scholarly journals Korelasi Aktivitas Fisik dan Persen Lemak Tubuh dengan Indikator Sarkopenia

2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 15
Author(s):  
Pravita Dewi Suhada ◽  
Nurmasari Widyastuti ◽  
Aryu Candra ◽  
Ahmad Syauqy

Latar Belakang: Sarkopenia erat kaitannya dengan aktivitas fisik dan komposisi tubuh terutama persen lemak tubuh. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan persen lemak tubuh dengan indikator sarkopenia.Metode: Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan 40 subjek usia 50-59 tahun yang dipilih dengan metode consecutive sampling pada warga penghuni rumah susun Karangroto. Subjek diukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status gizi. Indikator sarkopenia diamati dengan mengukur massa otot, kekuatan otot dan performa fisik. Massa otot dan persen lemak tubuh diukur dengan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA), kekuatan otot diukur dengan Electronic Hand Dynamometer, performa fisik diukur dengan tes Time Up and Go (TUG), aktivitas fisik diukur dengan kuesioner self-report International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) Short Form, dan asupan makanan diukur dengan kuesioner semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire (FFQ). Analisis data menggunakan Tes Mann Whitney U, korelasi Pearson Product-Moment dan Rank Spearman.Hasil: Sebesar 62,5%; 47,5%; 52,5%; 52,5%; 2,5%; 40%; 5% subjek secara berurutan memiliki Indeks Massa Tubuh kategori obesitas, persen lemak kategori obesitas, aktivitas fisik sedang, asupan lemak lebih, massa otot rendah, kekuatan otot rendah dan performa fisik rendah. Terdapat perbedaan signifikan pada massa otot dan kekuatan otot antara laki-laki dan perempuan (p<0,001). Aktivitas sedentary berkorelasi negatif dengan massa otot (r -0,434; p 0,005), serta persen lemak dengan massa otot (r -0,356; p 0,024).Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas sedentary dan persen lemak tubuh dengan indikator sarkopenia yaitu massa otot pada penghuni rumah susun Karangroto, Semarang.

2014 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 595-603
Author(s):  
Habibaturochmah Habibaturochmah ◽  
Deny Yudi Fitranti

Latar belakang : Obesitas merupakan suatu kondisi akibat akumulasi lemak tubuh yang berlebihan. Kelebihan lemak tubuh dapat terjadi akibat ketidakseimbangan energi antara yang masuk dan energi yang keluar serta kurangnya aktivitas fisik. Konsumsi air dapat dikaitkan dengan penurunan persen lemak tubuh pada remaja putri.Tujuan : Mengetahui hubungan konsumsi air, asupan zat gizi, dan aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh pada remaja putri.Metode : Penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan di SMP Pangudi Luhur Domenico Savio Semarang pada bulan Juni 2014. Penelitian ini melibatkan 104 siswi berusia 13-15 tahun. Data konsumsi air, asupan energi, dan zat gizi diperoleh dengan menggunakan Food Frequency Questionaire (FFQ) semi kuantitatif. Data persen lemak tubuh diukur dengan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Data aktivitas fisik diperoleh dengan menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) short form. Analisis bivarat dianalisis dengan uji rank Spearman dan r Pearson.Hasil : Sebanyak 29,8% subjek kurang mengonsumsi air. Didapatkan hubungan bermakna antara konsumsi air dengan persen lemak tubuh (r= -0,596; p<0,05). Didapatkan pula hubungan bermakna antara asupan karbohidrat dan lemak dengan persen lemak tubuh (masing-masing nilai r= -0,254; p=0,009 dan r=0,429; p<0,05). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi, protein, dan aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh.Kesimpulan : Dalam penelitian ini terbukti bahwa konsumsi air, asupan karbohidrat, dan asupan lemak mempunyai hubungan dengan persen lemak tubuh pada remaja putri. Asupan karbohidrat dan asupan lemak menjadi prediktor dari persen lemak tubuh pada remaja putri.


2015 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 39-49 ◽  
Author(s):  
Pristina Adi Rachmawati ◽  
Etisa Adi Murbawani

Latar Belakang : Menari termasuk dalam kategori aktivitas fisik yang berat. Penari cenderung membatasi asupan makan untuk mencapai bentuk tubuh yang ramping. Kurangnya asupan zat gizi disertai aktivitas fisik yang berat dalam jangka waktu tertentu mengakibatkan gangguan siklus menstruasi. Tujuan : Mengetahui hubungan asupan zat gizi, aktivitas fisik, persentase lemak tubuh dengan gangguan siklus menstruasi pada penari.Metode : Desain penelitian cross sectional dengan 62 penari dipilih secara simple ramdom sampling. Asupan zat gizi diperoleh melalui Food Frequency Questionaire (FFQ) dan dianalisis menggunakan program Nutrisurvey. Aktivitas fisik diukur menggunakan International Physical Activity Questionnaire Adolescent (IPAQ). Persentase lemak tubuh diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Gangguan siklus menstruasi diperoleh melalui kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square.Hasil : Sebanyak 51,6% penari mengalami gangguan siklus menstruasi. Asupan energi pada 46,8% penari tergolong defisit tingkat sedang. Asupan protein (32,3%) dan asupan karbohidrat (51,6%) tergolong defisit tingkat ringan. Asupan lemak 37,1% penari tergolong defisit tingkat berat. Sebagian besar penari memiliki aktivitas fisik yang berat (91,9%) dan persentase lemak tubuh yang normal (87,1%). Terdapat hubungan antara asupan energi, karbohidrat, lemak dan aktivitas fisik dengan gangguan siklus menstruasi (p<0,05). Tidak ada hubungan antara asupan protein dan persentase lemak tubuh dengan gangguan siklus menstruasi (p>0,05).Simpulan : Asupan energi, karbohidrat, lemak, dan aktivitas fisik berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi.


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 180
Author(s):  
Ahaddini Septian Rujiantina ◽  
Nurmasari Widyastuti ◽  
Enny Probosari

Latar Belakang : Prevalensi ketidakteraturan siklus menstruasi pada vegetarian sebesar 26,5%. Diet vegetarian merupakan pola makan yang membatasi produk hewani dan mengonsumsi produk makanan nabati seperti buah, sayur, kacang dan biji-bijian yang merupakan sumber fitoestrogen. Vegetarian memiliki persentase lemak tubuh lebih rendah dari nonvegetarian. Fitoestrogen dan persentase lemak tubuh dapat mempengaruhi kadar estrogen dalam tubuh dan mengakibatkan gangguan siklus menstruasi.Tujuan : Mengetahui hubungan konsumsi fitoestrogen dan persentase lemak tubuh dengan siklus menstruasi pada wanita vegetarian.Metode : Desain penelitian cross sectional dengan 49 wanita vegetarian dipilih secara consecutive sampling. Persentase lemak tubuh diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Asupan zat gizi diperoleh melalui Semi Quantitative Food Frequency Questionaire (SQFFQ) dan dianalisis menggunakan program software gizi. Aktivitas fisik diukur menggunakan International Physical Activity Questionaire  (IPAQ). Data siklus menstruasi diperoleh melalui kuesioner. Data dianalisis dengan uji Chi Square dan uji Regresi Logistik Ganda.Hasil : Sebanyak 49,0% wanita vegetarian mengalami gangguan siklus menstruasi. Tidak ada hubungan antara asupan energi, kerbohidrat, lemak, protein, serat dan aktivitas fisik dengan siklus menstruasi (p>0,05). Terdapat hubungan antara konsumsi fitoestrogen, persentase lamk tubuh dan riwayat gangguan siklus menstruasi pada keluarga dengan siklus menstruasi (p<0,05). Konsumsi fitoestrogen berhubungan dengan kejadian gangguan siklus menstruasi setelah dikontrol dengan persentase lemak tubuh dan riwayat gangguan menstruasi pada keluarga (p<0,05).Simpulan : Konsumsi fitoestrogen, persentase lemak tubuh dan riwayat gangguan siklus menstruasi pada keluarga berhubungan dengan siklus menstruasi.


2015 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 469-479
Author(s):  
Garnis Retnaningrum ◽  
Fillah Fithra Dieny

Latar Belakang: Obesitas pada remaja disebabkan oleh rendahnya kualitas diet yang digambarkan melalui asupan makanan yang tidak sesuai dengan rekomendasi, sedangkan aktivitas fisik (pengeluaran energi) sangat minimal. Tujuan: menganalisis pengaruh kualitas diet dan aktivitas fisik terhadap status obesitas remaja.Metode: Penelitian observasional dengan pendekatan case control melibatkan 112 subjek di SMP Nasima, SMP Al Azhar 14, dan 23 Semarang. Subjek terdiri dari 56 remaja obesitas dan 56 remaja non obesitas usia 13-15 tahun yang dipilih melalui proportional random sampling dan dilakukan matching terhadap jenis kelamin dan asal sekolah. Data yang dikumpulkan meliputi identitas sampel, persen lemak tubuh, kualitas diet, dan aktivitas fisik. Persen lemak tubuh diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA), kualitas diet diperoleh melalui formulir Diet Quality Index- International (DQI-I), dan aktivitas fisik menggunakan kuesioner International Physical Activity Questionnaire-short form (IPAQ-short form). Uji chi square untuk menganalisis hubungan kualitas diet dan aktivitas fisik terhadap status obesitas. Uji regresi logistik untuk menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap status obesitas.Hasil: Sebagian besar remaja obesitas (96.4%) dan non obesitas (64.3%) memiliki kualitas diet rendah. Kualitas diet rendah pada remaja non obesitas digambarkan dengan rendahnya asupan serat dan mikronutrien, tingginya asupan lemak jenuh dan adanya ketidakseimbangan proporsi makronutrien dan asam lemak, sementara pada remaja obesitas ditambah dengan tingginya asupan energi, karbohidrat, lemak, kolestrol, dan makanan rendah zat gizi. Sebanyak 73.2% remaja obesitas juga memiliki aktivitas fisik yang rendah, sementara remaja non obesitas yang memiliki aktivitas fisik rendah hanya 23.2%. Remaja dengan kualitas diet rendah dan aktivitas fisik rendah masing-masing memiliki risiko 10.4 dan 7.2 kali lebih besar untuk mengalami obesitas.Simpulan: Kualitas diet yang rendah dan aktivitas fisik yang rendah berpengaruh terhadap status obesitas pada remaja.


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 84
Author(s):  
Luthfia Indra Fitriani ◽  
Etisa Adi Murbawani ◽  
Choirun Nissa

Latar Belakang : Vitamin C, vitamin E dan β-karoten, yang merupakan bagian dari antioksidan non-enzimatik, memiliki peran besar dalam membantu melawan radikal bebas atau Reactive Oxygen/ Nitrogen Species (ROS/ RNS) yang menyerang tubuh. Vitamin C, vitamin E dan β-karoten dapat membantu dalam mengurangi risiko terjadinya resistensi insulin akibat dari ROS/ RNS yang merusak sel β pankreas. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan asupan vitamin C, vitamin E dan β-karoten dengan kadar gula darah puasa pada wanita usia 35-50 tahun.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Tiga puluh dua subjek dipilih dengan metode consecutive sampling. Data asupan diperoleh melalui Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire, kadar gula darah diuji dengan metode Glucose Oxidation, dan data aktivitas fisik diperoleh melalui International Physical Activity Questionnaire- Long Form. Data dianalisis menggunakan uji Rank-Spearman.Hasil : Rerata kadar gula darah puasa subjek 99,50±23,91 mg/dL dengan rerata asupan vitamin C 187,06±160,27 mg, vitamin E 9,18±4,46 mg dan β-karoten 13,32±12,86 mg. Sebesar 78,12% subjek memiliki asupan vitamin E yang kurang; 87,5% subjek dan 71,87% subjek memiliki asupan vitamin C dan β-karoten yang cukup.Simpulan : Tidak terdapat hubungan asupan vitamin C, vitamin E dan β-karoten dengan kadar gula darah puasa pada wanita usia 35-50 tahun.


2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 156-163
Author(s):  
Fidi Restutiwati ◽  
Etisa Adi Murbawani ◽  
Ayu Rahadiyanti

Latar Belakang: Kebiasaan merokok berdampak pada kualitas diet, aktivitas fisik dan status gizi. Rokok mengandung nikotin yang dapat menurunkan nafsu makan dan mengakibatkan penurunan kemampuan kardiorespirasi sehingga mengganggu aktivitas fisik seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas diet dan aktivitas fisik menurut status gizi pada perokok dewasa awal.Metode: Rancangan penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah sampel 59 subjek yang berusia 20-24 tahun. Data meliputi karakteristik subjek, kualitas diet diperoleh dengan metode Semi Quantitative-Food Frequency Questionniare (SQ-FFQ), aktivitas fisik diperoleh dengan metode International Physical Activity Questionnaire-Short Form (IPAQ-SF), dan status gizi diukur menggunakan lingkar pinggang dan/atau Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP). Analisis data dengan uji chi-square, fisher exact.Hasil: Rerata skor kualitas diet subjek yaitu 40,4±8,7 tergolong kualitas diet rendah. Kualitas diet rendah pada subjek digambarkan dengan rendahnya asupan sayur dan buah, tingginya asupan total lemak, lemak jenuh, kolesterol, natrium, rendahnya skor rasio makronutrien dan rasio asam lemak. Rerata aktivitas fisik subjek yaitu 2569,5±1806,5 METs/min/minggu termasuk dalam aktivitas fisik sedang. Hasil uji perbedaan diperoleh kualitas diet menurut status gizi (p=0,564), aktivitas fisik menurut status gizi (p=0,019). Simpulan: Tidak ada perbedaan signifikan kualitas diet menurut status gizi pada perokok dewasa awal (p>0,05). Ada perbedaan signifikan aktivitas fisik menurut status gizi pada perokok dewasa awal (p<0,05).


2013 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 219-228
Author(s):  
Elvira Sari Dewi ◽  
◽  
Bella Cendie Asteria ◽  
Yulian Wiji Utami

The COVID-19 pandemic has caused changes in a variety of sectors, including education. Changes in online learning methods during the COVID-19 pandemic can increase the risk of sedentary behavior in students. Sedentary behavior is one of the factors related to constipation. This study aims to determine the relationship between sedentary behavior and the incidence of constipation during the COVID-19 pandemic in students at Universitas Brawijaya. This research is correlation research with a cross-sectional approach. Sampling used total sampling with a sample of 87 students according to the inclusion and exclusion criteria. Sedentary behavior was measured using the International Physical Activity Questionnaire – Short Form (IPAQ-SF) and the incidence of constipation was measured using the Constipation Scoring System (CSS). The correlation between sedentary behavior and the incidence of constipation was statistically analyzed using the Spearman Rank test with alpha=0.05. The results show that As many as 82.8% of students at Universitas Brawijaya have sedentary behavior and 17.2% are constipated. There was a correlation between sedentary behavior and the incidence of constipation (p=0.020; r=+0,249). In conclusion, there is a relationship between sedentary behavior and the incidence of constipation during the COVID-19 pandemic in students at Universitas Brawijaya.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Deny Yudi Fitranti ◽  
Bunga Syifarahmi ◽  
Martha Ardiaria ◽  
Nurmasari Widyastuti

<p>Proses penuaan mempengaruhi peningkatan distribusi lemak abdominal dengan indikator lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP). Penimbunan lemak abdominal menyebabkan disfungsi jaringan adiposa sehingga mempengaruhi biomarker proinflamasi yaitu kadar serum <em>high-sensitivity C-reactive Protein</em> (hs-CRP). Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan LP dan RLPP dengan kadar hs-CRP lansia wanita. Rancangan penelitian <em>cross sectional</em> pada 53 subjek dipilih secara <em>consecutive sampling</em>. Antropometri yang diukur adalah LP dan RLPP. Pengukuran kadar serum hs-CRP dianalisis dengan metode <em>enyme-linked immunosorbent assay</em> (ELISA). Wawancara yang dilakukan yaitu data diri, asupan, aktivitas fisik, dan riwayat konsumsi obat. Data asupan diperoleh dengan metode <em>food recall</em> 3x24 jam. Aktivitas fisik diperoleh menggunakan <em>International Physical Activity Questionnaire</em> (IPAQ). Analisis data digunakan uji korelasi <em>Spearman</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase LP pada lansia wanita yang berisiko sebesar 90,6%, RLPP yang berisiko sebesar 98,1%, dan kadar hs-CRP tinggi sebesar 30,2%. Terdapat hubungan positif antara LP dengan kadar serum hs-CRP (r=0,417 ; p=0,002). Dalam penelitian ini RLPP, aktivitas fisik, asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin A, vitamin C, vitamin D,vitamin E, dan selenium tidak berkorelasi dengan kadar hs-CRP. Simpulan penelitian ini adalah LP berkorelasi positif dengan kadar serum hs-CRP, namun RLPP tidak berkorelasi dengan kadar serum hs-CRP</p>


Author(s):  
S.G. Slezak ◽  
K.B Mahoney ◽  
E.N. Renna ◽  
I.E. Lofgren ◽  
F. Xu ◽  
...  

Objectives: To evaluate the prevalence of sarcopenia in a sample of older, sedentary women using criteria from the European Working Group on Sarcopenia in Older People (EWGSOP), the International Working Group (IWG), and the Foundation for the National Institutes of Health Sarcopenia Project (FNIHSP). Design: Cross-sectional analysis. Setting and Participants: Community-dwelling women (n = 61) aged 71.9 ± 4.6 years (mean±SD) with a BMI 27.3 ± 6.0 kg/m2 who by self-report were healthy and did not exercise were recruited and evaluated for sarcopenia. Measurements: Height, weight, grip strength, gait speed, and appendicular lean mass (via segmental multi-frequency bioelectrical impedance analysis: SMF-BIA) were measured. Prevalence was reported using descriptive statistics and a Fisher’s exact test was used to analyze the distribution frequency of sarcopenia classification by different criteria. Results: In this sample 14.8% met EWGSOP criteria, 6.6% met FNIHSP criteria, and 3.3% met IWG criteria. There was a borderline significant difference in distribution frequency between EWGSOP and IWG classification criteria (p=0.053). Conclusion: The variation in sarcopenia prevalence depending on the diagnostic criteria used is consistent with previous research and there are borderline significant differences between classification criteria in this population. These data suggest the need for additional examination to determine current cut points for ALM measured by SMF-BIA, as well as which established definition of sarcopenia is appropriate for this population.


2015 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 443-449
Author(s):  
Linda Apriaty ◽  
Nuryanto Nuryanto

Latar Belakang: Obesitas merupakan sebuah keadaan dimana terjadi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh, ditunjukan dengan IMT ≥25 kg/m2. Prevalensi obesitas di Indonesia meningkat tiap tahunnya terutama pada wanita. Faktor risiko obesitas antara lain aktivitas fisik, asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan protein, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, dan status ekonomi keluarga. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko obesitas ibu rumah tangga.Metode: Penelitian observational dengan desain case-control pada ibu rumah tangga di RW 02 Kelurahan Bendungan Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling, 30 subjek pada tiap kelompok. Obesitas dikategorikan berdasarkan nilai IMT. Data identitas subjek, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, dan status ekonomi keluargadiperoleh melalui kuesioner. Data asupan energi, karbohidrat, lemak, dan protein diperoleh melalui Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan data aktivitas fisik diperoleh melalui International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Analisis menggunakan metode Chi Square dengan melihat Odds Ratio (OR).Hasil: Faktor risiko obesitas ibu rumah tangga adalah aktivitas fisik rendah (OR = 5.500; Cl 1.813-16.681; p = 0.002), asupan karbohidrat lebih (OR = 8.636; CI 2.566-29.073; p = 0.000), asupan karbohidrat lebih (OR = 4.030; CI 1.372-11.839; p = 0.010. Asupan lemak, asupan protein, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, dan status ekonomi keluarga bukan merupakan faktor risiko kejadian obesitas.Kesimpulan: Aktivitas fisik rendah, asupan energi lebih, dan asupan karbohidrat lebih merupakan faktor risiko yang bermakna pada kejadian obesitas ibu rumah tangga.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document