scholarly journals Kajian literatur: Dampak perubahan iklim terhadap timbulnya penyakit tular nyamuk terutama Limfatik Filariasis

2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 30-39
Author(s):  
Risqa Novita
Keyword(s):  

Lingkungan memberikan kontribusi terbesar sebesar 45% terhadap status kesehatan seseorang dibandingkan faktor lainnya seperti perilaku sebesar 30%, pelayanan kesehatan sebesar 20% dan keturunan sebesar 5%. Kondisi kesehatan lingkungan di Indonesia masih rendah, yang dibuktikan dengan rendahnya pencapaian indikator kesehatan lingkungan dan masih menjadi masalah kesehatan tertinggi yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang buruk. Perubahan iklim menimbulkan peningkatan mosquito borne diseases terutama penyakit Limfatik Filariasis yang ditularkan oleh nyamuk Aedes sp, Anopheles sp, Culex sp dan Mansonia sp. Tujuan penulisan review artikel ini adalah untuk mengetahui dampak perubahan iklim dengan kejadian mosquito borne diseases, terutama Limfatik Filariasis. Studi ini berupa review dari literatur di Google dan Pubmed yang dicari melalui pencarian kata kunci yaitu kesehatan lingkungan, perubahan iklim, mosquito borne diseases dan Limfatik Filariasis. Berdasarkan analisis terhadap literatur diketahui bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu standar yang harus dicapai untuk terciptanya kesehatan manusia. Variabel perubahan iklim yang berpengaruh terhadap perkembangan nyamuk perantara Limfatik filariasis adalah temperatur dan presipitasi. Temperatur sebesar 33.50C dan presipitasi 600 mm optimal untuk perkembangan nyamuk. Kesimpulan. Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap kejadian penyakit mosquito borne diseases terutama Limfatik Filariasis. Nyamuk perantara Limfatik filariasis bersifat ektoterm yang bergantung dengan perubahan iklim. Kata kunci : Kesehatan lingkungan, Limfatik Filariasis, mosquito borne diseases, perubahan iklim

2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 128-137
Author(s):  
Arfiani Nur ◽  
Ummy Yatul Jannah ◽  
Subakhir Salnus

 Penularan vektor nyamuk menimbulkan tiga akibat yaitu ; kesakitan, kecacatan dan kematian. Salah satu cara memutuskan rantai vektor ini, dengan menggunakan larvasida alami yaitu dengan menggunakan bahan tanaman. Manfaat tanaman Allamanda yang dapat digunakan sebagai larvasida alami karena mengandung beberapa senyawa kimia terutama alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin yang dapat memberikan pengaruh terhadap mortalitas jentik nyamuk. Jentik nyamuk meliputi Aedes, Culex dan Anopheles. Penelitian ini yaitu untuk mengetahui keefektifan ekstrak daun Allamanda dalam membasmi jentik nyamuk. Jenis penelitian ini penelitian ini adalah observasi laboratorik yang bersifat deskriptif dan tipe penelitian post test-only non equivalent control group group yakni dengan menganalisa keefektifan ekstrak daun allamanda terhadap mortalitas jentik nyamuk, dengan menggunakan daun Allamanda cathartica L. yang di ekstraksi dengan metode maserasi kemudian dibagi menjadi konsentrasi 5%, 15%, 25%, 35%.Hasil yang diperoleh terdapat jentik nyamuk Aedes sp dan Culex sp yang mati pada setiap konsentrasi, semakin tinggi konsentrasi semakin banyak jentik nyamuk yang mati. Ekstrak daun Allamanda memiliki pengaruh terhadap mortalitas jentik nyamuk dengan konsentrasi tinggi lebih efektif dalam membunuh jentik nyamuk. Dimana konsentrasi ekstrak daun berbanding lurus dengan kematian yang dihasilkan.   Kata Kunci :  Ekstrak Daun Allamanda, Mortalitas, Jentik Nyamuk


2013 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Janno B. B. Bernadus ◽  
Victor D. Pijoh ◽  
Venny Kareth

Abstract: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) has become a public health problem in Indonesia because of its high prevalence and ability to spread more widely. In North Sulawesi itself Case Fatality Rate of carrying dengue is increasing from year to year. The local village Malalayang has a high potential for spreading this disease. The result of an  entomology survey on adult mosquitos showed that Aedes sp was found in 40 houses of 80 house samples. From these 40 houses we got 71 mosquito samples. From these 71 samples tested and identified, we found three species: Aedes aegypti (30 samples, 42.25%), Aedes albopictus (22 samples, 30.99%), and Culex sp (19 samples, 26.76%). Mosquito density can be seen from the indices of the resting rates, which were 0.375 for Aedes aegypti, 0.275 for Aedes albopictus, and 0.65 for Aedes sp. Key words: density, adult mosquito, Aedes sp., resting rate.   Abstrak: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena prevalensinya yang tinggi dan penyebarannya semakin luas. Di Sulawesi Utara, Case Fatality Rate penyakit DBD tercatat terus meningkat dari tahun ke tahun. Kelurahan Malalayang I merupakan daerah yang potensial sebagai daerah penyebaran DBD. Survei entomologi terhadap nyamuk dewasa Aedes sp pada 80 rumah  memperlihatkan bahwa 40 diantaranya terdapat 71 sampel nyamuk. Setelah diperiksa dan diidentifikasi ternyata ditemukan tiga spesies yaitu Aedes aegypti 30 sampel (42,25%), Aedes albopictus 22 sampel (30,99%) dan Culex sp 19 (26,76%). Kepadatan nyamuk  dapat dilihat  dari angka indeks  pada resting rate yaitu Aedes aegypti = 0,375 , Aedes albopictus = 0,275 dan  Aedes sp.= 0,65. Kata kunci:  kepadatan, nyamuk dewasa, Aedes sp., resting rate.


Pro-Life ◽  
2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 44
Author(s):  
Aseptianova Aseptianova

Mosquito Culex sp. L. is a vector of elephantiasis disease, prevention effort of elephantiasis vector is usually done by using chemical and natural insecticide. In the leaves of turmeric can be used as a natural insecticide in the prevention of elephantiasis vector disease. The objectives of this research are (1) to know the effect of turmeric extract ((Curcuma longa Linn.) As electrical insecticide to mortality of Culex sp. L. (2) To know the concentration of turmeric extract (Curcuma longa Linn.) Which is effective to be used as an electric insecticide against mortality of Culex sp. L. expressed by the toxicity test of LC50 and LT50. The method used in this research is an experimental method with Completely Randomized Design (RAL) which consists of 5 treatments and 4 replications. Based on research result of turmeric extract (Curcuma longa Linn.) Have a very significant effect on mortality of Culex sp. L. with sig value 0,000 <sig value. 0.05. The probit analysis of LC50 of turmeric leaves extract on mortality of Culex sp. L. is 44, 840 ml, meaning that at that concentration has occurred 50% mortality of total mosquito. The probit analysis of LT50 turmeric leaves extract on mortality of Culex sp. L. for 1.825 hours.   Keywords: turmeric leaves extract, mortality Culex sp. L. mosquito


Ecotoxicology ◽  
2019 ◽  
Vol 28 (7) ◽  
pp. 771-780 ◽  
Author(s):  
Josie South ◽  
Tarryn L. Botha ◽  
Nico J. Wolmarans ◽  
Victor Wepener ◽  
Olaf L. F. Weyl

2020 ◽  
Vol 7 (10) ◽  
pp. 37-48
Author(s):  
I Gusti Agung Ayu Ambarawati ◽  
Anak Agung Ayu Mirah Adi ◽  
Putu Ayu Asri Damayanti ◽  
I Made Kardena ◽  
Chiharu Hongo

It was reported that 326 Japanese Encephalitis (JE) cases in Indonesia in 2016, majority cases (69.3%) occurred in Bali. It shows that Bali is a prone-area to JE incidence. Previous studies noted that JE is closely related to rural and suburban areas where rice culture and pig farming coexist. This study aims at i) determining knowledge and preventive practices of JE by farmer households; (ii) observing types of mosquitos around farmer households; and (iii) mapping the potency of JE spread using geo-spatial information. Result from this research shows that farmer households have limited knowledge and preventive actions to the incidence of Japanese encephalitis. Preventive actions carried out by respondents were not for JE incidence as such. Nonetheless, farmer’s response to source of vectors and cleanliness are good preventive actions not just to JE incidence but also for other diseases. In this research, setting up mosquito’s light traps nearby pig pens and rice fields has been successful. The result shows that Culex tritaeniorhynchus was dominant type of mosquito trapped. This is an indication that the selected areas are susceptible to the incidence of JE as the Culex sp was reported as the most competent of JE vector in Asia. Maps of the JE spread in Badung regency also coincidence with the places of Culex sp trapped and the dense of rice field. Based on the limitation of knowledge and preventive actions carried out by farmer households, it is important for the stakeholders in the regency including Regional Health Office and health care workers to socialize the occurrence of JE in the community and how to prevent against the disease.


2019 ◽  
Vol 65 (4) ◽  
Author(s):  
Igor PAJOVIC ◽  
Miladin RALEVIC ◽  
Bojan ADZIC ◽  
Ljiljana PAJOVIC

2019 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
Author(s):  
Erna Nur I ◽  
Winarko . ◽  
Rusmiati .

Banyaknya kasus filariasis di Indonesia menunjukkan kurangnya pencegahan penyakit yang disebabkan oleh vektor nyamuk. Kontrol kimiawi terhadap larva Culex sp menimbulkan efek negatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi efektif ekstrak daun Mimba (Azadirachta indica) sebagai larvasida nyamuk Culex sp.Jenis penelitian ini adalah eksperimen yang menggunakan desian post test only control group design yang menerapkan 5 perlakuan dengan konsentrasi 0% (sebagai kontrol), 0,25%, 0,5%, 0,75%, dan 1%. Uji anova satu arah dan uji probit digunakan secara analitik untuk menghitung LC50.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun Mimba (Azadirachta indica), semakin tinggi angka kematian larva. Hasil uji Kruskal wallis, untuk jumlah kematian Culex sp menunjukkan bahwa, perbedaan konsentrasi ekstrak daun Mimba (Azadirachta indica) memberikan dampak signifikan terhadap tingkat kematian Culex sp Larvae. Di sisi lain, uji Man Whitney untuk kematian larva menunjukkan bahwa berbagai konsentrasi yang dipasangkan memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil analisis probit diperoleh LC50 pada konsentrasi ekstrak daun Mimba 0,628%.Disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun Mimba (Azadirachta indica), semakin tinggi jumlah kematian larva. Penelitian lebih lanjut diperlukan pada efek senyawa yang terkandung di bagian lain dari tanaman yang diharapkan dapat digunakan sebagai biolarvasida. Keywords        : Ekstrak daun mimba, larvasida, larva nyamuk Culex sp


Jurnal Airaha ◽  
2020 ◽  
Vol 9 (01) ◽  
pp. 024-028
Author(s):  
Kariyanti Kariyanti ◽  
Yeni Savitri Andi Lawi
Keyword(s):  

Domestikasi induk ikan beseng-beseng telah berhasil dilakukan. Upaya pengelolaan ini memerlukan dukungan informasi mengenai jenis pakan yang baik untuk tingkat kematangan gonad agar menghasilkan jumlah telur yang banyak sehingga bisa memproduksi benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jumlah telur ikan beseng-beseng (Marosatherina ladigesi) yang dihasilkan dalam satu kali memijah dengan pemberian pakan berbeda yaitu Culex sp, Artemia sp. dan pellet. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, mulai bulan April 2019 sampai Agustus 2019 dengan desain experimental rancangan acak lengkap. Pemijahan alami dilakukan dalam penelitian ini dengan pengamatan perbedaan sistem pemijahan (massal dan individual). Hasil penelitian menunjukkan induk ikan beseng-beseng yang diberi pakan Artemia sp menghasilkan jumlah telur terbanyak baik pada pemijahan individual maupun massal yaitu masing-masing 23-35 butir dan 83 butir, culex sp 19-30 butir dan 62 butir serta pakan pellet sebanyak 17-24 butir dan 43 butir. Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jumlah telur dengan pakan.  


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 21-27
Author(s):  
Agatha Sada Ua ◽  
Julianty Almet ◽  
Meity Marviana Laut

Dengue hemorrhagic fever (DBD) is still a health problem in Kota Kupang.DBD controls have been continuously performed to reduce the population of Culex sp. However, the modern larvicide has caused an environmental problem, toxic to species non-target and found to be resistance. The present study aimed to investigate the larvicidal activity of Cymbopogon citratuson Culex sp. The extract of C. citratus was used for larvicidal activity at concentration of 0%; 0.2%; 0.4%; 0.6%; 0.8% and 1%. The mortality rate was calculated after 2, 4, 12 and 24 hours. The results showed that the mortality of larvae was 5.3% (0%); 45.3% (0.2%); 70.6% 0.4%; 96% (0.6%); 100% (0.8% and 1%). The present investigation suggests the possible use of C. citratus as an ideal ecofriendly, larvicidal agent for the control of Culex sp.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document