyolali. Researchers collected data in the form of images and text through 3 media, namely CNNIndonesia.com, Sindonews.com, and Kompas.Com. The three media are actively preaching "Tampang Boyolali" with different framing. In this case the author tried to analyze the news with Robert N. Entmen's analysis which resulted in the fact that CNNIndonesia.com did not respond well and discredited Prabowo's apology. Meanwhile Sindonew.com appreciated Prabowo's  gentleman attitude that dared to make an apology. As Kompas.com tend to be neutral, do not appreciate and do not discredit the figures reported.Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan “tampang Boyolali” dalam pidato Prabowo yang dieksplorasi menggunakan analisis framing media online. Untuk melihat framing media online penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis framing Robert N Entman yang mengkaji analisis menjadi empat konsep yaitu: define problems (pendefenisian masalah), diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), make moral judgement (membuat pilihan moral), dan treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Hasil studi menggunakan tiga media online memunculkan fitur berita yang beragam. Diksi “Tampang Boyolali" dalam pidato Prabowo Subianto mengundang kontroversi di masyarakat dan media. Para petinggi pemerintahan pun turut andil mengomentari diksi pidatonya tersebut. Diksi “Tampang Boyolali" seakan merendahkan warga Boyolali, dan seketika mengundang reaksi marah warga Boyolali. Peneliti mengumpulkan data berupa gambar dan teks melalui 3 media, yaitu CNNIndonesia.com, Sindonews.com, dan Kompas.Com. Ketiga media tersebut aktif memberitakan “Tampang Boyolali” dengan framing yang berbeda-beda. Dalam hal ini penulis mencoba menganalisis berita dengan analisis Robert N. Entmen yang menghasilkan fakta bahwa CNNIndonesia.com tidak merespon baik dan mendiskreditkan permohonan maaf Prabowo. Sedangkan Sindonew.com sangat mengapresiasi sikap gentleman Prabowo yang berani menghaturkan permohonan maaf. Adapun Kompas.com cenderung netral, tidak mengapresiasi dan tidak mendiskreditkan tokoh yang diberitakan.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 80-96
Author(s):  
Faishal Luthfi Wanda Bukhroni ◽  
Vinisa N. Aisyah

Ahmad Dhani telibat dalam kasus ujaran kebencian dan akhirnya divonis bersalah atas cuitannya di Twitter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana TvOne membingkai berita kasus ujaran kebencian yang dilakukan oleh Ahmad Dhani. Model framing yang digunakan dalam penelitian ini adalah model framing milik Robert N. Entman yang berfokus pada pemilihan isu dan penonjolan aspek dari suatu berita. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan  menggunakan tiga berita TvOne pada periode November 2017 sampai Februari 2019 sebagai unit analisisnya, yang dianalisa dengan melihat teks, durasi dan scene. Berdasarkan element framing Entman yaitu Define Problem, Diagnose Cause, Moral Judgement, dan Treatment Recommendation, hasil penelitian menunjukkan tiga hal dalam pemberitaan tersebut, yaitu ketidakberimbangan narasumber, pengulangan narasi Ahmad Dhani tidak bersalah, dan kontroversi UU ITE di Indonesia.Ahmad Dhani was involved in the case of hate speech and was ultimately convicted of his post on Twitter. This study aims to find out how TvOne framed the case of hate speech committed by Ahmad Dhani. The framing model used in this study is Robert N. Entman's framing model, focusing on the selection of issues and highlighting aspects of a story. This study used a qualitative method using three TvOne clips from November 2017 until February 2019 as the unit of analysis, analyzed by looking at the text, duration and scene. Based on Entman's framing elements such as Define Problem, Diagnosis Cause, Moral Judgment, and Treatment Recommendation, the results of the study identified three frames in the news, including the imbalance of the sources, the narrative of Ahmad Dhani's innocence, and the controversy over the ITE Law in Indonesia. 


Author(s):  
Sendi Romadhon Simorangkir

<p class="15bIsiAbstractBInggris"><em><span lang="EN-US">This study aims to examine the reporting frame regarding the reunion of the 212 Alumni Brotherhood. The research method was qualitative content analysis with Robert N. Entman. Research results: online Republika constructs news related to the reunion of the alumni fraternity 212 through Islamic ideology. This shows that Republika Online illustrates a positive thing about the implementation and impact of the alumni reunion fraternity 212. It is known that there are also imbalances in the news regarding reunion 212. Based on Robert N. Entman’s framing, which has four: Define Problem, Diagnose Causes, Make Moral Judgement, Treatment Recommendation. It can be concluded that the Online Republika news analysis seems to support the implementation of the alumni brotherhood reunion following the perspective of media ideology, namely Islamic ideology. Suggestion: Republika Online editor to maintain the balance of the news by paying attention to the cover both sides on each issue because some news does not cover both sides. So, readers can find out the entire contents of the information on one news issue</span></em><em><span lang="EN-MY">.</span></em></p><p class="15cKeywordsBInggris"><strong><span lang="IN">Abs</span><span lang="EN-US">trak</span></strong></p><p class="16aJudulAbstrak"> </p><p class="16bIsiAbstrak"><span lang="IN">Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kerangka pemberitaan terkait reuni persaudaraan alumni 212. Metode penelitian adalah analisis isi kualitatif dengan Robert N. Entman. Hasil penelitian: Republika online mengkonstruksi berita terkait reuni frater alumni 212 melalui perspektif ideologi Islam. Hal ini menunjukkan bahwa Republika Online menggambarkan hal yang positif tentang pelaksanaan dan dampak dari pelaksanaan reuni alumni 212. Diketahui juga terdapat ketimpangan pemberitaan terkait reuni 212. Berdasarkan framing Robert N. Entman yang memiliki empat yaitu Mendefinisikan Masalah, Mendiagnosis Penyebab, Membuat Penilaian Moral, Rekomendasi Pengobatan. Dapat disimpulkan bahwa analisis berita Republika Online tampaknya mendukung terselenggaranya reuni persaudaraan alumni sesuai dengan perspektif ideologi media yaitu ideologi Islam. Saran: Redaksi Republika Online agar menjaga keseimbangan pemberitaan dengan memperhatikan cover kedua sisi pada setiap terbitan, karena ada beberapa berita yang tidak meliput kedua sisi. Jadi, pembaca dapat mengetahui isi berita secara lengkap pada satu edisi berita<strong>.</strong></span></p>


COMMICAST ◽  
2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 58
Author(s):  
Arik Sofian ◽  
Niken Lestari

Bulan Desember 2019 media di Indonesia diramaikan dengan pemberitaan wabah virus Covid - 19. Edukasi dan pencegahan wabah ini menjadi fokus yang diberitakan oleh media. Pada Bulan Maret 2020 pemberitaan tentang virus Covid - 19 lebih masif lagi karena sudah masuk di Indonesia. Pro kontra pun terjadi, seperti kontroversi transparansi identitas korban Covid - 19 dan kebijakan pemerintah dalam menangani kasus Covid - 19. Banyak pihak menilai pemerintah tidak siap dalam upaya penanganan kasus Covid - 19. Kesan tersebut tidak lepas dari peran media dalam membingkai berita tersebut. Salah satu media yang memberitakan Covid - 19 adalah koran.tempo.co. Media online ini melihat polemik yang terjadi di pemerintah dalam mengambil kebijakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui analisis framing media online koran.tempo.co dalam pemberitaan tentang kebijakan pemerintah dalam menangani kasus Covid - 19 di Indonesia. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis framingmodel Robert N Entman dengan elemen - elemen analisis yaitu define problem, diagnose causes, make moral judgement, dan treatment recommendation. Dengan empat elemen ini akan diketahui pembingkaian berita yang dilakukan oleh media. Media online koran.tempo.co membingkai sikap keraguan pemerintah dalam menangani kasus Covid - 19. Karena tidak ada kesiapan setiap kebijakan yang dibuat pemerintah terkesan tidak menemukan keberhasilan.


2012 ◽  
Vol 1 (5) ◽  
pp. 429
Author(s):  
Gatut Priyowidodo ◽  
Inri Inggrit Indrayani

The relations between Indonesia and Malaysia are always full of colors. Indonesia and Malaysia are assumed as neighbour since it has similar history, religion also socio culturally. Some decades show that the decline of relationship the both countries. Another time, as ASEAN members the two countries devotes their nationalities to purify their collective identities as Eastern. The objective of the research is to extricate the construction of Kompas online toward news coverage of the borders dispute between Indonesia-Malaysia in 2010. This research is proposed to examine central issues which reported by Kompas online consistently. As a media industry, Kompas coverage dominates circulation nationally. Kompas was the pioneer of online news in Indonesia and born in reformation era. The method used in this research is framing method by Robert N. Entman’s which consist of four steps identification : defining problem, diagnosing causes, moral judgement and a treatment recommendation. This research found that Kompas news covered the border dispute must be negotiated as recognition of Indonesia dignity.


2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 95-110
Author(s):  
Erna Kurniawati

This study has a problem how three online media, Detik.com, Tribunnews.com and Tempo.co, in framing the reporting of the slogan “Indonesia First, Make Indonesia Great Again” delivered by Prabowo Subianto in his speech on Thursday, October 11, 2018 which considered imitating the President of the United States, Donald Trump. The three online media were selected on the basis of consideration of news sites that were quite intense and enthusiastic in reporting the slogan in the two-week period after the event (11-25 October 2018). The method in this study uses framing analysis proposed by Robert N. Entman. The data were analyzed in four stages, that is define problems, diagnose causes, make moral judgement, and treatment recommendation. The results of this study indicate that Detik.com provides news from both pros and cons; Tribunnews.com places more emphasis on using more refined language, and Tempo.co puts forward the use of wise and contemporary languages.Studi ini memiliki belakang masalah bagaimana tiga media online, Detik.com, Tribunnews.com dan Tempo.co, dalam membingkai pemberitaan slogan “Indonesia First, Make Indonesia Great Again” yang disampaikan oleh Prabowo Subianto dalam pidatonya pada Kamis 11 Oktober 2018 yang dinilai meniru Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Ketiga media online tersebut dipilih atas dasar pertimbangan situs-situs berita yang cukup intens dan antusias dalam memberitakan slogan tersebut pada periode waktu dua minggu pasca kejadian (11-25 Oktober 2018). Metode pada penelitian ini menggunakan analisis framing yang dikemukakan oleh Robert N. Entman. Data dianalisis dalam empat tahap, yakni pendefinisian masalah, memperkirakan sumber masalah, membuat keputusan moral, dan menekankan penyelesaian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Detik.com menyajikan berita dengan sumber baik dari yang pro maupun kontra; Tribunnews.com lebih menekankan pada penggunaan bahasa yang lebih diperhalus, dan Tempo.co lebih mengedepankan penggunaan bahasa-bahasa yang bijak dan kekinian.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document