scholarly journals Analisis vegetasi dan struktur komunitas Mangrove Di Teluk Benoa, Bali

2015 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1 ◽  
Author(s):  
Dwi Budi Wiyanto ◽  
Elok Faiqoh

Hutan mangrove merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting baik dari segi fisik, biologi maupun sosial ekonomi. Akibat meningkatnya kebutuhan hidup sebagian manusia telah mengintervensi ekosistem tersebut. Hal ini dapat terlihat dari adanya alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak, permukiman, areal industri dan sebagainya.Salah satu kawasan hutan mangrove di Bali adalah Teluk Benoa. Tujujan penelitian ini yaitu untuk mengetahui struktur dan vegetasi dan jenis-jenis mangrove yang dominan di hutan mangrove Teluk Benoa-Bali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sample survey method atau survey di lapangan. Pada setiap stasiun pengamatan sepanjang transek garis, dibuat petak (plot) dengan ukuran 10 meter x 10 meter sebanyak 3 plot untuk tiap stasiun. Selanjutnya pada setiap plot dilakukan pengamatan dan penghitungan jumlah individu mangrove per spesies yang ditemukan. Untuk keperluan analisis data, masing-masing individu pohon, anakan dan semai dicatat nama jenis dan keliling batang setinggi dada, sedangkan untuk vegetasi strata seedling dicatat nama jenis dan jumlah individu masing-masing jenis. Vegetasi mangrove yang ditemukan yaitu 11 spesies mangrove sejati dan 1 jenis mangrove ikutan yaitu Waru Laut (Thespesia popunema). Pada stasiun I, vegetasi mangrove tingkat pohon didominasi oleh Sonneratia alba (INP) sebesar 130.61, tingkat anakan didominasi oleh Rhizophora mucronata (INP) sebesar 246.11. Pada stasiun II, vegetasi mangrove tingkat pohon didominasi oleh Rhizophora mucronata (INP) sebesar 109.59, sedangkan tingkat anakan didominasi oleh Rhizophora stylosa (INP) sebesar 91.60. Pada stasiun III, vegetasi mangrove tingkat pohon didominasi oleh Rhizophora apiculata (INP) sebesar 92.26, sedangkan tingkat anakan didominasi oleh Rhizophora apiculata (INP) sebesar 82.89. Pada stasiun IV, vegetasi mangrove tingkat pohon didominasi oleh Sonneratia alba (INP) sebesar 93.77, sedangkan tingkat anakan didominasi oleh Avicennia marina (INP) sebesar 103.04. Pada stasiun V, vegetasi mangrove tingkat pohon didominasi oleh Bruguira gymnorrhyiza (INP) sebesar 115.31, sedangkan tingkat anakan didominasi oleh Rhizophora stylosa (INP) sebesar 136.62.

2014 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
Author(s):  
Agil Al Idrus, I Gde Mertha Gito Hadiprayitno, dan M. Liwa Ilhamdi

ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah menganalisis kekhasan morfologi spesies mangrove diGili Sulat. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survey melaluipengamatan langsung secara in situ terhadap morfologi populasi-populasi dalam spesiesmangrove di lapangan. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatifkemudian deskripsikan untuk menggambarkan kekhasan morfologi spesies mangrove diGili Sulat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tujuh spesies mangrove komponenmayor yang populasinya menunjukkan morfologi yang khas di Gili Sulat, yaitu Bruguieragymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Ceriopstagal, Sonneratia alba, dan Avicennia marina. Kekhasan morfologi spesies mangrovetersebut mencakup karakter tinggi pohon, warna dan diameter batang, struktur akar danjumlah bunga.Kata kunci: kekhasan, mangrove, morfologiABSTRACTThe aims of this reseach is to analyze specific morphology of species mangrove inGili Sulat. Data collected in this reseach is done by survey method through in situobservation to populations morphology of mangrove species in the field. Data is analyzedby qualitative and quantitative and then describing to explain specific morphology ofmangrove species in Gili sulat. The result show that there are seven major component ofmangrove species with specific population morphology in Gili sulat, namely Bruguieragymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Ceriopstagal, Sonneratia alba, and Avicennia marina, respectively. The specific morphologycharacter of these mangrove species are heigh of trees, colour and diameter of stem, rootstructure and number of flower.Key Words: specific, mangrove, morphology


2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 115-125
Author(s):  
Maywa Widiya Pratiwi ◽  
Firman Farid Muhsoni

Kawasan hutan mangrove memiliki keanekaragaman hayati dan biota yang beragam, kawasan ini potensial dikembangkan sebagai kawasan ekowisata bahari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui indeks kesesuaian wisata, daya dukung kawasan, dan daya dukung pemanfaatan ekowisata mangrove di Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang. Metode pengambilan data mangrove menggunakan transek garis dan plot (Line Transect Plot). Hasil penelitian mendapatkan jenis mangrove di lokasi penelitian adalah Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Avicennia marina, dan Aegiceras cornitulatum. Kesesuaian kawasan untuk dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata bahari kategori mangrove untuk semua stasiun pada kondisi sesuai bersyarat. Daya dukung kawasan menunjukkan hasil kemampuan suatu kawasan dalam menyediakan ruang bagi pemanfaatan sebanyak 199 orang per hari, sedangkan untuk per trip sebanyak 25 orang per trip. Daya dukung pemanfaatan dengan mempertimbangkan persentase kawasan untuk konservasi sebesar 10% maka diperoleh hasil sebanyak 20 orang per hari


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 305-318
Author(s):  
Aswin ◽  
Ario Damar ◽  
Gatot Yulianto

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir dengan tingkat produktivitas yang tinggi, sehingga keberadaannya dapat memperkaya kawasan pesisir dan menjaga keseimbangan ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan luasan dan sebaran ekosistem mangrove dalam kurun waktu 20 tahun, yakni dari tahun 2000 sampai dengan 2020 dan untuk mengetahui kondisi vegetasi ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga April 2020 di Pulau Tanakeke. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive sampling. Analisis perubahan luasan ekosistem mangrove dari tahun 2000 sampai 2020 menggunakan metode supervised classification dengan analisis maximum likelihood, sedangkan kondisi vegetasi ekosistem mangrove menggunakan metode analisis indeks nilai penting (INP) dan indeks keanekaragaman jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke dari tahun 2000 sampai 2020 mengalami degradasi seluas -337,41 ha (28,32% dari luas tahun 2000). Pada lokasi penelitian ditemukan 9 jenis mangrove, yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Phemphis acidula, Lumnitzera racemosa dan Ceriops decandra. Mangrove jenis Rhizophora mucronata memiliki indeks nilai penting tertinggi yaitu sebesar 192,55%, sementara untuk keanekaragaman jenis secara umum tergolong rendah.


2020 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 119-133
Author(s):  
Rismawaty Rusdi ◽  
Isdrajad Setyobudiandi ◽  
Ario Damar

Perencanaan dan pengelolaan yang baik hanya dapat dipenuhi apabila tersedia informasi yang lengkap dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang ditinjau dari kondisi ekologi dan nilai ekonomi untuk menilai status keberlanjutan dan menentukan rekomendasi pengelolaan ekosistem mangrove. Pengumpulan data ekologi, ekonomi, dan sosial dilakukan dengan metode observasi, wawancara dilakukan dengan metode purposive sampling, dan kajian literatur. Analisis ekologi menggunakan indeks nilai penting, analisis ekonomi menggunakan surplus consumer, replacement cost, contingent value, dan analisis keberlanjutan menggunakan modifikasi perangkat lunak Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH). Jenis mangrove yang berhasil diidentifikasi adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops tagal, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis, Aegiceras corniculatum, Lumnitzera racemosa and Avicennia marina. Hasil analisis nilai ekonomi total ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang dengan luas 86,31 ha sebesar Rp5.050.275.373,00 /tahun atau rata-rata sebesar Rp58.513.212,00 /ha/tahun. Status keberlanjutan ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang masih tergolong kurang berkelanjutan. Oleh karena itu, beberapa rekomendasi strategi yang disarankan adalah rehabilitasi vegetasi mangrove; mengendalikan kegiatan pemanfaatan ekosistem mangrove yang bersifat eksploitatif; melibatkan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove; membuat peraturan secara formal terkait pengelolaan ekosistem mangrove.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 129
Author(s):  
A Hadian Pratama Hamzah ◽  
Trisno Anggoro ◽  
Sri Puryono

Mangroves are one of the important coastal ecosystems that have various benefits and their uses are carried out by various stakeholders. This study aims to 1) find out and analyze the condition of mangrove resources and community beneficiaries, 2) analyze the roles and functions of each stakeholder, and 3) find out and analyze the form of co-management of mangrove ecosystem management in Lubuk Kertang Village, West Brandan, Langkat Regency. Mangrove vegetation data collection is done using the quadratic transect method; while taking socioeconomic, institutional, and interview data using survey and purposive sampling methods. Data obtained from mangrove vegetation include density, frequency, cover, and mangrove importance index. Stakeholder analysis using a matrix of interests and influences. Research shows there are 5 types of mangroves in Lubuk Kertang Village, namely Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa and Sonneratia alba. Strategies in the context of expanding mangrove forests are with these types. Stakeholder analysis identified 16 stakeholders who were classified in 4 groups, namely subject, key players, crowd, and by standers. Mangrove management in Lubuk Kertang Village is still in the consultative stage. To improve effectiveness, management is directed at the cooperative level in the co-management spectrum with management strategies.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 117-124
Author(s):  
Suryono Suryono ◽  
Nur Taufiq-SPJ ◽  
Ibnu Pratikto ◽  
Raden Ario

Kabupaten Jepara memiliki potensi wilayah pesisir dengan panjang garis pantai 81,6 km. Mangrove sebagai sabuk pantai hijau memiliki sebaran di setiap kecamatan pesisir. Salah satu lokasi sebaran mangrove di pesisir Jepara berada di desa Bumiharjo Kecamatan Keling. Identifikasi potensi luasan lahan serta sebaran mangrove adalah salah upaya mengetahui potensi sumberdaya pesisir. Metode penelitian yang digunakan adalah overlay peta RBI dan peta satelit landsat 8 guna mengetahui lokasi serta luasan sebaran mangrove di lokasi penelitian.Selanjutnya dilakukan investigasi ekologi mangrove dengan Survei Lapang guna mengetahui distribusi dan kelimpahan mangrove. Hasil penelitian menunjukan bahwa hutan mangrove dilokasi penelitian adalah seluas 4,75 Ha. Hasil identifikasi komposisi jenis mangrove ditemukan sebanyak 6 spesies mangrove yaitu: Avicennia marina, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Soneratia alba, serta Soneratia muconata. Kerapatan rata-rata vegetasi mangrove berkisar antara 4000 – 10.000 individu/ha. Tegakan mangrove memiliki tinggi batang 5-6 meter, diameter batang berkisara antara 4,3- 5,0 cm. Kerapatan mangrove didominasi oleh Rhizophora mucronata. dengan kerapatan paling dominan adalah semai (Sapling). Hal ini menunjukan bahwa mangrove yang ada di desa Bumiharjo Kecamatan Keling kabupaten Jepara adalah dominan mangrove hasil replant. Jepara Regency has a potential coastal area with a coastline length of 81.6 km. Mangroves as coastal green belts have distribution in each coastal district. One of the mangrove distribution locations on the coast of Jepara is in the village of Bumiharjo, Keling district. Identification of the potential land area and the distribution of mangroves is an effort to determine the potential of coastal resources. The research method used is an overlay RBI map and satellite map Landsat 8 to determine the location and extent of the distribution of mangroves in research locations. Subsequently carried out an investigation of mangrove ecology with a Field Survey (Ground Truth) to determine the distribution and abundance of mangroves. The results showed that the mangrove forest in the study area was 4.75 Ha. The results of the identification of the composition of mangrove species were found as many as 6 species of mangroves, namely: Avicennia marina, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Soneratia alba, and Soneratia muconata. the average density of mangrove vegetation ranges between 4000 - 10,000 individuals/ha. Mangrove stand has a stem height of 5-6 meters. the diameter of the stem is between 4.3 - 5.0 cm. Mangrove density is dominated by Rizophora mucronata. with the most dominant density is the seedling (Sapling). This shows that the mangroves on the coast of the Jepara district are replanted mangrove species. (rehabilitation).


Author(s):  
Rahman Rahman ◽  
Yusli Wardiatno ◽  
Fredinan Yulianda ◽  
Iman Rusmana

Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang sangat penting bagi manusia karena memiliki fungsi ekonomi, fisik, dan ekologi. Salah satu wilayah pesisir yang merupakan habitat ekosistem mangove adalah pesisir Kabupaten Muna Barat. Adanya pembangunan berdampak pada pengurangan luas dan kerapatan ekosistem mangrove sehingga mempengaruhi struktur dan status kerapatan ekosistem mangrove. Jumlah spesies mangrove yang ada di pesisir Kabupaten Muna Barat adalah sepuluh spesies yang terdiri Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Ceriops tagal, Scyphiphora hydrophyllacea, dan Calophyllum inophyllum. Total kerapatan mangrove adalah 752 pohon/ha yang terdiri dari 879 pohon/ha pada stasiun I, 621 pohon/ha pada stasiun II, 687 pohon/ha pada stasiun III, dan 820 pohon/ha pada stasiun IV dengan status kerapatan termasuk pada kategori rendah.


2017 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 44
Author(s):  
Muarif Muarif

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas ekosistem mangrove di Pesisir Kepulauan Natuna melalui analisis sebaran jenis dan kerapatan mangrove.  Ekosistem mangrove di Kawasan Pesisir ini memiliki tipologi Riverine Mangrove.  Kondisi ekosistem mangrove baik. Jenis mangrove yang tumbuh meliputi Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorhiza, Rhizophora stylosa,Ceriops tagal, Rhizophora apiculata.Xylocarpus granatum, Hibiscus, Casuariana, dan Pandanus. Kerapatan mangrove di pesisir kawasan ini tergolong padat sampai sangat padat dengan kisaran nilai kerapatan antara 1.000-2.933 idv/Ha.  Kecamatan Bunguran Barat memiliki areal mangrove terluas dengan rataan kerapatan pohon yang tertinggi (1.833 idv/Ha).  Ekosistem mangrove di Kepulauan Natuna rata-rata didominansi oleh Genus Rhizophora dengan jenis yang mendominasi antara lain Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, dan Rhizophora apiculata. Kata kunci: ekosistem, kerapatan, mangrove


2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Yostan Lahabu ◽  
Joshian N. W. Schaduw ◽  
Agung B. Windarto

Mangrove adalah tumbuhan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang sangat penting, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan dan pengelolaannnya. Penelitian ini dilakukan di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis mangrove dan mengetahui kondisi ekologi vegetasi hutan mangrove yang terdapat di kawasan Pulau Mantehage. Metode yang digunakan yaitu metode line transek kuadran. Data yang didapatkan selanjutnya diolah dengan analisis struktur komunitas. Terdapat 8 jenis mangrove yang teridentifikasi di Pulau Mantehage, yaitu : Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera cylindrical, Ceriops tagal, Sonneratia alba, dan Lumnitzera littorea. Hasil analisis vegetasi mangrove menunjukkan ekosistem dalam keadaan belum stabil Hal ini didasarkan pada nilai indeks keanekaragaman yang masuk dalam kategori rendah (H’= 0,93, H’= 0,91, H’=1,07, H’=1,38). Nilai indeks keseragaman dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon dari empat stasiun menunjukkan nilai yang merata (tingkat Semai=0,95, Pancang=0,82, Tiang=64 dan Pohon=0,85). Sedangkan nilai indeks dominansi menunjukkan nilai yang tinggi (tingkat Semai=0,66, Pancang=1,00, Tiang=0,61 dan Pohon=0,37). Faktor lingkungan seperti suhu dan salinitas menunjukkan nilai kisaran 29-33 ppt untuk salinitas dan 27-30 0C untuk suhu. Nilai ini tergolong baik untuk pertumbuhan mangrove.


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Agus Putra A. Samad ◽  
Pitri Agustina ◽  
Mus Herri

Langsa merupakan salah satu kota pesisir Aceh yang memiliki kawasan mangrove yang  sangat  potensial.  Kota  ini  memiliki  panjang  garis  pantai  16  km dengan luas kawasan mangrove sebesar 7.837 Ha. Keberadaan mangrove di wilayah ini menjadi aset strategis untuk dikembangkan menjadi basis kegiatan ekonomi untuk memakmurkan masyarakat dan meningkatkan pendapatan  asli  daerah. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melestarikan potensi sumberdaya ekosistem mangrove yang ada di Kota Langsa agar dapat memberikan fungsi ekologis dan ekonomis secara berkesinambungan kepada masyarakat disekitarnya. Kajian ini dilakukan menggunakan metode survei, analisa laboratorium dan observasi lapangan. Hasil pengamatan terhadap komposisi jenis tumbuhan yang terdapat di ekosistem mangrove menunjukkan 8 jenis tumbuhan mangrove yaitu: jenis Avicennia lanata, Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Rhizophora apiculata, Rhizophora  mucronata, Sonneratia Caseolaris dan Xylocarpus granatum. Nilai rata-rata parameter kualitas air di ekosistem mangrove secara beturut-turut adalah DO (6.3 ppm),salinitas (27 ‰), pH tanah dasar (6.0), pH tanah permukaan (5.08), pH air (7.33), suhu (30 oC) dan kecerahan (5 m).  Perhitungan terhadap nilai manfaat ekosistem mangrove meliputi: 1) Nilai manfaat langsung perikanan tangkap: Rp. 8.710.000.000 per tahun, 2) Nilai manfaat budidaya tambak: Rp. 93.940.000.000,- per tahun, 3) Nilai penahan abrasi dan banjir: Rp. 300.000.000,- per hektar per tahun, 4) Nilai sebagai penyediaan unsur hara: Rp. 28.634.000,- per tahun, 5) Nilai manfaat pilihan: Rp. 210.000.000,- per tahun dan 6) Nilai manfaat keberadaan: Rp. 1.464.493.000,- per tahun.  Nilai keberadaan ekosistem mangrove yang dinilai adalah Nilai Keaslian = 70 % (lebih dari asli), Nilai Keindahan Alam = 74 % (lebih dari indah), Nilai Kenyamanan = 66% (kondisi lebih dari nyaman),  dan Nilai Aspirasi masyarakat = 98 % (sangat didukung masyarakat). Alternatif  pengelolaan  dan  pemanfaatan  ekosistem  mangrove  yang diperkirakan cocok secara ekonomi dan ekologis terdiri dari beberapa kegiatan pilihan yaitu budidaya ikan, udang, tiram dan kepiting, budidaya ikan kerapu dan kakap, pengolahan buah dan daun mangrove, dan pengembangan obyek wisata.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document