STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE SEBAGAI FAKTOR RISIKO DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI SMAN 19 SURABAYA

2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 204
Author(s):  
Rim Kosim ◽  
Gatut Hardianto ◽  
Kasiati Kasiati

Abstrak Latar belakang: Dismenorea merupakan gangguan menstruasi berupa nyeri perut bawah sesaat atau bersamaan dengan permulaan menstruasi. Menstruasi merupakan kejadian fisiologis dalam tubuh wanita dan dapat disertai beberapa gangguan salah satunya dismenorea. Kejadian dismenorea bagi remaja dapat mengganggu aktivitas sehari-hari termasuk sekolah. Di Indonesia dari hasil penelitian PIK-KRR kejadian dismenorea pada remaja putri sebesar 72,89%. Faktor-faktor yang terkait dismenorea meliputi usia dibawah 20 tahun, status gizi, usia menarche, riwayat keluarga dengan dismenorea, dan merokok. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan status gizi dan usia menarche dengan kejadian dismenorea. Metode: Menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 100 responden dengan tehnik simple random sampling. Pengumpulan data berupa data primer dari responden. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil: Terdapat hubungan antara status gizi dan usia menarche dengan kejadian dismenorea pada remaja putri SMAN 19 Surabaya (uji chi square status gizi dengan kejadian dismenorea p value = 0,023 serta usia menarche dengan kejadian dismenorea p value = 0,047). Kesimpulan: Status gizi dan usia menarche merupakan faktor risiko yang memiliki hubungan  bermakna dengan kejadian dismenorea pada remaja putri.Abstract Introduction: Dysmenorrhea is a menstrual disorder in the form of lower abdominal pain before or right with the onset of menstruation. Menstruation is a physiological event in a woman's body and can be accompanied by several disorders, one of which is dysmenorrhoea. The incidence of dysmenorrhea for adolescents can disrupt daily activities including school. In Indonesia, the results of PIK-KRR’s study shows the incidence of dysmenorrhoea in young women was 72.89%. Factors related to dysmenorrhea including age under 20 years, nutritional status, age of menarche, family history of dysmenorrhea, and smoking. This study aims to analyze the relationship between nutritional status and age of menarche with the incidence of dysmenorrhea. Method: This study used an observational analytic method with a cross sectional study design. The sample used is 100 respondents using simple random sampling method. Data is collected in the form of primary data from respondents. Data analysis used the chi square test. Result: There is a relationship between nutritional status and age of menarche with the incidence of dysmenorrhea in female adolescents of SMAN 19 Surabaya (chi square test of nutritional status with incidence of dysmenorrhoea p = 0.023 and age of menarche with incidence of dysmenorrhea p = 0.047). Conclusion: Nutritional status and age of menarche are risk factors that have a significant relationship with the incidence of dysmenorrhea in female adolescents.

2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 32-42
Author(s):  
Miftakhur OksitosinRohmah ◽  
Nita Dwi Astikasari ◽  
Iriyanti Weto

Child development is an increasing skill for structure and function of the more complex body in an orderly and predictable pattern, as a result of the maturation process, involving the process of differentiation of the body's cells, tissues, organs and organ systems develop in such a way that each can fulfill its function. One aspect of development that needs attention is language development and speech. Speech and language disorders are one of the most common problems in children. Purpose of this study was to analize of parenting parents to speech delay in children aged 3-5 years. Design of this study was observational analytic with cross sectional approach. Population of this study all parents of children aged 3-5 years, with Simple Random Sampling technique obtained a sample of 32 respondents. Data analysis using Chi Square test. The results showed almost half of the respondents had a parenting pattern in the permissive category, which was 15 respondents (46.9%) and most of the respondents had speech delay in the category of suspected late talk, ie 20 respondents (62.5%). Result analysis using Chi Square test shows p-value = 0,025 <a= 0,05, so H0 is rejected and H1 accepted which means there was relation of parenting pattern to speech delay in children aged 3-5 years.  Keywords:  Parenting, Speech Delay, Children Age 3-5 Years ABSTRAK  Perkembangan anak merupakan bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan, menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya . Salah satu aspek perkembangan yang memerlukan perhatian adalah perkembangan bahasa dan bicara. Gangguan bicara dan bahasa merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak-anak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pola asuh orang tua dengan keterlambatan bicara pada anak usia 3-5 tahun. Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini seluruh orang tua anak usia 3-5 tahun, dengan teknik Simple Random Sampling diperoleh sampel 32 responden. Analisa data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan hampir setengah responden memiliki pola asuh dalam kategori permisif, yaitu 15 responden (46,9%) dan sebagian besar responden memiliki keterlambatan bicara dalam kategori dicurigai terlambat bicara, yaitu 20 responden (62,5%). Hasil analisa menggunakan uji Chi Square menunjukkan nilai p-value = 0,025 <a = 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan pola asuh orang tua terhadap keterlambatan bicara pada anak usia 3-5 tahun.  Kata Kunci: Pola Asuh, Keterlambatan Bicara, Anak Usia 3-5 Tahun


Author(s):  
Y Widyastuti Wahyuningsih Y Widyastuti Wahyuningsih

ABSTRACT Abortion is the termination of a pregnancy (by certain consequences) on or before the age of 22 weeks of pregnancy or pregnancy fruit has not been able to live outside the womb. Maternal deaths caused by bleeding, infection, poisoning pregnancy and abortion. According to the health agency the World Health Organization (WHO) in poor countries and developing countries, maternal mortality ranges between 750-1000 per 100,000 live births. Indonesia itself is still a country with a maternal mortality rate was 307 per 100,000 live births. Some reasons and conditions that enable women to individualist abortion. Some common characteristics can be classified ie economic status, marital status, residence, age, parity, education and employment. The purpose of this study is to determine the relationship between age, parity, and maternal employment with the incidence of abortion at General Hospital Center Dr. Mohammad Hoesin Palembang in 2011. This research is an analytical survey with cross sectional approach. The population was all pregnant women who are hospitalized in the obstetrics space of General Hospital Center Dr. Mohammad Hoesin Palembang in 2011. which amounted to 147 persons and 107 person sample obtained by sampling simple random sampling. Each variable that was observed in tests using Chi-Square test with a (0.05). The results of this study showed that 67.3% of mothers had abortions, 45.8% of mothers with high risk age, 51.4% of  mothers of high parity, and 43.0% of mothers who work. Chi-Square test showed no significant relationship between age (p value = 0.007), parity (p value = 0.007) and occupation (p value = 0.000) with the incidence of abortion. Expected to provide input to the Hospitals to be more pro-active in providing further education about the risk factors of abortion in pregnant women   ABSTRAK     1   Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Kematian maternal disebabkan oleh perdarahan, infeksi, keracunan kehamilan dan abortus. Menurut badan kesehatan World Health Organization (WHO) di negara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian maternal berkisar antara 750 - 1.000 per 100.000 kelahiran hidup. Indonesia sendiri masih menjadi negara dengan angka kematian ibu sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa alasan dan kondisi individualis yang memungkinkan wanita melakukan abortus. Beberapa karakteristik umum dapat diklasifikasikan yaitu status ekonomi, status perkawinan, tempat tinggal, umur, paritas, pendidikan dan pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara paritas dan pekerjaan ibu dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah semua ibu hamil dengan usia kehamilan < 20 minggu yang dirawat di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011 yang berjumlah 147 orang dan sampel yang didapatkan 107 orang dengan pengambilan sampel secara simple random sampling. Masing-masing variabel yang diteliti di uji dengan menggunakan uji Chi-Square dengan a (0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 67,3% ibu mengalami abortus, 45,8%, ibu paritas tinggi, dan 43,0% ibu yang bekerja. Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara paritas (p value = 0,007), dan pekerjaan (p value = 0,000) dengan kejadian abortus. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Rumah Sakit agar lebih pro aktif  dalam pemberian penyuluhan lebih lanjut tentang faktor-faktor resiko abortus pada ibu hamil


2016 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 99
Author(s):  
Habibur Rochman ◽  
Edi Sampurno Ridwan ◽  
Effatul Afifah

<p>Nursing service is the key of health care service in hospitals. Therefore, it is necessary to restuctre the health service quality related to the adequacy of nurse-patient ratio. The improvement of health services quality is a form of strategy to enhance patient safety. The performance of a nurse is the key of health care service and is very important to address in order to maintain and improve the quality of health services. The award system is one of motivation methods used to increase nurse performance. The purpose of this study was to know the relationship between awards system and nurse-patients ratio with nurse performance at RSUD Panembahan Senopati Bantul. The study design was observational analytic with cross sectional approach. Samples were selected by stratified random sampling, then simple random sampling resulting on 65 nurses. Data analysis was done by using chi-square test. The results showed that there was relationship between award system and the nurse performance with p-value 0.02 (p&gt;0.05). Conversely there was no relationship between award system and nurse patients ratio and the nurse performance with p-value 1.000 (p&gt;0.05). In conclusion, there was a significant relationship between award system and nurse performance, and there was no relationship between the nurse patients ratio and nurse performance.</p>


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 22
Author(s):  
Asih Media Yuniarti ◽  
Arif Fardiansyah ◽  
Salma Wulida Putri

Permasalahan PTM yang tinggi dan dampaknya besar membutuhkan upaya pengendalian faktor resiko PTM dengan kegiatan Posbindu PTM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi dan dukungan keluarga dengan keaktifan masyarakat dalam mengikuti program Posbindu PTM. Metode penelitian menggunakan desain penelitian Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 136 orang, dan siambil dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling sebanyak 57 sampel. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner motivasi dan kuesioner dukungan keluarga. Hasil penelitian hubungan motivasi dan dukungan keluarga dalam mengikuti program Posbindu PTM di UPT Puskesmas Jatirejo menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak aktif dalam mengikuti Posbindu PTM sebesar 45 orang (78.9%).  Data di analisis menggunkan Chi-Square Test dengan hasil p value 0.00009 untuk motivasi dengan keaktifan , dan 0.00005 untuk dukungan keluarga dengan keaktifan masyarakat mengikuti program Posbindu PTM.   P value < α: 0.05 artinya masing-masing variabel terdapat hubungan dengan keaktifan masyarakat dalam mengikuti program Posbindu PTM di UPT Puskesmas Jatirejo Kabupaten Mojokerto.  Kesimpulkan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan motivasi dan dukungan keluarga dengan keaktifan masyarakat dalam mengikuti Posbindu PTM di UPT Puskesmas Jatirejo. Pengtingnya ikut kegiatan sosialisasi preventif dan promotif akan dapat mempengaruhi perilaku dan presepsi masyarakat dalam mengikuti program Posbindu PTM.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 160
Author(s):  
Ziah Datul Kamilah ◽  
Budi Utomo ◽  
Baksono Winardi

Abstrak Latar Belakang: Premenstrual syndrome merupakan munculnya gejala yang dirasakan baik fisik, emosi maupun perilaku sehingga berakibat adanya stres yang dapat berulang setiap adanya fase sebelum menstruasi. Efek dari PMS tersebut dapat sampai mengganggu aktivitas dan konsentrasi belajar terutama pada siswi yang masih sekolah. Studi pendahuluan yang sudah dilakukan di SMP Negeri 29 Surabaya diketahui data dari catatan perbulan UKS bahwa terdapat siswi yang masuk UKS dikarenakan mengeluh sakit perut, pusing dan mual sebelum menstruasi, setelah dilakukan wawancara sebanyak 15 siswi terdapat 15 yang mengalami gejala premenstrual syndrome dengan tingkatan yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara aktivitas fisik dan usia menarche dengan kejadian premenstrual syndrome. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 206 siswi sesuai dengan kriteria inklusi. Sampling dilakukan dengan simple random sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik dan usia menarche, sedangkan variabel dependennya adalah kejadian premenstrual syndrome. Cara mengetahui tingkat signifikan, data yang sudah terkumpul diuji dengan uji statistik Chi-square pada tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebesar 57,6% remaja putri melakukan aktivitas fisik dengan kategori rendah, 29,8% remaja putri mengalami menarche dini, dan sebesar 71,2% remaja putri mengalami premenstrual syndrome ringan. Hasil: Hasil penelitian setelah dilakukan uji Chi-square diperoleh untuk aktivitas fisik nilai p = 0,030 (p≤0,05) yang berarti ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian premenstrual syndrome, dan untuk usia menarche nilai p = 0,073 (p≥0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian premenstrual syndrome. Kesimpulan: Kebiasaan untuk beraktivitas fisik yang tepat dan rutin serta mengurangi stres dapat mengatasi dan mengurangi keluhan premenstrual syndrome yang dialami.Abstract Background: Premenstrual syndrome (PMS) is the symptoms that are felt both physically and emotionally as well as behaviorally, resulting in stress that can recur at every phase before menstruation. The effects of PMS can interfere in learning activity and concentration of female students who are still at school. Preliminary studies conducted at SMP Negeri 29 Surabaya and monthly data records from its UKS revealed that there were students who entered UKS because they experienced abdominal pain, dizziness and nausea before menstruation. After conducting an interview to 15 female students, there were 15 students who experienced symptoms of premenstrual syndrome at different levels. This research aims to study the relationship between physical activity and age of menarche with premenstrual syndrome. Method: This study was an observational analytic study with a cross sectional approach. The total sample was 206 students according to the inclusion criteria. Sampling is done by using simple random sampling. The independent variable in this research is physical activity and age of menarche, while the dependent variable is the phenomena of premenstrual syndrome. The significant level can be found out by testing the collected data using Chi-square statistical test with the significant level α = 0.05. The results showed that 57.6% of female adolescents did physical activity in a low category, 29.8% of female adolescents had early menarche, and 71.2% of female adolescents had mild premenstrual syndrome. Results: The results of the Chi-square test showed that physical activity’s value p = 0.030 (p≤0.05) means that there is a relationship between physical activity and the phenomena of premenstrual syndrome, and age of menarche’s value p = 0.073 (p≥0, 05) means that there is no relationship between age of menarche and the phenomena of premenstrual syndrome. Conclusion: Habits for proper and routine physical activity and reducing stress can overcome and reduce the symptoms of premenstrual syndrome. 


Author(s):  
Moh Alimansur ◽  
Elfi Quyumi

Latar Belakang: Penyakit Covid-19 merupakan penyakit yang mudah menular, sehingga dengan cepat bisa menjangkiti banyak orang. Memperlambat penyebaran virus corona (COVID-19) adalah jalan keluar mengakhiri pandemi. Masyarakat dan pihak non-pemerintah dapat berpartisipasi dalam berbagai bentuk kerelawanan dalam penanggulangan bencana dan pengurangan risiko. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang upaya pencegahan penularan COVID-19 terhadap kepatuhan relawan covid dalam upaya pencegahan penularan COVID19. Metode penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, besar sampel  105 orang relawan covid di Kota Kediri, dengan metode simple random sampling dengan analisa data menggunakan analisis Chi Square test menggunakan software SPSS 19. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar relawan covid memiliki pengetahuan yang cukup tentang upaya pencegahan penularan COVID-19. Hampir seluruhnya dari relawan covid tidak patuh dalam menjalankan upaya pencegahan penularan COVID-19. Hasil uji Chi-square test menunjukkan adanya hubungan pengetahuan upaya pencegahan dengan kepatuhan dalam pencegahan COVID-19 pada relawan covid yang ditunjukkan dengan nilai p-value = 0,00 < α = 0,05. Kesimpulan: Pengetahuan yang kurang tentang upaya pencegahan penularan COVID-19 akan berdampak pula pada penurunan kepatuhan relawan covid dalam mencegah penularan COVID-19. Perlu adanya edukasi, aturan dan penyediaan alat pelindung diri bagi relawan covid dalam pencegahan penularan COVID-19.


2021 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 349
Author(s):  
Ferisca Maya Kurnia Wardhani ◽  
Sri Utami ◽  
Dwiyanti Puspitasari

Abstrak Latar Belakang : Gizi kurang dan buruk pada balita dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan jasmani dan kecerdasan anak. Angka kejadian gizi buruk tertinggi terjadi di Puskesmas Simomulyo Surabaya sebanyak 35 balita pada tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan Pola Pemberian Makan, Sosial Ekonomi dan Riwayat BBLR dengan Status Gizi Balita. Metode: Penelitian cross sectional ini dilakukan di Kelurahan Simomulyo Baru Surabaya. Populasi dalam penelitian ini seluruh balita usia 12-59 bulan di Kelurahan Simomulyo Baru Kota Surabaya sebanyak 3036 balita. Sampel yang digunakan sebanyak 130 balita pada RW 5 dan RW 6 dengan teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Pengambilan data dengan kuesioner. Data dianalisis secara statistik menggunakan uji Chi-Square. Hasil: Status Gizi Bermasalah sebagian besar terjadi pada balita dengan pola pemberian makan yang kurang yaitu 34 balita (97,1%). Pendidikan terakhir ibu balita status gizi bermasalah sebagian besar berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 47 orang (49,0%). Pekerjaan ibu balita status gizi bermasalah sebagian besar  tidak bekerja sebanyak 52 orang (49,5%). Balita status gizi bermasalah hampir setengahnya terjadi pada keluarga dengan pendapatan rendah yaitu sebanyak 41 keluarga (58,6%). Balita yang mengalami status gizi bermasalah sebagian besar terjadi pada balita dengan riwayat BBLR cukup bulan saat lahir yaitu sebanyak 23 balita  (88,5%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan hasil pemberian makan (p-value =0,001), pendidikan ibu (p-value=0,561),  pekerjaan ibu (p-value=0,320), pendapatan keluarga (p-value =0,005), dan riwayat BBLR (p-value =0,001) dengan α=0,05. Kesimpulan: Pola pemberian makan, pendapatan dan riwayat BBLR berhubungan dengan status gizi balita. Sedangkan pendidikan ibu dan pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan status gizi balita.Abstract Background: Underweight and malnutrition of children can result in disruption of physical growth and intelligence of children. The highest incidence of malnutrition occurred in Simomulyo Health Center Surabaya as many as 35 children in 2016. The aim of the research was determine the relationship between Feeding Patterns, Social Economy and LBW History with Nutritional Status Toddlers. Method : This cross-sectional study was conducted in Simomulyo Baru Village Surabaya. The population in this study were all toddlers aged 12-59 months in Simomulyo Baru Village, Surabaya, as many as 3036 toddlers. The sample used was 130 toddlers in RW 5 and RW 6 with the sampling technique using simple random sampling. Retrieving data with a questionnaire. Data were analyzed statistically using the Chi-Square test . Results : Troubled Nutritional Status mostly occurred in children under five with poor feeding patterns, namely 34 toddlers (97.1%). The last education of mothers of children under five with a problematic nutritional status was mostly highly educated as many as 47 people (49.0%). The work of mothers of children under five with problematic nutritional status mostly did not work as many as 52 people (49.5%). Toddlers with problematic nutritional status almost half occur in families with low income as many as 41 families (58.6%). Most toddlers who have problematic nutritional status occur in infants with a history of LBW enough months at birth as many as 23 children (88.5%). Based on the Chi-Square test results obtained feeding results ( p-value = 0.001), mother’s education (p-value = 0.561), mother’s work ( p-value = 0.320), family income ( p-value = 0.005), and history LBW ( p-value = 0.001 ) with α=0,05. Conclusion : The pattern of feeding, income and history of LBW is related to the nutritional status of children. While mother’s education and mother’s work is not related to the nutritional status of children.


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 79-88
Author(s):  
Elly Daziah ◽  
Sri Rahayu

Latar Belakang: Angka prevalensi hipertensi akan terus meningkat secara global dan diprediksikan pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia akan mengalami hipertensi. Hipertensi yang tidak mendapatkan penanganan yang baik akan menyebabkan komplikasi yang merupakan penyebab kematian nomor 5 pada semua kelompok umur. Agar terhindar dari komplikasi maka dibutuhkan dukungan keluarga untuk melakukan perawatan hipertensi.Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku perawatan hipertensi yang dilakukan oleh keluarga di rumah.Metode Penelitian: desain penelitian korelasional dengan pendekatan cross-sectional digunakan dalam penelitian ini. Sampel yang bersedia menjadi responden sejumlah 35 responden dengan teknik simple random sampling. Uji Chi-Square digunakan untuk menganalisa data.Hasil: Ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perilaku perawatan hipertensi yang dilakukan oleh keluarga di rumah dengan nilai p-value = 0,003. Sedangkan bentuk dukungan keluarga yang berhubungan dengan perilaku perawatan hipertensi yang dilakukan oleh keluarga di rumah adalah dukungan instrumental (p-value = 0,001), dukungan informasi (p-value = 0,000) dan dukungan emosional (p-value = 0,004). Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga perlu diperhatikan dalam melakukan perawatan hipertensi di rumah.Kata kunci: dukungan keluarga, hipertensi, perilaku perawatan AbstractBACKGROUND: Hypertension prevalence rates will continue to increase globally and it is predicted in 2025 as many as 29% of adults worldwide will experience to have hypertension. Hypertension with inadequate treatment will cause complications which is the number fifth cause of death in all ages. In order to avoid complications, family support was required to treat hypertension. OBJECTIVE: To determine the relationship between family support and caring behavior of hypertension by families at homeMETHODS: Correlational research design with cross sectional approach was used. A sample of 35 respondents willing to join by simple random sampling. Chi-Square Test was used to analyze the data. RESULTS: There was a significant relationship between family support and caring behavior of hypertension by families at home with value p-value = 0,003. While the domain of family support which related to the caring behavior of hypertension are instrumental support (p-value = 0,001), informational support (p-value = 0,000) and emotional support (p-value = 0,004). Finally, it can be concluded that family support have to be considered in treating hypertension at home.Keywords:  caring behavior, family support, hypertension


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 758-764
Author(s):  
Herlinawati Herlinawati ◽  
Hayyatun Nubus

Berdasarkan hasil dari data kinerja karyawan PT. Arteria Daya Mulia (ARIDA) Cirebon pada bulan Juni tahun 2015 menunjukkan output kerja atau pencapaian kerja masih kurang dari target yang diharapkan maka hasil produksi perhari belum menunjukkan kinerja yang baik yang dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor internal organisasi, yaitu program kesehatan dan keselamatan kerja dimana pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja yang masih kurang baik sehingga kinerja karyawannya pun kurang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja dengan kinerja karyawan bagian tambang di PT. Arteria Daya Mulia (ARIDA) Cirebon Tahun 2015. Rancangan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian tambang di PT. Arteria Daya Mulia (ARIDA) Cirebon Tahun 2015 sebanyak 112 karyawan. Jumlah sampel sebanyak 52 karyawan yang diambil secara Simple Random Sampling. Metode pengumpulan data menggunakan cara angket. Data dianalisis secara statistik menggunakan Uji Chi-Square pada taraf kepercayaan 5% (0,05). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai P value = 0,020 pada taraf kepercayaan 5% karena nilai P value = 0,020 lebih kecil dari 0,05 (0,020 ≤ 0,05). Sehingga Ha diterima yang menyatakan ada hubungan antara pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja dengan kinerja karyawan bagian tambang PT. Arteria Daya Mulia (ARIDA) Cirebon Tahun 2015.Kata Kunci          : Kesehatan Keselamatan Kerja, Kinerja Karyawan   ABSTRACTBased on the results of the performance data of employees of PT. Arteria Daya Mulia (ARIDA) Cirebon in June 2015 shows the output of work or achievement of work is still less than the expected target, the production  day has not shown good performance enabled influenced by factors internal to the organization, a program of health and safety where implementation of the program occupational health and safety are still not good so the performance was less good employees. The purpose of this study was to determine the relationship of the program with the occupational health and safety performance in the mining section of employees of PT. Arteria Daya Mulia (ARIDA) Cirebon 2015. The design of this study was cross sectional. The study population is all employees of the mine in PT. Arteria Daya Mulia (ARIDA) Cirebon in 2015 as many as 112 employees. The total sample of 52 employees who were taken by simple random sampling. Methods of data collection using the questionnaire method. Date were statistically analyzed using Chi-Square test at the level of 5% (0.05). Results of statistical test by using Chi-Square test values obtained P value = 0.020 confidence level of 5% since the value P value = 0.020 less than 0.05 (0.05 ≤ 0.020). So Ha is received stating there is a relationship between the implementation of occupational health and safety program with employee performance of the mining PT. Arteria Daya Mulia (ARIDA) Cirebon 2015.Keywords: Health Safety at Work, Employee Performance


Author(s):  
Wahyu Ida Muliana Wahyu Ida Muliana

ABSTRACT Hyperemesis Gravidarum marked excessive nausea and vomiting in pregnant women at a young age. WHO estimates that 536,000 women died from direct complications of pregnancy and childbirth. One complication of pregnancy is Hyperemesis Gravidarum. Hyperemesis Gravidarum in the world has been estimated to occur in 1-2% of pregnant. According to data from the Medical Record of Dr. Mohammad Hoesin Palembang Hospital, the incidence of Hyperemesis Gravidarum in 2011 there were 72 people of 661 pregnant women. The purpose of this reseach was to determine the relationship between maternal age and parity with Hyperemesis Gravidarum in Dr. Mohammad Hoesin Palembang Hospital 2011. The Design of this reseach used Cross Sectional by analytic approach survey. The population of this reseach are all of mother who gestational ≤ 16 weeks (four months) in the Installation of Obstetrics and Gynecology, Dr. Mohammad Hoesin Palembang Hospital in January to December of 2011 with the sample of 661 people which taken by systematic random sampling and the reseach was conducted from 17 April to 24 April 2012.  Each variable that was observed in tests using Chi-Square test with a (0.05).  The results of this study showed that 5.9% of mothers with hyperemesis gravidarum, 21.8% of mothers with high risk age, and 30.0% primigravida. Chi-Square test showed no significant relationship between age (p value = 0.000) and parity (p value = 0.000) with the incidence of hyperemesis gravidarum. Expected to the Hospital to be implemented properly instructed how to provide counseling to pregnant women about pregnancy and childbirth, as well as provide confidence that the nausea and vomiting is a symptom of physiology in pregnancy.   ABSTRAK Hiperemesis Gravidarum ditandai mual dan muntah yang berlebihan terjadi pada ibu hamil di usia muda. WHO memperkirakan 536.000 perempuan meninggal dunia akibat langsung dari komplikasi kehamilan dan persalinan. Salah satu komplikasi kehamilan adalah Hiperemesis Gravidarum. Insiden Hiperemesis Gravidarum di dunia telah diperkirakan terjadi pada 1-2% wanita hamil. Menurut data dari Medical Record Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang, angka kejadian Hiperemesis Gravidarum pada tahun 2011 terdapat 72 orang dari 661 ibu hamil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara umur dan paritas ibu dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum pada ibu di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2011. Desain Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah dengan umur kehamilan ≤ 16 minggu (4 bulan) yang pernah dirawat inap di Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada bulan Januari-Desember tahun 2011 dengan jumlah sample 661 orang yang diambil secara systematic Random Sampling (secara acak sistematis) dan penelitian ini dilakukan dari tanggal 17 April sampai dengan 24 April 2012. Masing-masing variabel yang diteliti di uji dengan menggunakan uji Chi-Square dengan a (0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 5,9% ibu mengalami hiperemesis gravidarum, 21,8% ibu dengan umur resiko tinggi, dan 30,0% ibu primigravida. Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur (p value = 0,000) dan paritas (p value = 0,000) dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Rumah Sakit agar dilaksanakan penyuluhan dengan cara memberikan konseling terhadap ibu hamil tentang kehamilan dan persalinan, serta memberikan keyakinan bahwa mual muntah merupakan gejala fisiologi pada kehamilan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document