scholarly journals Validation of the Portuguese Version of the International Physical Activity Questionnaire for Adolescents (IPAQA)

2017 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 239-250 ◽  
Author(s):  
Vera Ferro-Lebres ◽  
Gustavo Silva ◽  
Pedro Moreira ◽  
José Carlos Ribeiro

Background:Questionnaires have been broadly used to assess physical activity in adolescents, however validation studies, although essential, are not always performed.Objective:The present work aims to determine the validity of the Portuguese version of the International Physical Activity Questionnaire for Adolescents against 3 axis Actigraph accelerometers.Method:A cross-sectional study was conducted, with a sample of 222 adolescents, with a mean age of 15.6 years (SD=2.05). After translation and cross cultural adaptation, data obtained from the questionnaire was correlated to accelerometers data, using Spearman correlation coefficient. Percentages of agreement of physical activity tertiles obtained by each method were tested using Cohen’s Kappa. Statistical analysis was performed for the total sample, per sex and per age group.Results:A significant correlation between the questionnaire and accelerometer was found for older adolescent boys, for total physical activity (ρ=0.372;P<0.01), and for moderate to vigorous physical activity (ρ=0.428;P<0.01) No correlations were found for the younger adolescents and girls. A 42.3% agreement was found for the questionnaire and accelerometer tertiles of total physical activity.Conclusion:The concurrent validity proved that the questionnaire might be valid only for older adolescent boys. The authors consider that whenever available physical activity objective measurements should be used instead of questionnaires.


MEDIKORA ◽  
2015 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
Author(s):  
Prijo Sudibjo ◽  
Novita Intan Arovah ◽  
Rachmah Laksmi Ambardini

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan dipersiapkan menjadi pelatih yang kompeten. Salah satu kompetensi yang diperlukan oleh pelatih adalah pemahaman dan keterampilan dalam pengukuran tingkat aktivitas fisik, status kecukupan energi dan status antropometrik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pengukuran level aktivitas fisik, status kecukupan energy, dan status antropometrik mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY. Penelitian ini merupakan penelitian observasi cross sectional pada 30 mahasiswa Program Stusi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY yang telah menempuh mata kuliah Anatomi. Pengukuran tingkat pemahaman dilaksanakan dengan metode tes. Level aktivitas fisik diukur dengan kuesioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire), status kecukupan energi diukur dengan membagi antara asupan kalori dibagi dengan kebutuhan kalori, dan status antropometris dinilai dengan menggunakan rumus BMI (body mass index) dansomatotype berdasarkan Health Charter Manual. Data diolah secara deskriptif dan korelatif menggunakan analisis Korelasi Pearson untuk melihat hubungan antara tingkat pemahaman dan status level aktivitas fisik, status kecukupan energy, dan status antropometrik dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY mempunyai level aktivitas fisik yang baik (skor IPAQ rata-rata 7248,13 ± 2420,58 METS), dan status kecukupan energi yang baik pula (rata-rata kecukupan energi sebesar 96,62 ± 19,81%). Di sisi lain, status gizi pada 90 % mahasiswa menunjukkan kriteria yang normal. Uji Korelasi Pearson menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat kuat antara tingkat pemahaman level aktivitas fisik dan level aktivitas fisik (korelasi 0.902 dan p < 0,05), namun tidak terbukti adanya korelasi yang signifikan (p > 0,05) antara tingkat pemahaman dan status kecukupan energi dan status gizi yang secara berurutan didapatkan nilai korelasi sebesar 0,27 dan 0,048.Kata Kunci: level aktivitas fisik, status kecukupan energi, status antropometrik



2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 94-101
Author(s):  
Maria Dolorosa Sus Renata ◽  
Nurmasari Widyastuti ◽  
Choirun Nissa

Background : Inadequate of vitamin B6, magnesium, zinc, and calcium intake and a lower body mass index can lead to Premenstrual syndrome (PMS) in vegetarian woman. The objective of this study was to determine the association between micronutrients intake, nutritional status and PMS among vegetarian women.Objectives : The objective of this study was to determine the association between micronutrients intake, nutritional status and PMS among vegetarian women.Methods : A cross sectional study was conducted to 44 vegetarians women.Subjects of this study were collected consecutively. Dietary intake were measured by Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ). Score of PMS were measured by Shortened Premenstrual Assessment Form (sPAF).Physical activity were measured by International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Score of stress level were measured by International Physical Activity Questionnaire (PSS-10). Data were analyzed by Chi Square test and ratio prevalence to determine the risk factor.Results : There were 54.55% of subject have a moderate PMS level. There were a correlation between vitamin B6 and PMS (p=0.019;RP=2.96;95%CI=0.9-10), magnesium and PMS (p=0.033;RP=3.8;95%CI=0.6-23), zinc and PMS (p=0.002;RP=6.17;95%CI=0.9-39), physical activity and PMS (p=0.033;RP=3.79;95%CI=0.6-23), stress level and PMS(p=0.045;RP=0.39;95%CI=0.1-1.3). There were no correlation between calcium intake and PMS (p=0.211;RP=1.816;95%;CI=0.569-5.794), BMI and PMS (p=0.355;RP=0.753;95 %; CI=1.443).Conclusion : Intake of vitamin B6, magnesium and zinc, physical activity and stress level were correlated to PMS. Calcium intake and BMI were not correlated to PMS.



2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Natania Natania ◽  
Evelin Malinti

Peningkatan asam urat darah menjadi tanda perubahan fungsi metabolic dan hemodinamik. Faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan produksi asam urat adalah konsumsi makanan yang banyak mengandung purin dan asam urat, obesitas, penggunaan obat, aktivitas fisik dan penyakit tertentu dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kadar asam urat. Jenis penelitian adalah analisis deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 71 orang dewasa laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 25-45 tahun. Sampel dipilih dengan metode convenience sampling. Data meliputi karakteristik responden, aktivitas fisik tujuh hari terakhir, dan kadar asam urat. Aktivitas fisik diperoleh melalui pengisian international physical activity questionnaire (IPAQ). Pemeriksaan kadar asam urat menggunakan alat ukur digital (Autocheck) dan strip asam urat. Data dianalisis menggunakan Chi-Square Test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kadar asam urat (p>.05). Kadar asam urat sebagian besar responden termasuk dalam kategori normal dan aktivitas fisik sebagian responden tinggi. Menjaga keseimbangan antara kadar asam urat melalui makanan yang dikonsumsi dengan aktivitas fisik yang dilakukan. Saran yang dapat diberikan kepada peneliti berikutnya ialah penggunaan metode purposive sampling, melakukan perhitungan calon sampel secara menyeluruh, serta mempertimbangkan variabel lain seperti pola makan,  tekanan darah, status gizi, indeks massa tubuh.



2015 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 39-49 ◽  
Author(s):  
Pristina Adi Rachmawati ◽  
Etisa Adi Murbawani

Latar Belakang : Menari termasuk dalam kategori aktivitas fisik yang berat. Penari cenderung membatasi asupan makan untuk mencapai bentuk tubuh yang ramping. Kurangnya asupan zat gizi disertai aktivitas fisik yang berat dalam jangka waktu tertentu mengakibatkan gangguan siklus menstruasi. Tujuan : Mengetahui hubungan asupan zat gizi, aktivitas fisik, persentase lemak tubuh dengan gangguan siklus menstruasi pada penari.Metode : Desain penelitian cross sectional dengan 62 penari dipilih secara simple ramdom sampling. Asupan zat gizi diperoleh melalui Food Frequency Questionaire (FFQ) dan dianalisis menggunakan program Nutrisurvey. Aktivitas fisik diukur menggunakan International Physical Activity Questionnaire Adolescent (IPAQ). Persentase lemak tubuh diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Gangguan siklus menstruasi diperoleh melalui kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square.Hasil : Sebanyak 51,6% penari mengalami gangguan siklus menstruasi. Asupan energi pada 46,8% penari tergolong defisit tingkat sedang. Asupan protein (32,3%) dan asupan karbohidrat (51,6%) tergolong defisit tingkat ringan. Asupan lemak 37,1% penari tergolong defisit tingkat berat. Sebagian besar penari memiliki aktivitas fisik yang berat (91,9%) dan persentase lemak tubuh yang normal (87,1%). Terdapat hubungan antara asupan energi, karbohidrat, lemak dan aktivitas fisik dengan gangguan siklus menstruasi (p<0,05). Tidak ada hubungan antara asupan protein dan persentase lemak tubuh dengan gangguan siklus menstruasi (p>0,05).Simpulan : Asupan energi, karbohidrat, lemak, dan aktivitas fisik berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi.



2020 ◽  
Vol 16 ◽  
pp. 174550651990058
Author(s):  
Aoi Ebina ◽  
Ryuichi Sawa ◽  
Yuki Kondo ◽  
Shunsuke Murata ◽  
Takashi Saito ◽  
...  

Objectives: The purpose of this cross-sectional study was to investigate the association between daily physical activity and sonographically measured bone status among women during the lactation period. Methods: Final participants were 152 women 4 months after childbirth. Bone status of the participants was measured using quantitative ultrasonometry of the calcaneus (speed of sound). Daily physical activity was assessed using the Japanese version of International Physical Activity Questionnaire short version. After getting the International Physical Activity Questionnaire results, we classified participants into three categories (low/moderate/high) according to a protocol. Participants categorized into the low group according to the International Physical Activity Questionnaire were considered to be in the low physical activity group and those categorized into the moderate and high groups were considered to be in the moderate to vigorous physical activity group. Results: Speed of sound was significantly higher in the moderate to vigorous physical activity group (moderate to vigorous physical activity versus low physical activity, 1533 m/s versus 1523 m/s, p = 0.03). Daily physical activity was significantly associated with speed of sound, even after adjustment for confounding factors and prognosticators ( β = 0.195, p = 0.02). Conclusion: Sonographically measured bone status was significantly higher in women who were physically active than in those who were physically inactive, suggesting that daily physical activity might help to maintain good bone status.



2014 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 595-603
Author(s):  
Habibaturochmah Habibaturochmah ◽  
Deny Yudi Fitranti

Latar belakang : Obesitas merupakan suatu kondisi akibat akumulasi lemak tubuh yang berlebihan. Kelebihan lemak tubuh dapat terjadi akibat ketidakseimbangan energi antara yang masuk dan energi yang keluar serta kurangnya aktivitas fisik. Konsumsi air dapat dikaitkan dengan penurunan persen lemak tubuh pada remaja putri.Tujuan : Mengetahui hubungan konsumsi air, asupan zat gizi, dan aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh pada remaja putri.Metode : Penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan di SMP Pangudi Luhur Domenico Savio Semarang pada bulan Juni 2014. Penelitian ini melibatkan 104 siswi berusia 13-15 tahun. Data konsumsi air, asupan energi, dan zat gizi diperoleh dengan menggunakan Food Frequency Questionaire (FFQ) semi kuantitatif. Data persen lemak tubuh diukur dengan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Data aktivitas fisik diperoleh dengan menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) short form. Analisis bivarat dianalisis dengan uji rank Spearman dan r Pearson.Hasil : Sebanyak 29,8% subjek kurang mengonsumsi air. Didapatkan hubungan bermakna antara konsumsi air dengan persen lemak tubuh (r= -0,596; p<0,05). Didapatkan pula hubungan bermakna antara asupan karbohidrat dan lemak dengan persen lemak tubuh (masing-masing nilai r= -0,254; p=0,009 dan r=0,429; p<0,05). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi, protein, dan aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh.Kesimpulan : Dalam penelitian ini terbukti bahwa konsumsi air, asupan karbohidrat, dan asupan lemak mempunyai hubungan dengan persen lemak tubuh pada remaja putri. Asupan karbohidrat dan asupan lemak menjadi prediktor dari persen lemak tubuh pada remaja putri.



2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 48-53
Author(s):  
Ikhsan Ikhsan ◽  
Nori Wirahmi ◽  
Samwilson Slamet

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, dimulai dari awal kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua yang telah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa.Risiko jatuh yang dapat menyebabkan cidera bagi lansia,  jatuh pada lansia adalah suatu masalah utama yang sering dialami oleh lansia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubingan aktifitas fisik dengan rsiko jatuh pada lansia. Metodelogi penelitian Cross sectional dengan jumlah sampel 75 lansia, teknik sampling purposive.  Pengukuran aktifitas fisik menggunakan  kuesioner  IPAQ ( International Physical Activity Questionnaire) dan Morse fall scale untuk risiko jatuh .Didapatkan hasil distribusi aktifitas fisik lansia Ringan 31 (41,3%), Sedang 25 (33,3%) dan Berat 19 (25,3%) sedangkan Tingkat risiko jatuh 28 (37.3%) Tidak Berisiko, 24 (32%) Risiko rendah dan 23 (30%) Risiko Tinggi. Analisis Chi Square dengan p value 0,005 (<0,05)  diinterpretasikan ada hubungan antaktifitas fisik dengan risiko jatuh.



2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 178-186
Author(s):  
Rosiana Dwi Astiti ◽  
Ani Margawati ◽  
Ayu Rahadiyanti ◽  
A Fahmy Arif Tsani

Latar Belakang: Populasi lansia terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini harus diikuti dengan perbaikan fasilitas kesehatan sehingga derajat kesehatan dan kualitas asupan makanan lansia meningkat. Salah satu strategi yang dilaksanakan pemerintah yaitu Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi dan kualitas asupan makanan pada lansia yang mengikuti dan tidak mengikuti prolanis.Metode: Penelitian ini merupakan studi cross sectional. Subjek merupakan lansia yang mengikuti dan tidak mengikuti prolanis. Data meliputi karakteristik subjek, tingkat pendapatan, status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), kualitas asupan makanan menggunakan formulir Diet Quality Index-International (DQI-I), dan aktivitas fisik dengan metode International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Analisis data menggunakan uji independent t-test dan Mann-Whitney.Hasil: Rerata skor kualitas asupan makanan subjek yaitu 48,5±6,7 yang tergolong rendah. Rerata status gizi subjek yaitu 24,5±4,2 kg/m2. Kualitas asupan makanan subjek yang mengikuti prolanis (49,0±7,5) lebih tinggi dibandingkan subjek yang tidak mengikuti prolanis (47,6±6,1). Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan pada status gizi antara subjek yang mengikuti dan tidak mengikuti prolanis (p=0,029), tetapi tidak terdapat perbedaan pada kualitas asupan makanan (p=0,538).Simpulan: Ada perbedaan signifikan status gizi berdasarkan keikutsertaan prolanis (p=0,029). Tidak ada perbedaan signifikan kualitas asupan makanan berdasarkan keikutsertaan prolanis (p=0,538).



2017 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 266
Author(s):  
Ajeng Putri Rahmandita ◽  
Merryana Adriani

Background: Central obesity cases in Indonesia gradually increase time to time. Central obesity is a situation when there is excess fat in abdomen. It can be triggered by over consumption of high calories food, less consumption of fiber, and lack of physical activities. Objective: This study aimed to analyze the differences of intake level and physical activity on women (20-54 years) with central and non central obesity. Methods: This study was an observational analytic comparative using cross sectional design, 58 women (29 women with central obesity and 29 women with non-central obesity) 20-54 years were selected using simple random sampling technique. Data were collected by measuring weight, height, abdominal circumference, 2x24 hours recall for intake level, and interview using the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Results: the results showed that there was differences in intake level of energy (p=0.000), intake level of carbohydrate (p=0.001), intake level of protein (0.000), intake level of fat (p=0.000), and physical activity (0.041) between women with central obesity and non central. Meanwhile, there was no difference in intake level of fiber (p=0.076) between women with central and non central obesity. Conclusion: Women with central obesity had higher intake of energy, carbohydrate, protein, and fat compared to women with non central obesity. Meanwhile, fiber intake and physical activity were low in women with central obesity. So, women with central obesity were needed to improve energy, carbohydrate, protein, and fat intake as recommended in the AKG and increased physical activity at least three times a week to reduce abdominal fat.ABSTRAKLatar Belakang: Kejadian obesitas sentral di Indonesia terus mengalami peningkatan. Obesitas sentral merupakan kondisi kelebihan lemak pada daerah perut. Gaya hidup seperti mengonsumsi makanan tinggi lemak, rendahnya konsumsi serat, dan rendahnya aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas sentral.Tujuan: tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik pada wanita (20-54 tahun) obesitas sentral dan non sentral.Metode: penelitian ini dilaksanakan dengan metode observasional analitik komparasi menggunakan desain penelitian cross sectional pada 58 wanita (29 obesitas sentral dan 29 obesitas non sentral) berusia 20-54 tahun dan dipilih menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data terdiri dari pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar perut, recall 2x24 jam untuk mengetahui tingkat konsumsi, dan wawancara dengan kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ).Hasil: penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat konsumsi energi (p=0,000), tingkat konsumsi karbohidrat (p=0,001), tingkat konsumsi protein (p=0,000), tingkat konsumsi lemak (p=0,000), dan aktivitas fisik (p=0,041) pada wanita obesitas sentral dan non sentral. Akan tetapi, tidak ada Xperbedaan tingkat konsumsi serat (p=0,076) pada wanita obesitas sentral dan non sentral. Kesimpulan: wanita obesitas sentral memiliki asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang lebih tinggi dibandingkan wanita obesitas non sentral. Namun, asupan serat dan aktivitas fisik masih rendah pada wanita obesitas sentral. Dengan demikian maka wanita obesitas sentral diharapkan dapat memperbaiki asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak sesuai anjuran pada AKG dan meningkatkan aktivitas fisik minimal tiga kali seminggu untuk mencegah penumpukan lemak dalam perut.



Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document