JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

30
(FIVE YEARS 25)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Teologi Baptis Jakarta

2655-6863, 2655-6871

2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 76-87
Author(s):  
Rifai Rifai

Teenagers as the successors of the Indonesian people have received high expectations from the community in moral behavior. Various challenges faced by adolescents today can be able to plunge adolescents into immoral behavior. Adolescent moral behavior is based on adolescent moral anxiety, namely the existence of a personal sense of blame every time a teenager commits an offense. Moral anxiety of adolescents is influenced by the level of adolescent religiosity, if adolescents with moderate religiosity tend to have high moral anxiety as well. To get adolescents with good moral religiosity and anxiety need an alternative moral guidance for juvenile delinquency. Alternative moral guidance is carried out through the cultivation of the character of faith and devotion to God who is omnipresent. In addition, it is necessary to involve teachers of Religious Education and Human Rights as counselors and the implementation of scout extracurricular activities that can shape the positive character of students. Abstrak Remaja sebagai penerus bangsa Indonesia telah mendapatkan ekspetaksi tinggi dari masyarakat dalam perilaku bermoral. Berbagai tantangan yang dihadapi remaja saat ini bisa dapat menjerumuskan remaja dalam perilaku tidak bermoral. Perilaku bermoral remaja dilandasi dengan kecemasan moral remaja yakni adanya rasa tertuduh secara pribadi setiap kali remaja melakukan pelanggaran. Kecemasan rmoral remaja dipengaruhi oleh tingkat religiusitas remaja, jika remaja dengan religiusitas sedang cenderung tinggi akan memiliki kecemasan moral yang tinggi pula. Untuk mendapatkan remaja dengan religiusitas dan kecemasan moral yang baik perlu alternatif pembinaan moral terhadap kenakalan remaja. Alternatif pembinaan moral dilaksanakan melalui penanaman karakter keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang mahaesa. Selain itu perlu pelibatan guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sebagai konselor dan pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka yang dapat membentuk karakter positif siswa.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 88-100
Author(s):  
Sabda Budiman ◽  
Astrid Maryam Yvonny Nainupu

The concept of God's regret in Jonah 3:10 may be confusing to today's Christians if they do not get a proper understanding. God is All-knowing and All-wise. If God is sovereign why can He change in His decisions and become remorseful. Knowing the nature of Alah based on the understanding of this text is indispensable to today's Christians. In addition, a clear understanding of the nature of God based on the text of Jonah 3:10 will lead the present Christian mat to understand what should be done based on that understanding. This paper will provide a clear understanding of the concept of God's regret through the exeegese method and library research of the text from Jonah 3:10 Today's Christians understand the nature of God in the concept of god's regret clearly based on the text of Jonah 3:10 and respond correctly based on an understanding of the concept. So be not allah of those who show mercy. He knew that the Ninevites would repent, which is why He forced Jonah to go to Nineveh. He was also a merciful God even against evil pagans like Nineveh. And whatever the situation, he remains unchanged and fully sovereign. He is all-knowing and all-wise. Abstrak Konsep Allah yang menyesal di dalam Yunus 3:10 mungkin membingungkan bagi orang Kristen masa kini jika tidak mendapatkan pemahaman yang tepat. Jika Allah Mahatahu mengapa Allah menyesal. Jika Allah berdaulat mengapa Ia bisa berubah di dalam keputusan-Nya dan menjadi menyesal. Mengenal sifat Alah berdasarkan pemahaman terhadap teks ini sangat diperlukan oleh umat Kristen masa kini. Selain itu juga pemahaman tentang sifat Allah yang jelas berdasarkan teks Yunus 3:10 akan membawa mat Kristen masa kini untuk mmengerti apa yang seharusnya dilakukan berdasarkan pemahaman tersebut. Tulisan ini akan memberikan pemahaman tentang konsep menyesallah Allah secara jelas melalui metode eksegese dan penelitian pustaka terhadap teks dari Yunus 3:10 umat Kristen masa kini memahami sifat Allah di dalam konsep menyesallah Allah secara jelas berdasarkan teks Yunus 3:10 dan meresponi dengan benar berdasarkan pemahaman terhadap konsep tersebut. Karena sangat jelas bahwa Allah yang menyesal itu adalah Allah yang tetap Mahatau. Dia telah tahu bahwa orang Niniwe akan bertobat itulah sebabnya Ia memaksa Yunus untuk tetap pergi ke Niniwe. Ia juga Allah yang penuh dengan belas kasihan bahkan terhadap bangsa kafir yang jahat seperti Niniwe. Dan apapun situasinya, Ia tetap tidak berubah dan berdaulat sepenuh-Nya. Penyesalan-Nya justru membuktikan Ia Mahatahu, Mahakasih dan Mahaberdaulat.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 101-113
Author(s):  
Veydy Yanto Mangantibe ◽  
Olyvia Yusuf

This article discusses pastoral counseling for shemale groups. In the time of creation, Genesis 1:27 “So God created man in His own image, in the image of God He created him; male and female He created them”. This verse provides clear evidence that in terms of sex or gender, there are actually contrasting differences between men and women. Men and women are two different individuals, there is no mixing of both or shemale. However, in reality, it was found that they were male but felt that they were women. In general, shemale experienced errors in identifying their gender. This mistake is caused by a psychological disorder called gender identity disorder. It appears that in society, shemale behavior is seen as abnormal or deviant behavior. They often experience rejection, mockery, insults and even become targets of various acts of violence. In the midst of the negative response from the general public to the existence of transgender women. Abstrak Artikel ini membahasa mengenai pembinaan pastoral konseling terhadap kelompok waria. Dalam masa penciptaan, Kejadian 1: 27 “menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakakan-Nya mereka.” ayat tersebut, memberikan bukti nyata bahwa dari sisi seks atau jenis kelamin, sesungguhnya terdapat perbedaan yang kontras antara laki-laki dan perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan adalah dua pribadi yang berdiri sendiri, tidak ada pencampuran dari keduanya atau Wanita pria, atau yang disingkat waria, namun pada kenyataannya didapati mereka yang berjenis kelamin laki-laki tetapi merasa dirinya adalah perempuan, Secara umum, waria mengalami kekeliruan dalam mengidentifikasi jenis kelaminnya. Kekeliruan tersebut disebabkan oleh gangguan psikologi yang disebut gender identity disorder, Nampak persoalan Dalam masyarakat umum, perilaku waria dipandang sebagai perilaku yang abnormal atau menyimpang. Mereka kerapkali mengalami penolakan, dijadikan bahan ejekan, hinaan bahkan sering menjadi sasaran berbagai tindakan kekerasan. persoalan ini juga tentunya menjadi tanggung jawab bagi kekristenan dalam pelayanan maka perlu adanya tindakan nyata untuk menyikapi persoalan kelompok waria.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 114-130
Author(s):  
Hendi Hendi ◽  
Eka Nur Cahyani

The Concept of Renewal Nous in Christ Based on Romans 12: 1-2. This article discussing the renewal of nous in Christ through a syntactic and semantic approach to text analysis, namely the focus on the text itself, interactions with other texts and the writings of the Church Fathers. The renewal of nous is the starting point of the consequences of the journey of the believer after being baptized and becoming a Christian is to perfect the image of God in him which continues to be perfected until he becomes like Christ. There are two main points of discussion, namely the process of renewing Nous and the results of renewing Nous. The process of renewing nous is kenosis by offering the body and not becoming conformed to the world as a form of turning off the desires of the flesh so that it is no longer sold in sin. The result of renewal is having a front (the mind of Christ). Only Christians who renew their nous have the mind of Christ, guarding their souls with all vigilance to the likeness of His image. Abstrak Konsep Pembaruan Nous Di dalam Kristus Berdasarkan Surat Roma 12:1-2. Artikel ini membahas tentang pembaruan nous di dalam Kristus melalui pendekatan analisis teks secara sintaksis dan semantis yaitu fokus pada teks itu sendiri, interaksi dengan teks-teks lain dan tulisan para Bapa Gereja. Pembaruan nous adalah titik awal konsekuensi dari perjalanan orang percaya setelah dibaptis dan menjadi orang Kristen adalah menyempurnakan gambar Allah di dalam dirinya yang terus disempurnakan sampai menjadi serupa dengan Kristus. Ada 2 pokok pembahasan yaitu proses pembaruan nous dan hasil dari pembaruan nous. Proses pembaruan nous adalah kenosis dengan mempersembahkan tubuh dan tidak menjadi serupa dengan dunia sebagai wujud dari mematikan keinginan daging sehingga tidak lagi terjual di dalam dosa. Hasil dari pembaruan nous adalah memiliki fronew (pikiran Kristus). Hanya orang Kristen yang memperbarui nousnya yang memiliki pikiran Kristus, menjaga jiwanya dengan segala kewaspadaan hingga serupa gambar dan rupaNya.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Harl Evan R. Siahaan

Kegiatan publikasi di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen (PTKK) sudah semakin meningkat dalam dua tahun belakangan ini. Hal tersebut dapat dilihat dari bertambahnya jumlah jurnal ilmiah yang berbasis online (OJS), serta jumlah OJS yang telah terakreditasi. Namun demikian, jumlah tersebut masih didominasi dari STT yang berada di pulau Jawa, sementara di belahan Indonesia tengah, hingga ke ujung timur publikasi ilmiah masih menjadi tantangan yang perlu terus diaktualisasikan. Sekalipun terjadi peningkatan geliat publikasi dan literasi di lingkup PTKK, jumlah tersebut masih jauh di bawah jumlah PTKK yang ada, sehingga perlu langkah yang mampu menstimulasi kegiatan publikasi ini. Artikel ini bertujuan untuk menawarkan sebuah pemikiran yang bersifat reflektif biblikal dalam rangka mendorong peningkatannya yang semakin signifikan. Dengan menggunakan metode analisis gramatikal pada kata kerusso, maka dapat disim-pulkan, bahwa istilah kerusso berimplikasi pada kegiatan publikasi di era literasi digital masa kini.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1-13
Author(s):  
Yahya Afandi

This article examines: is science and theology so wide apart from each other; is the suffering of bible scholars who have a "second class" status in academic conversation impossible to end? The advancement of science which should illuminate the theological-biblical notions which are textually unexplainable in scientific detail has in fact created such a sharp split point. The idea of Intelligent design: irreducible complexity promoted by Michael J. Behe provides a kind of “theistic interstice" that can be used as a lens to see the existence of an intelligent designer of the universe narrated in Psalms 19: 1-6. The existed complexity, cannot be reduced because the condition itself is threatening the universal system. This article concludes with the identification: if the assumptions of an intelligent designer who refers to God is considered too premature; the framework of an intelligent designer then provides an imaginative space to grapple with the possibility of His involvement in the universe. Abstrak Artikel ini mempertanyakan ulang: Apakah ilmu pengetahuan dan teologi alkitabiah sudah sedemikian jauh terpisah satu sama lain? Apakah penderitaan para sarjana kitab suci yang diklaim berstasus “kelas dua” dalam percakapan akademik mustahil diakhiri? Kemajuan ilmu pengetahuan yang semestinya menerangi terminologi teologis-alkitabiah, yang barangkali memang secara tekstual tidak dijelaskan secara detail-ilmiah khususnya isu kosmologi dan kosmogoni, nyatanya justru telah menciptakan titik pisah yang begitu tajam. Gagasan kosmologi Intelligent design: irreducible complexity yang diusung oleh Michael J. Behe memberi semacam “celah teistik” yang dapat dipergunakan sebagai lensa untuk melihat kemungkinan keberadaan Sang Perancang Cerdas semesta raya dalam narasi Mazmur 19:1-6. Kerumitan yang ada, tidak dapat dikurangi, tidak boleh tidak ada. Mengingat situasi tersebut justru berpeluang mengancam sistem semesta. Artikel ini diakhiri dengan identifikasi, bahwa jika dugaan perancang cerdas yang merujuk kepada keberadaan Tuhan dinilai terlalu prematur, maka pemikiran intelligent designer menyediakan ruang imajinatif-intelektual untuk menggumuli kemungkinan keberadaan dan keterlibatan-Nya atas semesta.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 14-23
Author(s):  
Muryati Muryati ◽  
Yusak Setianto ◽  
Priskila Issak Benyamin ◽  
Alex Frans Nathanael Nasution

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi mengatasi kemarahan melalui perumpamaan yang didasarkan pada kitab Yunus 4. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan model (Research and Development) yang mengadopsi 10 langkah pengembangan dari Borg and Gall. Dari 10 langkah yang ada, penelitian ini berfokus pada dua tahap utama, yaitu tahap pengembangan model dan tahap validasi model. Model yang dikembangkan adalah model prosedural berupa strategi. Pengembangan model dilakukan melalui kajian hermeneutik dan eksegesi terhadap Yunus 4. Model yang telah dikembangkan kemudian divalidasi oleh 33 pakar dan praktisi yang dilakukan dengan teknik angket yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Model dinyatakan valid apabila hasil validasi bernilai di atas kriteria keberhasilan setelah melalui pengujian one sample t-test berbantuan SPSS 25. Hasil penelitian ini adalah strategi yang berbentuk prosedur untuk mengatasi kemarahan yang terdiri dari langkah-langkah berikut: (1) Adanya penyebab kemarahan; (2) Terjadinya kemarahan tahap 1; (3) Pemberian perumpamaan; (4) Terjadinya kemarahan tahap 2; (5) Penyampaian penjelasan mengenai penyebab kemarahan yang dibandingkan dengan perumpamaan yang diberikan; (6) Dampak dari penjelasan. Model ini telah tervalidasi oleh validator dengan nilai t sebesar 2,09 yang signifikan pada tingkat kesalahan 0,044 (lebih kecil dari 0,05). Dengan demikian, model yang dikembangan tervalidasi dengan baik, dan layak untuk digunakan.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 56-75
Author(s):  
Hemat Sibuea

The research methodology used in this article adopts a qualitative approach including social-historical for analysis Chronistisches Geschichtswerk (ChrG) as a hypothesis after Enneateukh (Genesis to 1-2 Kings). This theory came from Noth’s hypothesis that Deuteronomy-2 Kings are from a single author. Others opinion said that ChrG as a compilation of Deuteronomistic History (Deuteronomistischen Geschictswerk (DtrG)). This hypothesis gives influence and contribution to the redaction of theological the book of Chronicles. The result of this research shows the essence of theology ChrG rebuilt the characters of faith to God in developing Israel’s prestigious life. Abstrak Metodologi penelitian yang digunakan dalam artikel ini menggubakan pendekatan Sejarah Sosial untuk menganalisis peredaksian Sejarah Chronistis (ChrG) sebagai hipotesis setelah pembentukan karya Enneateukh (Kejadian -1dan 2 Raja-raja). Teori ini berasal dari hipotesia Noth yang menyatakan bahwa Kitab Ulangan sampai 2 Raja-raja sebagai karya dari pengarang tunggal. Pendapat yang lain menyatakan bahwa ChrG sebagai sebuah kompilasi DtrG yang memberikan pengaruh dan kontribusi bagi peredaksian teologi kitab Tawarikh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa esensi dari teologi ChrG menumbuhkan karakter beriman kepada Allah dalam kehidupan umat Israel.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 42-55
Author(s):  
Listari Listari ◽  
Yonatan Alex Arifianto

The missionary fulfillment of the Great Commission as applied to churches today. Mission shares the same principle in the Great Commission, which is to bring souls to salvation. In the text of the Great Commission, there are three important parts, namely salvation, development, and assignment. This great commission has been applied in various churches today, but the principles of the mission itself have not been fully understood by church members. By using descriptive qualitative methods, the writer can define the Great Commission and its objectives, then describe the principles of mission in the Great Commission in the study of Matthew 28: 19-20 and apply the mission in everyday life. A mission that has an agenda and objectives and mission principles from the text of the Great Commission, understands carefully the theological study of the Great Commission and knows the mission of God in the life of every believer, recognizes the mandate in the person and fulfills it. And the last, most important thing is how the church recognizes the problems in mission and strives to be a mission church that relies on God and is able to get through every challenge that exists in implementing its evangelistic mandate. Abstrak Pelaksanaan misi dari Amanat Agung yang diterapkan pada gereja-gereja masa kini. Misi memiliki prinsip yang sama dalam Amanat Agung, yaitu untuk membawa jiwa-jiwa kepada keselamatan. Dalam teks Amanat Agung terdapat tiga bagian penting, yaitu penyelamatan, pengembangan dan penugasan. Amanat Agung ini telah diterapkan di dalam berbagai gereja saat ini, hanya saja prinsip dari misi itu sendiri belum dipahami secara menyeluruh oleh anggota gereja. Dengan melalui metode kualitatif deskritif, penulis dapat mendeskritifkan Amanat Agung dan tujuannya, lalu menjabarkan prinsip misi Amanat Agung dalam kajian Matius 28: 19- 20 dan mengaplikasikan misi dalam kehidupan sehari-hari. Misi yang memiliki agenda tujuan dan prinsip- Prinsip misi dari teks Amanat Agung, memahami dengan seksama kajian teologis Amanat Agung serta mengenal misi Allah di dalam kehidupan setiap orang percaya, mengenal amanat dalam diri pribadi dan menunaikannya. Dan yang terakhir yang paling penting adalah bagaimana gereja mengenal masalah-masalah dalam misi serta berusaha menjadi gereja yang bermisi dengan bersandar Tuhan dan mampu melewati setiap tantangan yang ada dalam menerapkan mandat penginjilan.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 24-41
Author(s):  
Michael Salomo Hahuluy
Keyword(s):  

This scientific work discusses, how can today's leaders understand the importance of regeneration of leadership. In this thesis will see various views associated with leadership and regeneration, which have an impact on issues of Theology and praxis related to problems of regeneration of leadership. Then from the various views, will be compared with the results of the study of regeneration of the historical leadership of Moses to Joshua, which is contained in the book of Pentateuch. The author gives some examples of patterns of regeneration. The results of this research are the leaders can understand the importance of leadership regeneration, as well as a biblical basis with regard to the regeneration of leadership. The leaders are expected to be: first, aware of the urgency of making the regeneration of leadership. Second, immediately perform the regeneration of leadership, to begin looking for the people who have competence in leadership, rig up to hand over the relay baton of leadership to the new leaders.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document