Kebijakan Pangan dan Tradisi Lokal (Studi tentang Dampak Kebijakan Pengelolaan Pangan Daging terhadap Keberadaan Tradisi Uwer di Kabupaten Gayo Lues)
As a basic necessity, the availability of foodstuffs requires the state to be involved in its fulfillment through regulation. In carrying out of the functions, the state also makes regulations on other aspects. That condition, sometimes, raises contradictory things at the stage of implementation, especially at the local level. Culturally, the system of the food supply of proteins sourced from buffalo practiced by many tribes in Indonesia including by the Gayo community in Gayo Lues District. In Gayo, the system of traditional buffalo farms is called Uwer. It is interesting to see how the food policy has contributed to the local cattle tradition. This is the problem in this study. As a preliminary study result, data on research gathered through work fields and literature studies. Results of the study showed that there are many food policies at the national level that directly or indirectly contribute to the existence of traditional livestock patterns including farms that are practiced by the Gayo community. On its development, the Gayo community has also made modifications to the Uwer system to response the social and cultural changes. If not accompanied by protection and conservation efforts, local buffalo livestock systems that reloaded with local wisdom values will potentially lose or abandoned by the public.AsbtrakSebagai kebutuhan dasar, ketersediaan bahan pangan mengharuskan negara terlibat dalam pemenuhannya yang diwujukan melalui regulasi. Hanya saja dalam menjalankan fungsinya negara juga membuat regulasi tentang aspek lainnya. Kondisi demikian, adakalanya memunculkan hal yang kontradiktif pada tahap implementasi terutama di tingkat lokal. Secara kultural, sistem penyediaan bahan pangan protein hewani bersumber dari kerbau telah dipraktekkan oleh banyak suku di Indonesia termasuk oleh masyarakat Gayo di Kabupaten Gayo Lues. Di Gayo, sistem peternakan kerbau tradisional disebut dengan uwer. Menjadi hal yang menarik melihat bagaimana kebijakan pangan yang ada ikut memengaruhi tradisi beternak di tingkat lokal. Inilah yang menjadi rumusan masalah dalam studi ini. Hasil studi awal memperlihatkan bahwa ada banyak regulasi pangan di tingkat nasional yang secara langsung maupun tidak langsung ikut mempengaruhi eksistensi pola peternakan tradisional termasuk peternakan yang dipraktekkan oleh masyarakat Gayo, yang dikenal dengan uwer. Dalam perkembangannya, masyarakat gayo juga melakukan modifikasi pada sistem uwer guna menyiasati perubahan sosidal dan budaya. Jika tidak dibarengi dengan upaya proteksi dan konservasi, sistem peternakan kerbau lokal yang sarat akan nilai-nilai kearifan lokal akan berpotensi hilang atau ditinggalkan oleh masyarakat.