JBN (Jurnal Bedah Nasional)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

57
(FIVE YEARS 37)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Udayana

2548-981x, 2548-5962

2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Marven Stevano Ayawaila ◽  
Ishak Lahunduitan ◽  
Ferdinand Tjandra ◽  
Fima Fredrik Langi ◽  
Sri Adiani

Latar belakang: Adhesi peritoneal sering terjadi setelah operasi abdomen, dimana adhesi kemudian menjadi sumber morbiditas. Adanya perlekatan menimbulkan keluhan seperti nyeri perut, mempersulit pembedahan berikutnya, sampai terjadinya obstruksi usus. Pemakaian obat-obatan farmakologik sebagai ajuvan telah banyak dilakukan untuk pencegahan adhesi paska operasi. Pada penelitian ini diteliti perbandingan efektivitas antara penggunaan Virgin Coconut Oil (VCO) dan Triamcinolone Acetonide (TCA) dalam mencegah terbentuknya adhesi intraperitoneal paska laparatomi Metode: Penelitian eksperimen dengan pengukuran perbandingan derajat adhesi secara makroskopik dan mikroskopik pada 30 tikus jantan Rattus norvegicus strain Wistar. Subjek dibagi dalam tiga kelompok. Satu kelompok diberikan VCO pada caecum yang telah diabrasi, satu kelompok diberikan TCA, dan kelompok yang lain menjadi kontrol. Hasil: Tampak bahwa sebagian hewan-hewan tersebut (n = 14, atau 47%) tidak menunjukkan adanya adhesi secara makroskopik dan mikroskopik. Pada 16 tikus dengan fibrosis pun, semuanya berkategori ringan dan tipis (tingkat 1) menurut klasifikasi Yilmaz. Dalam pembagian gambaran makroskopik Zuhlke, tiga perempat (n = 12) dari tikus-tikus dengan adhesi tergolong tingkat 1 ataupun 2. Diskusi: Penggunaan preparat TCA dan VCO terbukti membantu mengurangi angka kejadian adhesi intraperitoneal sesuai kepustakaan dan penelitian sebelumnya, yang mengungkapkan bahwa TCA dan VCO mengandung zat-zat yang secara langsung berfungsi mencegah adhesi baik secara lokal maupun sistemik karena kinerjanya dalam proses inflamasi. Simpulan: Penggunaan TCA dan VCO memiliki efektivitas yang bermakna dalam pencegahan adhesi intraperitoneal dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun dalam perbandingan antara kedua preparat yaitu TCA dan VCO, tidak ditemukan perbedaan efektivitas yang bermakna.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 65
Author(s):  
Putu Anda Tusta Adiputra ◽  
I Wayan Sudarsa

Kanker payudara adalah salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Data Globocan tahun 2018, terdapat lebih dari 2 juta kasus kanker payudara baru dengan angka mortalitas lebih dari 600.000 jiwa. Salah satu subtipe kanker payudara yang memiliki prognosis yang buruk adalah Triple Negative Breast Cancer (TNBC) yang terjadi sekitar 15% hingga 20% dari seluruh kanker payudara invasif yang telah terdiagnosis. Subtipe ini memiliki sifat yang lebih agresif yang ditandai dengan nilai disease-free and overall survival yang rendah. Hingga saat ini prediktor dan prognosis pasien kanker payudara secara umum dan TNBC pada khususnya dilakukan berdasarkan evaluasi demografi, klinis, dan histopatologi. Namun, berbagai penelitian menunjukkan bahwa sistem skoring yang didasarkan pada parameter tersebut tidak terlalu efektif dan hanya memberikan informasi yang terbatas dalam prediksi survival dan mortalitas TNBC. Salah satu potensi sistem prediktor dan prognosis pasien TNBC adalah berbasis sistem imun yaitu immunoscore. Dalam review ini akan dibahas lebih lanjut mengenai skoring prognostik survival pasien TNBC berbasis immunoscore.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 39
Author(s):  
Hervina Hervina ◽  
Dwis Syahriel ◽  
I Gusti Ngurah Gede Swarga Prawira

Latar belakang: Prevalensi periodontitis di Indonesia sebesar 74,1% lebih tinggi dibandingkan negara-negara lainnya di dunia. Perawatan periodontitis seperti tindakan bedah periodontal meliputi tindakan insisi akan menimbulkan luka pada gingiva. Penyembuhan luka pada rongga mulut harus diperhatikan agar tidak terjadi infeksi. Vitamin D memiliki efek antiinflamasi sebagai imunomodulator dalam mekanisme penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan efek antiinflamasi vitamin D terhadap infiltrasi neutrofil pada luka insisi gingiva tikus wistar. Metode: Rancangan post test only control group design pada 24 sampel yang dilakukan insisi pada gingiva labial insisivus rahang bawah, dibagi menjadi 6 kelompok: kontrol yaitu tanpa pemberian perawatan observasi hari ke-1 (K1) dan  hari ke-3 (K2); perlakuan 1 (pemberian vitamin D 1000 IU per-oral/perhari) observasi hari ke-1 (P1) dan hari ke-3 (P2), perlakuan 2 (pemberian vitamin D 1000 IU per-oral/hari dan Povidone iodin 1% secara topikal ) observasi hari ke-1 (P3) dan hari ke-3 (P4). Pembuatan preparat dari jaringan gingiva area insisi dengan pewarnaan HE dan perhitungan jumlah sel neutrofil menggunakan mikroskop pembesaran 400 kali. Analisis data dengan Uji One Way Anova kemudian dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference. Hasil: Terdapat perbedaan rerata jumlah neutrofil pada keenam kelompok nilai F = 12,03 dan p = 0,000. Perbedaan terdapat pada P1-K1 (p=0,000), P1-P3 (p=0,021), P1-P2 (p=0,047), P3-K1 (p=0,01), P2-K2 (p=0,002), P2-K4 (p=0,047). Simpulan: Infiltrasi neutrofil pada penyembuhan luka insisi gingiva tikus lebih tinggi pada pemberian vitamin D pada hari ke-1 dibanding kontrol, dan infiltrasi neutrofil hari ke-3 lebih rendah dibanding hari ke-1 setelah pemberian vitamin D.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 46
Author(s):  
Jasmine Stephanie Christian ◽  
Putu Anda Tusta Adiputra ◽  
I Ketut Wiargitha

Latar Belakang: Modified Radical Mastectomy (MRM) adalah salah satu pilihan terapi untuk kanker payudara. Komplikasi paska operasi meliputi hematoma, seroma, infeksi luka operasi, dan lainnya. Tujuan pemasangan drain segera setelah MRM adalah untuk mengalirkan seroma itu sendiri. Protokol penempatan drain dan lama pemakaian saat ini masih kontroversial. Hal ini menjadi dasar penelitian ini untuk melakukan perbandingan pemakaian 1 drain dan 2 drain aktif terhadap volume seroma dan lamanya pemakaiannya, dengan harapan 1 dan 2 drain memiliki fungsi yang sama paska MRM. Metode: Jumlah sampel penelitian 50 eligible subjek dibagi menjadi 2 kelompok (25:25) yaitu kelompok 1 drain dan kelompok 2 drain, dimana subjek merupakan penderita kanker payudara stadium III yang mendapatkan modalitas terapi MRM. Penelitian ini menggunakan rancangan prospective comparative study, yaitu berawal dari 2 kelompok yang diikuti dari awal tindakan sampai drain dilepas atau total volume seroma kurang atau sama dengan 50 cc / 24 jam pada masing masing kelompok. Hasil: Dari 50 responden pada kedua kelompok didapatkan hasil perbedaan rerata volume seroma antara kedua kelompok 88,34 ml dengan nilai P 0,261 (p>0,05). Hasil ini menandakan tidak terdapat perbedaan secara statistik pada kedua kelompok. Begitu juga halnya dengan rerata lama pemakaian dengan 0,48 hari dengan nilai p = 0,404 yang menandakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada lama pemakaian dengan 1 dan 2 drain. Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemakaian 1 atau 2 drain sama-sama berfungsi efektif sebagai drainase. Sehingga saran dari peneliti pemakaian 1 drain sebenarnya cukup untuk digunakan sebagai drainase paska MRM.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Medisa Primasari ◽  
Sitti Rizaliyana

Keganasan pada kepala dan leher yang meliputi laring, kavitas oral dan orofaring, menempati urutan ke-enam jenis keganasan yang paling sering terjadi di dunia, di mana ?90% berasal dari sel skuamosa. Rekonstruksi pasca ablasi tumor menjadi hal yang menantang karena defek yang dihasilkan pasca ablasi tumor pada kepala-leher seringkali melibatkan struktur jaringan yang kompleks pada lokasi yang tidak berdekatan. Saat ini, chimeric flap menjadi pilihan dalam rekonstruksi defek pasca ablasi tumor karena flap ini mampu menyediakan variasi jaringan untuk defek multipel namun dengan satu tahap operasi. Beberapa pilihan chimeric flap yang dapat digunakan dalam rekonstruksi defek kepala dan leher adalah flap anterolateral thigh (ALT), flap sistem pembuluh darah subskapula, flap sistem pembuluh darah peroneal, flap temporoparietal, dan flap sistem pembuluh darah thoracoacromial.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 16
Author(s):  
I Made Darmajaya ◽  
I Ketut Subhawa

Aim: To determine the validity (sensitivity, specificity, likelihood ratio) of barium enema as Hirschsprung's disease diagnostic tool in infants. Methods: This study was a diagnostic test of barium enema compared with postoperative histopathology examinations as the gold standard. The population were all patients with indigestion symptom be discovered at the pediatric surgical clinic of Sanglah Hospital Denpasar. The sampling method was consecutive sampling, satisfy inclusion criteria (< 12 months old, indicate classic symptoms of Hirschsprung’s disease). The total sample of the study was 52 patients. Sensitivity, specificity, positive and negative predictive value were analysed using cross-tabulation test of barium enema and postoperative histopathology. Results: A total of 52 patients were evaluated during the study period, mean of age was 3.31 months old, and boys:girls (75%:25%). Based on symptoms, 98.08% of patients were delayed release of meconium more than 24-48 hours and abdominal distention. Among all the patients reviewed, sensitivity, specificity, positive and negative predictive value of barium enema for diagnostic of Hirschsprung’s disease was 95.5%, 87.5%, 97.7%, and 77.8%. Conclusion: Barium enema can be used as an early diagnostic tool for infants suspected of Hirschsprung’s disease.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 26
Author(s):  
Ni Putu Sriwidyani

Klasifikasi tumor sistem saraf pusat WHO terakhir didasarkan atas histogenesis tumor dan karakteristik molekuler genetik. Perubahan klasifikasi yang paling signifikan terjadi pada tumor glioma difus yang paling signifikan, yaitu katagori tumor secara garis besar berdasarkan status mutasi isocitrate dehydrogenase (IDH) 1 dan 2. Tulisan ini akan membahas tentang IDH1 dan IDH baik normal maupun mutan, hubungan mutasi IDH1 dan IDH2 dengan prognosis pasien, serta bagaimana penentuan status mutasi IDH1 dan IDH2 dalam diagnosis glioma.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Johanes Berechmans Pranoto Rumaratu ◽  
Richard Sumangkut ◽  
Djony Tjandra ◽  
Billy Karundeng ◽  
Fima L. F. G. Langi

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara hasil pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI) dengan gambaran spektral Doppler vaskular pada arteri poplitea, arteri tibialis posterior, dan arteri dorsalis pedis pada penderita kaki diabetik. Metode: 33 pasien kaki diabetes yang memenuhi kriteria inklusi dari RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Pengukuran ABI dilakukan dan spektral arteri poplitea, tibialis posterior, dan dorsalis pedis diuji menggunakan Pulse Wave Handheld Doppler (PWHD). Hasilnya akan diproses secara statistik menggunakan desain potong lintang untuk mengetahui hubungan keduanya. Hasil: Sebagian dari jumlah pasien memiliki gelombang bifasik di 3 arteri. Gelombang trifasik terlihat dominan di arteri poplitea (56%) dan juga umumnya pada dua arteri lainnya (30%). Gelombang arteri menunjukkan adanya hubungan dengan ABI. Dibanding dengan gelombang bifasik, pasien dengan gelombang trifasik rata-rata memiliki ABI yang meningkat (0,15; p<0,001 pada arteri poplitea, dan 0,06; p=0,006 pada arteri tibialis posterior). Secara nyata, gelombang monofasik cenderung menurunkan ABI pada sejumlah pasien dibandingkan gelombang bifasik (-0,18; p<0,001 pada arteri tibialis posterior dan -0,15; p<0,0041 pada arteri dorsalis pedis). Simpulan: Didapatkan hubungan yang signifikan antara ABI dengan hasil gelombang spektral Doppler pada semua segmen arteri bawah lutut.  


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Gede Sukma Pranata Darma ◽  
I Gede Budhi Setiawan ◽  
I Gde Raka Widiana

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh antara walking exercise programme (WEP) terhadap cancer related fatigue (CRF) pada pasien kanker payudara di RSUP Sanglah Denpasar. Metode: Penelitian randomized controlled trial group pretest-posttest design ini dilakukan pada seluruh pasien kanker payudara yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2018, untuk dibedakan dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (yang menjalani WEP). Pengambil data dan pengolah data disamarkan mengenai kondisi randomisasi dan perlakuan. WEP dilaksanakan selama tiga minggu yang dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 30 menit. Pada kedua kelompok dilakukan penilaian skor brief fatigue inventory (BFI) sebelum dan sesudah perlakuan. Data kemudian dikumpulkan dan dilakukan analisis statistik dengan SPSS 25.0. Hasil: Penelitian awalnya terdiri dari 41 peserta di kelompok intervensi dan 41 di kelompok kontrol. Dua peserta dari kelompok kontrol mengundurkan diri dari penelitian. Pada analisis skor BFI setelah latihan, ditemukan bahwa skor BFI pada kelompok intervensi menurun secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol (2,8±1,2 vs. 0,2±0,7; p<0,001). Dengan uji multivariat ANCOVA ditemukan bahwa setelah mengendalikan variabel perancu, aktivitas fisik WEP tetap dapat memberikan efek 2,5 kali lebih besar dibanding kontrol (p=0,001). Simpulan: Aktivitas fisik WEP menurunkan tingkat CRF pada pasien kanker payurada 2,5 lebih besar jika dibandingkan dengan kontrol sehingga direkomendasikan sebagai salah satu penanganan CRF pada pasien dengan kanker payudara.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 22
Author(s):  
I Gede Surya Dinata ◽  
Made Jatiluhur

Background: Hemangioma is a benign vascular tumour commonly found in young children. This tumor can grow within many organs, but occurring in the lymph node is extremely rare. The capillary-cavernous hemangioma (CCH) of the lymph node was mostly found as an incidental finding after histopathology confirmation of oncological surgery. Case: We presented the first case of intranodal CCH from the parietal region of the head in a 11-year-old boy. The easily-bleed lump was found above the head fascia and confirmed with histopathological examination. Conclusion: The capillary-cavernous hemangioma arising from the lymph node was an extremely rare pathological finding after oncological surgery. Treatment by surgical excision was curative. The awareness of this benign vascular tumour must be known to physicians so that it was not mistakenly diagnosed as a malignant disease with subsequent unnecessary radical therapy.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document