scholarly journals PENGARUH PEMUPUKAN KOMPOS BLOTONG DAN PUPUK ORGANIK CAIR ECENG GONDOK TERHADAP INFEKSI ENDOMIKORIZA DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) PADA LAHAN PASIR PANTAI PASEBAN KABUPATEN JEMBER

2019 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 108
Author(s):  
Andina Dwi Pramesti ◽  
Bambang Hermiyanto

ABSTRACT Sandy land has a considerable potential to resolve the problem of the narrowing area of agricultural land in Indonesia. Improvement of sandy land quality which belongs to the marginal land is necessary in order to increase its productivity, for example through the addition of compost and organic liquid fertilizer. This research aims to know the effect of blotong compost and organic liquid fertilizer of Eichhornia crassipes to endomycorrhizal infection and the production of sorghum plants. The experimental design used was factorial completely randomized block design with 2 factors and 3 replicates. The first factor was dose of blotong compost which consists of 3 levels, i.e. 0, 20, and 40 tons blotong compost /ha. The second factor was concentration of the organic liquid fertilizer of Eichhornia crassipes consists of 4 levels, i.e. 0, 10, 25, and 40% of the organic liquid fertilizer of Eichhornia crassipes. Further data obtained were analyzed using ANOVA, followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT) for significantly different data. The results showed that the application of blotong compost increase soil Corganic, total soil microorganisms, plant height and lowering endomycorrhizal infection. Optimal fertilizing compost blotong dose is 40 tons/ha. The application of organic liquid fertilizer of Eichhornia crassipes increase the total soil microorganisms with optimal concentration of 40%, as well as reducing endomycorrhizal infection. The combination treatment of 20 tons of compost blotong/ha and 10% organic liquid fertilizer of Eichhornia crassipes already enhance the growth and production of sorghum, but the maximum growth and plant production is achieved with the addition of 40 tons of compost blotong/ha and 40% organic liquid fertilizer of Eichhornia crassipes. Keywords: Root infection, sandy land, blotong, Eichhornia crassipes, sorghum ABSTRAK Lahan pasir pantai memiliki potensi cukup besar untuk mengatasi masalah semakin menyempitnya luasan lahan pertanian di Indonesia. Perbaikan kualitas lahan pasir pantai yang termasuk ke dalam lahan marginal sangat diperlukan agar dapat meningkatkan produktivitasnya, misalnya melalui penambahan pupuk kompos dan pupuk organik cair (POC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan kompos blotong dan POC eceng gondok terhadap infeksi endomikoriza dan produksi tanaman sorgum. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu dosis kompos blotong yang terdiri atas 3 taraf yaitu 0, 20, dan 40 ton kompos blotong/ha. Faktor kedua yaitu konsentrasi POC eceng gondok yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0, 10, 25, dan 40% POC eceng gondok. Data dianalisis menggunakan ANOVA. Apabila antar perlakuan berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian blotong dapat meningkatkan C-organik tanah, total mikroorganisme tanah, tinggi tanaman, serta menurunkan infeksi endomikoriza. Dosis pemupukan kompos blotong yang optimal adalah 40 ton/ha. Pemberian pupuk organik cair eceng gondok dapat meningkatkan total mikroorganisme tanah dibanding kontrol dengan konsentrasi optimal 40%, serta menurunkan infeksi endomikoriza. Kombinasi perlakuan 20 ton kompos blotong/ha dan 10% POC eceng gondok sudah dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum, namun pertumbuhan dan produksi tanaman maksimum dicapai pada perlakuan penambahan 40 ton kompos blotong/ha dan 40% POC eceng gondok. Kata kunci: Infeksi endomikoriza, tanah pasir pantai, blotong, eceng gondok, sorgum.

2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 99-108
Author(s):  
Sakiah Sakiah ◽  
Guntoro Guntoro ◽  
Adri Moses Manullang

Paraquat is an active herbicide used to control weeds chemically. This research aim is to determine the effect of herbicide applications with active paraquat matters on the percentage of weed mortality and the number of soil microorganisms. This research used a non-factorial randomized block design with five levels of treatment, that is P0: control; P1: 5 ml of paraquat in 1 litre of water, frequency of application is once a week; P2: 10 ml of paraquat in 1 litre of water, frequency of application is once a week; P3: 10 ml of paraquat in 1 litre of water, frequency of application is once in two weeks; and P4: 5 ml of paraquat in 1 litre of water, frequency of application is once in two weeks. The results of the observations were compiled in a Variety Checklist and continued with the Duncan Multiple Range Test. The results showed that the dominant weeds in the research plot were Ageratum conyzoides, Mimosa pudica, and Paspalum commersonii.The application of 5 ml/l paraquat herbicide, the frequency of application once a week was effective in reducing weed mortality. However, the use of paraquat did not significantly affect the number of soil microorganisms


2014 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 7
Author(s):  
Reni Surya Dewi ◽  
Samanhudi Samanhudi ◽  
Dwi Hardjoko

<p>Changed over of the functions of agricultural land into industrial areas causing the narrowness of potential agricultural land can be used for cultivation. Hydroponics is able to overcome these problems, one of them by utilizing arenga wood fiber as a substrate for planting. One type of vegetable which is easily cultivated mustard plants are especially pakchoi (Brassica rapa L. ssp. chinensis). In addition to the timing of harvest is short, the plant also has a high economic value. The purpose of this research is to know the composition of the mixture of arenga wood fiber for proper growth of the pakchoi. This research was carried out in July to September 2013 in Screen house B Sebelas Maret University Surakarta Faculty of agriculture. Research compiled based on Completely Randomized Design (CRD) with two factor, each consisting of three degrees so obtained nine ranks and one control which use husk charcoal and the treatment is replication four times. The Data obtained were analyzed with F-test standard of 5%. If there is a real significant on the treatment of variables measured then continued with average comparison test using Duncan Multiple Range Test (DMRT) at the 95% confidence level. The research shows that the arenga wood fiber can be used as a medium in hydroponic substrates for pakchoi and combinations are optimal for the growth of pakchoi is arenga wood fiber soaked water 6 days mix sand volcano not washed.</p>


Jurnal MIPA ◽  
2015 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 15 ◽  
Author(s):  
Anastasia R. Moi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap tinggi, berat basah, berat kering, dan jumlah daun tanaman sawi. Pupuk cair organik yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari proses fermentasi Eichhornia crassipes. Perlakuan yang diberikan yaitu, kontrol air atau tanpa perlakuan pupuk organik cair, perlakuan dengan NPK, dengan pupuk organik cair 10%, pupuk organik cair 20%, 30% dan 40%. Parameter yang diamati tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman sawi. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan dengan pupuk organik cair 40%, dan kontrol air pada parameter tinggi taman menunjukkan hasil yang beda nyata kepada semua perlakuan. JumLah daun paling banyak terdapat pada perlakuan dengan NPK dan pupuk organik cair 40%. Berat basah dan berat kering yang paling berat terdapat pada pupuk organik cair 40% dengan berat masing-masing 154,93 g dan 44,1 g. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik cair dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman sawi.This study aimed to determine the effect of liquid organic fertilizer to height, fresh weight, dry weight, and number of leaves of mustard. Organic liquid fertilizer used in this study is derived from the fermentation process Eichhornia crassipes. The treatments were given, namely, control of the untreated water or liquid organic fertilizer, NPK treatment, with 10% liquid organic fertilizer, liquid organic fertilizer 20%, 30% and 40%. The parameters observed plant height, number of leaves, fresh weight and dry weight of mustard. The highest plant height are on treatment with 40% liquid organic fertilizer, and water control at high parameters park showed a significant difference to all treatments. Number of leaves are most numerous in the treatment with NPK and liquid organic fertilizer 40%. Wet weight and dry weight are most severe in 40% organic liquid fertilizer each weighing 154.93 g and 44.1 g. Based on the results obtained it can be concluded that the liquid organic fertilizer can increase plant height, number of leaves, fresh weight and dry weight of mustard.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 32
Author(s):  
Asri Nur Fitriningtyas ◽  
Sutarno Sutarno ◽  
Eny Fuskhah

ABSTRAK  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pupuk organik cair dan interval waktu pemberian yang tepat guna mendapatkan hasil pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit yang baik. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 4x3 dengan faktor pertama jenis pupuk P1: Urin kelinci, P2: Urin sapi, P3: Bio extrim, P4: Biofarm dan faktor kedua interval waktu pemberian pupuk T1: 5 hari sekali, T2: 10 hari sekali, T3: 15 hari sekali. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Analisis data yang digunakan yaitu analisis ragam (ANOVA) dan dilanjut dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)taraf 5%. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buah per tanaman, dan berat buah per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk Bio extrim memberikan hasil tertinggi pada semua parameter dan diikuti oleh pupuk urin kelinci. Interval waktu pemberian pupuk 5 hari sekali dapat meningkatkan tinggi tanaman cabai rawit. Kata kunci: cabai rawit, pupuk organik cair, interval waktu pemberian ABSTRACT  This research aims to determine the suitable type of liquidorganic fertilizers and the corrected application to maximize the growth and productions of cayenne pepper.This experiment used a completely randomized factorial design 4x3 with 3 replications. The first factor was the types of fertilizers P1: Rabbit urine, P2: Cow urine, P3: Bio extrim, P4: Biofarm and the second factor was the interval of fertilizer application T1: 5 days, T2: 10 days, T3: 15 days. The data analysis used analysis of variance (ANOVA) and continued with Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) of 5%. The parameters of the observation were the height of plants, number of leaves, number of fruits, and weight of fruit per plant. The result shows that Bio extrim gave the highest result in all parameters and than followed by rabbit urine. The interval of 5 days fertilizer gave the best result on the parameters of plant’s height. Keywords: cayenne pepper, organic liquid fertilizer, interval of fertilizeraplication 


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 120-128
Author(s):  
Evan Yonda Pratama ◽  
Riski Hasputri ◽  
Rudi Tejo Setiyono

Jagung merupakan salah satu sumber komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan produksi jagung adalah penggunaan varietas unggul baru, pemupukan dan pengaturan populasi tanam. Salah satu komponen teknologi yang paling mudah diadopsi oleh petani adalah Varietas Unggul Baru (VUB) yang memiliki daya hasil yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan calon varietas jagung hibrida yang memiliki hasil yang lebih baik. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan PT Mulya Agro Sarana, Desa Wonokerto, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada April sampai Agustus 2018. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan meliputi 4 calon varietas jagung hibrida MASB1, MASB2, MASB3, MASB4, dan satu varietas jagung hibrida sebagai standar yaitu varietas Bima 20 Uri. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam, jika berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon varietas jagung hibrida yang prospektif dikembangkan lebih lanjut yaitu MASB3 dan MASB4, hal ini terlihat pada bobot 1000 butir dan produktivitas ton/ha. Data produktivitas adalah MASB3 sebesar 12.16 ton/ha dan MASB4 sebesar 14.18 ton/ha.


Author(s):  
Sukarman Hadi Jaya Putra ◽  
Maria Stefina Asriyani

Cabai merah besar memiliki nilai ekonomi tinggi, namun cabai merah besar termasuk dalam jenis buah yang mudah rusak. Perlakuanpascapanen yang tepat dibutuhkan, salah satunya melalui proses pengeringan yang sering digunakan secara mekanis dengan waktu pengeringan dan suhu yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berapa lama pengeringan dengan suhu yang berbeda melalui perubahan karakteristik cabai merah besar (Capsicum annum L.). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan. Temperatur pengeringan yang digunakan adalah S1 (50 °C), S2 (55 °C), S3 (60 °C) dan S4 (65 °C). Waktu pengeringan yang digunakan L1 (20 jam), L2 (23 jam), dan L3 (26 jam). Pengamatan parametrik terdiri dari warna, tekstur, dan rasa. Analisis data yang digunakan adalah analisis varians (ANOVA) 95% (α=0,95) dan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT)5%. Observasi digunakan dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengeringan dengan suhu yang berbeda berpengaruh terhadap perubahan warna dan rasa cabai merah besar.


Author(s):  
Laili Munawaroh ◽  
Ummu Kalsum ◽  
Purwanti Budi Laksono ◽  
Irwan Siallagan

Tanaman yang ternaungi mengakibatkan ketersediaan cahaya menjadi berkurang terutama pada intensitas cahaya. Perbedaan karakteristik tanaman yang diatur oleh gennya menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap kondisi ternaungi menjadi berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati respon tanaman kedelai varietas Ceneng pada kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya yang berbeda. Perlakuan pada penelitian ini menggunakan 1 faktor, yaitu naungan. Perlakuan tersebut meliputi perlakuan naungan ± 59% menggunakan pohon pada 0 minggu setelah tanam (MST), naungan paranet pada 8 MST dan tanpa naungan sebagai kontrol. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, lebar dan panjang daun, waktu berbunga, jumlah bunga, jumlah polong total, jumlah polong hampa dan polong isi, kandungan klorofil serta gula pada daun. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analysis of varians (anova) dengan taraf α = 5%. Hasil uji anova yang signifikan berbeda dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan pada tanaman kedelai varietas Ceneng meningkatkan kandungan klorofil a, klorofil b dan karotenoid daun, namun kadar antosianin menjadi menurun. Perlakuan naungan 59% dan 8 MST memberikan rata-rata kandungan gula yang lebih rendah dibandingkan tanpa naungan. Perlakuan naungan pada kedelai varietas Ceneng yang cocok adalah naungan 8 MST.


2021 ◽  
Vol 681 (1) ◽  
pp. 012047
Author(s):  
M Ansar ◽  
Bahrudin ◽  
Fathurrahman ◽  
S Darman ◽  
A R Thaha ◽  
...  

Pastura ◽  
2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 40
Author(s):  
R. Sriagtula ◽  
I. Martaguri ◽  
J. Hellyward ◽  
S. Sowmen

Penelitian ini bertujuan untuk mengobservasi pengaruh penambahan inokulasi bakteri asam laktat (BAL) dan aditif terhadap kualitas dan karakterietik silase whole crop sorgum mutan brown midrib (Sorghum bicolor L. Moench) galur Patir 3.7 yang dipanen pada fase soft dough. Penelitian dilaksanakan secara eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dengan 4 ulangan. Faktor A yaitu A1 = tanpa BAL, A2= penambahan BAL. Faktor B terdiri dari B1= tanpa aditif, B2= dedak, B3= jagung. Sumber BAL yang digunakan berasal dari inokulan komersil dari minuman fermentasi merk Yakult dengan dosis 1 ml (v/w) atau 11×109 CFU/ml/berat segar. Aditif terdiri dari dedak padi dan jagung halus digunakan sebanyak 3% (g/g)/berat segar. Parameter yang diamati adalah karakteristik dan kualitas silase meliputi nilai pH, nilai fleigh (NF), kandungan bahan kering (BK), protein kasar (PK), serat kasar (SK), lemak kasar (LK) dan Abu. Data dianalisis berdasarkan analisis keragaman menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi (P>0,05) antara penambahan BAL dan aditif terhadap pH, NF, BK, PK, SK, LK dan abu, sedangkan faktor tunggal adititif memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi terhadap kandungan BK silase whole crop sorgum mutan BMR. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum penambahan inokulan BAL dan aditif menghasilkan karakteristik dan kualitas silase yang sama, namun demikian penambahan dedak padi dan jagung halus menghasilkan BK silase yang lebih tinggi dibanding tanpa BAL dan aditif. Kata kunci: aditif, BAL, brown midrib, silase, sorgum


2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 107-114
Author(s):  
Diyana Lestari ◽  
Luqman Qurata Aini

Penyakit virus kuning dan bercak daun Cercospora merupakan dua penyakit penting yang menjadi kendala dalam budidaya cabai merah besar. Penelitian ini bertujuan untuk menguji konsorsium bakteri antagonis Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus cereus dalam mengendalikan penyakit virus kuning dan bercak daun Cercospora pada cabai merah besar serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah besar sendiri. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 - Desember 2020 di lahan tumpangsari bawang merah dan cabai, Desa Ubalan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Persiapan penelitian meliputi survei lokasi, persiapan alat dan bahan, pengacakan perlakuan, dan penentuan tanaman sampel. Pelaksanaan penelitian meliputi pengaplikasian larutan isolat bakteri antagonis di lapang, pengamatan mingguan, dan pengolahan data. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Data dianalisis menggunakan sidik ragam ANOVA dan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% menggunakan software DSAASTAT. Konsorsium P7 (Pseudomonas aeruginosa + Bacillus cereus 13) lebih efektif dalam menekan penyakit virus kuning, sedangkan perlakuan konsorsium P8 (Bacillus cereus 12 + Bacillus cereus 13) lebih efektif dalam menekan penyakit bercak daun Cercospora. Perlakuan konsorsium tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi dan jumlah daun. Namun, konsorsium P7 mampu meningkatkan bobot tanaman cabai meskipun secara statistik tidak berbeda dengan perlakuan lainnya.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document