scholarly journals HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN FASE PENGOBATAN TB DENGAN STATUS GIZI PADA PASIEN TB PARUSTIK

2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 001-007
Author(s):  
Dina Kusumaningroh ◽  
Tri Susilowati ◽  
Riyani Wulandari

Tuberkulosis adalah penyakit yang menjadi perhatian global. Penyakit ini disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, kasus TB terbanyak di RS di Surakarta terdapat di BBKPM Surakarta. Infeksi TB ini akan mempengaruhi status gizi pada penderita, dimana penderita akan tampak kurus sehingga diperlukan pengobatan OAT (tahap awal dan lanjutan) dan aktivitas yang cukup untuk meningkatkan status gizi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan fase pengobatan TB dengan status gizi pada pasien TB paru di BBKPM Surakarta. Jenis penelitian adalah analitik dengan rancangan cross sectional, sampel dalam penelitian ini sebanyak 92 pasien. Teknik sampling menggunakanpurposive dan quota sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Analisa data menggunakan teknik analisa spearman rank correlation, chi-square dan regression logistic pada taraf signifikansi 95%. Hasil uji bivariat dengan spearman rank correlation menyatakan ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi (= 0,029 < 0,05), hasil uji bivariat chi-square membuktikan adanya hubungan fase pengobatan TB dengan status gizi (= 0,009 < 0,05). Sedangkan hasil uji regresi logistik menyatakan bahwa fase pengobatan TB berpeluang 0,382 kali lebih besar dibandingkan aktivitas fisik untuk mempengaruhi status gizi. Ada hubungan aktivitas fisik dan fase pengobatan TB dengan status gizi pada pasien TB paru di BBKPM Surakarta. Diharapkan perawat dapat memberikan edukasi tentang pola makan dan kebutuhan nutrisi untuk pasien TB paru dan pasien menjaga atau mengatur aktivitas fisik serta mencukupi asupan nutrisi agar dapat meningkatkan status gizi. Kata kunci: Aktivitas fisik, Fase pengobatan TB dan Status gizi

2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 68-73
Author(s):  
Hilmi Sulaiman Rathomi ◽  
Eka Nurhayati

Open defecation free (ODF) merupakan salah satu target terpenting dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang ditujukan memutus rantai transmisi penyakit menular. Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku buang air besar sembarangan (BABS) yang masih dilakukan oleh masyarakat, sekaligus menganalisis berbagai faktor yang berpengaruh terhadap upaya eliminasinya menggunakan model behavior change wheel. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan melibatkan 210 orang penduduk Desa Mangunjaya, Kabupaten Bandung yang dipilih secara cluster random sampling periode April 2017. Data diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner tervalidasi, lalu dianalisis menggunakan software SPSS 20 dengan uji chi-square dan Spearman Rank Correlation. Hasil penelitian menunjukkan 28,6% penduduk Desa Mangunjaya yang masih mempraktikkan kebiasaan BAB sembarangan 22,4% penduduk yang tidak memiliki jamban. Ditemukan korelasi positif yang signifikan perilaku BABS dengan faktor motivasi (r=0,584), kemampuan (r=0,638), dan kesempatan (r=0,548). Terdapat perbedaan persepsi antara warga yang masih melakukan BABS dan yang tidak melakukan BABS mengenai faktor apa yang dinilai menghambat kepemilikan dan penggunaan jamban. Meskipun keduanya menyatakan bahwa faktor biaya adalah penghambatan utama, warga yang melakukan BABS cenderung menyalahkan lokasi desa sebagai hambatan terbesar kedua, sementara warga yang tidak BABS menilai bahwa kurangnya edukasi justru menjadi faktor terpenting selain hambatan biaya. Masih terdapat warga yang BABS dan tidak memiliki jamban dipengaruhi oleh faktor motivasi, kapabilitas, dan kesempatan. Peningkatan pengetahuan dan kepemilikan jamban perlu diupayakan lebih serius karena merupakan determinan terpenting pencapaian kondisi open defecation free di Desa Mangunjaya. BARRIER OF OPEN DEFECATION FREE Open defecation free (ODF) is one of the most important target in Sustainable Development Goals (SDGs) that is intended to break the transmission chain of infectious diseases. This research aims to discover the open defecation (OD) behavior as well as to analyze factors that influence its elimination effort using behavioral change wheel model. This was a cross sectional study involving 210 villagers from Desa Mangunjaya, Bandung during April 2017 who were randomly selected with cluster random sampling method. Data were taken through interview using validated questionnaire, then analyzed using SPSS 20 with chi-square and Spearman rank correlation test. This research found there were 28.6% of residents in Desa Mangunjaya who are still practising OD and 22.4% do not have latrines. There was a significant positive correlation between OD behavior with motivational factor (r = 0.584), capability (r: 0.638), and opportunity (r: 0.548). There was a difference of perception between residents who were still practicing OD and who were not, on what factors are considered to inhibit the ownership and use of latrines. Although both placed the cost factor as the main barrier, residents who practicing OD tend to assess the location of the village as the second greatest obstacle, meanwhile the second group put the lack of education as a major factor in addition to cost constraints. The achievement of ODF condition in Desa Mangunjaya was inhibited by motivational, capability, and opportunity factors. Increasing latrines ownership and knowledge among villagers were very crucial, since they are the most important determinants.


Sari Pediatri ◽  
2016 ◽  
Vol 10 (4) ◽  
pp. 280
Author(s):  
Aedi Budi Dharma ◽  
Ina Rosalina ◽  
Nanan Sekarwana

Latar belakang. Peningkatan kadar laktat menunjukkan hipoksia jaringan dan bila berlangsung lama akan menyebabkan kematian sel dan disfungsi organ. Skor PELOD (pediatric logistic organ dysfunction) merupakan skor komposisi yang dapat digunakan untuk menilai derajat disfungsi organ dan prediksi kematian.Tujuan. Mengetahui hubungan kadar laktat plasma dengan derajat disfungsi organ berdasarkan skor PELOD pada anak sakit kritis.Metode. Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS dr. Hasan Sadikin Bandung pada April-Mei 2008. Pasien anak sakit kritis usia 1 bulan sampai 14 tahun dipilih secara konsekutif. Untuk menentukan korelasi antara kadar laktat plasma dan derajat disfungsi organ dilakukan dengan Spearman rank correlation. Kadar laktat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kadar laktat <2 mmol/L dan kadar laktat ≥2 mmol/L. Perbandingan antara kelompok kadar laktat dan distribusi umur, skor PELOD, dan jumlah disfungsi organ dilakukan uji Mann-Whitney. Variabel hipoperfusi dilakukan dengan uji chi-square. Hubungan antar variabel dengan regresi logistik.Hasil. Didapatkan 45 subjek dengan umur rata-rata 48,7 bulan. Jenis kasus kegawatan terbanyak adalah kegawatan kardiovaskular. Kadar laktat rata-rata 3,45 mmol/L dan rata-rata mengalami 3 disfungsi organ. Terdapat hubungan positif yang bermakna antara kadar laktat plasma dan derajat disfungsi organ berdasarkan skor PELOD (rs=0,54 p=0,001), juga dengan jumlah organ yang mengalami disfungsi. Kadar laktat plasma ≥3,3 mmol/L berhubungan dengan keadaan hipoperfusi.Kesimpulan. Terdapat hubungan antara kadar laktat plasma dan derajat disfungsi organ berdasarkan skor PELOD


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 588
Author(s):  
Etlida Wati ◽  
Ulva Arini

<p>Documentation is an activity of recording, reporting or recording an event and activities carried out in the form of providing services that are considered important and valuable. One factor that can influence documentation is the nurse's workload. The purpose of this study is to identify the relationship between nurses' workload and the application of documentation in the Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. This  research is quantitative with a cross sectional approach descriptive correlation design. Samples were taken with a total sampling of 65 nurses. Instruments to measure documentation using observation sheets. While the nurse workload instrument uses a questionnaire sheet. The analysis technique uses Spearman Rank correlation. Based on the research results of the workload of a nurse in the hospital room , most of them are in the weight category, as many as 46 respondents (70.8%). Application of nursing care documentation in the hospital room Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara, most of them are respondents in the incomplete category as many as 63 respondents (96.9%). There is a significant relationship between nurse workload with the application of documentation, this is evidenced by the results of the Spearman Rank correlation bivariate analysis, which is r = 0.688 with p = 0.000 &lt;0.05. It is hoped that management will motivate nurses to complete the documentation of nursing care</p>


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 43-49
Author(s):  
Rahmat ◽  
Nandang Jamiat Nugraha ◽  
Yoghie Maroghie Jauhari

Prevalensi pasien jatuh di rumah sakit selama proses perawatan tahun 2017 mengalamikenaikan 45,7% dari tahun 2016. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandungterdapat 5,7% dari total rumah sakit belum mencapai standar dalam pencegahan risikojatuh yang mengakibatkan cedera dan kematian pasien. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap perawat dalam pencegahan pasienjatuh di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung. Desainpenelitian yang digunakan kuantitatif analitik dengan rancangan cross sectional dengansampel total. Responden yang berpartisipasi adalah 66 perawat yang berkerja di ruangrawat inap. Analisis data menggunakan uji spearman rank correlation. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pengetahuan diet dengan kategori cukup (48,5%), sikap positifdan negatif sama yaitu (50%) dengan p-value 0,008. Dapat disimpulkan bahwa terdapathubungan pengetahuan dengan sikap perawat dalam pencegahan pasien jatuh di ruangrawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung. Saran yang dapat diberikanuntuk rumah sakit agar dapat memberikan pelatihan yang menyeluruh pada setiap tenagakerja dalam pencegahan pasien jatuh.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 150
Author(s):  
Loriza Sativa Yan ◽  
Dian Octavia ◽  
Wide Suweno

<p><em>Indonesia have been structurezed by old pyramid people.Its was a slighthy number thats effect to a nationality burden. One of case called as immobility and recurent of falls. </em><em>Fall</em><em>s</em><em> experience</em><em>d among</em><em> </em><em>older people to </em><em>limit their activities optimally. </em><em>Amount of 80% of elders Indonesian who aged more than 65 years old forced it, they were more likely to be patient but they were not to be aware during their daily activities in this case.The previous studies </em><em>showed that falling into risk factors that are closely related to the incidence of immobilization.This study aim</em><em>ed</em><em> to identify the relationship</em><em> between</em><em> </em><em>falls’ </em><em>experience </em><em>and </em><em>immobility incidence </em><em>among older people</em><em>. The research approach used </em><em>a </em><em>cross-sectional</em><em> design</em><em> and the number of samples of 95 people selected by accidental sampling. </em><em>Data were </em><em>analy</em><em>zed by </em><em>Spearman Rank correlation test.The results showed that 88.4% of respondents had no experience of fall and 48.4% of respondents in the category of high immobility events</em><em>.</em><em>This study </em><em>was </em><em>identified that </em><em>a significantly relathionship between </em><em>falls</em><em>’</em><em> </em><em>experience </em><em>among older people </em><em>as an internal factor against immobility events. </em><em>B</em><em>ased on the results of study</em><em>,it</em><em> is </em><em>suggested that further research needs to investigate </em><em>the risk factors of immobility and the fall </em><em>prevention program for </em><em>elderly.</em></p><p><em><br /></em></p><p>Indonesia termasuk negara yang berstruktur piramida penduduk tua. Tingginya peningkatan usia tua menambah beban pembangunan kesehatan nasional. Salah satu masalah kesehatan ini dikenal sebagai imobilitas dan jatuh yang berulang. Pengalaman jatuh yang dialami membuat lansia membatasi aktifitasnya secara optimal. Di Indonesia hampir 80% kelompok usia lanjut terutama usia 65 tahun keatas menjadikan imobilitas sebagai masalah yang mudah ditemukan tetapi sering tidak disadari efeknya oleh lansia dalam kesehariannya.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa jatuh menjadi faktor resiko yang sangat erat kaitannya dengan kejadian imobilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengalaman jatuh dengan kejadian imobilitas pada kelompok lanjut usia. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 95 orang dipilih secara accidental sampling. Data penelitian dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 88,4% responden tidak mempunyai pengalaman jatuh dan sebnayak 48,4% responden dalam kategori kejadian imobilitas yang tinggi. Penelitian ini mengidentifikasi bahwa terdapat hubungan yang signifikan pengalaman jatuh sebagai faktor internal terhadap kejadian imobilitas yang dialami lansia. Hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil penelitian adalah perlunya penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor resiko imobilitas dan intervensi keperawatan dalam pencegahan kejadian jatuh yang dialami lansia.</p>


2021 ◽  
Vol 14 (4) ◽  
pp. 564-572
Author(s):  
Indri Wahyuningsih ◽  
Syahra Ramdana

Knowledge and Safety Riding Behavior Among High School StudentsBackground: Young people are the most involved in traffic accidents in Indonesia, because of the risky driving style. High school students belong to one of the young age groups with an average age of 15-18 years. To ensure traffic safety, a safety riding program was established which includes disciplinary behavior in driving rules and procedures. Own behavior is influenced by factors, one of which is knowledge. Knowledge as a stimulus or stimulus and becomes the basis for action.Purpose: To find the relationship between knowledge and safety riding behavior among high school students.Method: This study used an analytical observational method with a cross sectional approach, and a simple radom sampling technique. The sample was obtained as many as 164 respondents. Then the data were analyzed using spearman rank correlation with a significance level of 5%.Results: Most of the respondents have good knowledge (67.1%), as well as behavior, the majority of respondents have safe driving behavior (82.9%). The results of the spearman rank correlation analysis showed a p-value of 0.120 or greater than a significance of 5% (p> 0.05).Conclusion: There is no significant relationship between knowledge and safety riding behavior.Keywords: Knowledge; Safety riding behavior; High school studentsPendahuluan: Kalangan usia muda merupakan yang paling banyak terlibat kasus kecelakaan lalu lintas di Indonesia, diakibatkan gaya berkendara yang beresiko. Siswa SMA termasuk salah satu kelompok usia muda dengan usia rata-rata 15-18 tahun. Untuk menjamin keselamatan lalu lintas, dibentuk program safety riding yang mencakup perilaku disiplin dalam aturan dan tatacara berkendara. Perilaku sendiri dipengaruhi faktor pembentuk salah satunya pengetahuan. Pengetahuan sebagai ransangan atau stimulus dan menjadi dasar dalam bertindak. Tujuan: penelitian ini ingin mencari hubungan pengetahuan dengan perilaku safety riding pada siswa SMA.Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, dan teknik sampling simple radom sampling. Sampel diperoleh sebanyak 164 responden. Kemudian data dianalisis menggunakan korelasi spearman rank dengan tingkat kemaknaan 5%.Hasil: Sebagian besar responden memiliki pengetahuan dengan kategori baik (67,1%), begitupun dengan perilaku, mayoritas responden memiliki perilaku berkendara  aman (82,9%). Hasil analisis korelasi spearman rank didapatkan p-value 0,120 atau lebih besar dari kemaknaan 5% (p>0,05).Simpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan perilaku safety riding. 


2013 ◽  
Vol 40 (2) ◽  
Author(s):  
Suprapto Wibowo ◽  
Melania Soedarmi ◽  
Lukmantya

Background: Hearing impairment in elderly people will reduce their communication ability andimpact their quality of life.Purpose: To know the correlation between hearing threshold with the resultsof hearing handicap using hearing handicap inventory for the elderly-creening (HHIE-S) on presbycusispatients.Method: A cross sectional study of patient with presbycusis at Saiful Anwar Hospital that metthe research criteria, on period March–April 2010. Results: The distribution of presbycusis patients included in this study was 9 persons (37.5%) without handicap, 10 persons (41.7%) with mild-moderate handicap, and 5 persons (20.8%) with severe handicap. Measurement results from two main variables,hearing threshold and hearing handicap was analyzed with Spearman rank correlation. Calculationresults of coefficient Spearman rank correlation was 0.937 with p value = 0.000. Conclusion: There isa significant correlation between hearing threshold with the results of hearing handicap on presbycusispatients.Key words: presbycusis, hearing threshold, hearing handicap inventory for the elderly-screening. Abstrak : Latar belakang: Gangguan pendengaran yang terjadi pada usia lanjut menyebabkan gangguankomunikasi dan berdampak pada kualitas hidup penderita. Tujuan: Mengetahui adanya hubungan ambangdengar dengan hasil penilaian hearing handicap dengan menggunakan hearing handicap inventory for theelderly-screening (HHIE-S) pada penderita presbikusis.Metode: Sebuahstudi cross sectional. Sampeladalah semua penderita yang didiagnosis presbikusis di poliklinik neurotologi THT RS Dr. Saiful AnwarMalang, dan memenuhi kriteria penelitian dengan teknik consecutive sampling mulai Maret–April 2010.Hasil: Pasien presbikusis yang terlibat dalam penelitian ini terdistribusi sebanyak 9 orang (37,5%) tanpahandicap, 10 orang (41,7%) handicap ringan–sedang, dan 5 orang (20,8%) termasuk handicap berat. Hasilpengukuran dari dua variabel utama, yaitu ambang dengar dan hearing handicap dianalisis menggunakankorelasi Spearman rank. Hasil perhitungan koefisien korelasi Spearman rank adalah 0,937 dengan p-value= 0,000. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara ambang dengar dengan hasil penilaianhearing handicap pada penderita presbikusis.Kata kunci: presbikusis, ambang dengar, hearing handicap inventory for the elderly-screening.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 20
Author(s):  
Ferdy Lainsamputty

Abstract Hypertension is a current significant health problem in many countries. Indonesia also has a high prevalence of hypertension. Fatigue is a common symptom that often occurs in hypertensive patients. Unhealthy lifestyles may worsen the impact of hypertension. The study aimed to explore the relationship between fatigue and lifestyle among patients with hypertension. This was a descriptive correlational study with cross-sectional approach using 68 convenience samples in a general hospital of Central Sulawesi. The questionnaires were Multidimensional Assessment of Fatigue (MAF) and Health Promotion Lifestyle Profile II (HPLP II). Descriptive statistics and Spearman rank correlation were used to explore the relationships between variables and domains. Overall, lifestyle was correlated to fatigue (r=0,28, p<0.05). Hypertensive patients with higher degree of fatigue, performed a better lifestyle. More effective strategies such as health education, professional consultation, support and group sharing need to be done to improve the lifestyle of patients. Keywords: Fatigue, hypertension, lifestyle. Abstrak Penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan signifikan yang sedang dialami di banyak negara. Di Indonesia, hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi. Kelelahan adalah gejala umum yang terjadi pada pasien hipertensi. Gaya hidup tidak sehat dapat memperburuk efek dari hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan kelelahan dan gaya hidup pada pasien hipertensi. Penelitian ini berjenis deskriptif korelasi berpendekatan potong lintang dengan 68 sampel yang direkrut menggunakan teknik convenience sampling di salah satu rumah sakit umum daerah di Sulawesi Tengah. Kuesioner yang digunakan yaitu MAF dan HPLP II. Statistik deskriptif dan Spearman Rank Correlation digunakan untuk mencari hubungan antar variabel dan domain-domainnya. Secara keseluruhan, gaya hidup berhubungan signifikan dengan kelelahan (r=0,28, p<0,05). Penderita hipertensi yang menderita kelelahan berat, menerapkan gaya hidup yang lebih baik. Strategi yang lebih efektif dalam penyuluhan kesehatan, konsultasi profesional, support dan sharing group, perlu dilakukan untuk meningkatkan gaya hidup. Kata Kunci: Gaya hidup, hipertensi, kelelahan.


2021 ◽  
pp. 019459982110372
Author(s):  
Prasanth Pattisapu ◽  
Matthew F. Abts ◽  
Randall A. Bly ◽  
Juliana Bonilla-Velez ◽  
John P. Dahl ◽  
...  

Objective Suprastomal collapse and granulation are common sequelae of pediatric tracheostomy. We present the first measure of suprastomal obstructive pathology, the Seattle Suprastomal Safety Score (5S), an instrument with 2 domains: collapse and granulation. Study Design Cross-sectional repeated testing survey. Setting Electronic survey. Methods A library of images was assembled from still pictures of the suprastomal area in 50 patients who previously underwent trachea-bronchoscopy at a quaternary children’s hospital. Five pediatric otolaryngologists and 2 pediatric pulmonologists reviewed the images in random, blinded fashion and provided 5S scores. Participants repeated this process 2 to 4 weeks later. Interrater agreement was calculated with an intraclass correlation coefficient (ICC) with a 2-way random-effects model and Fleiss’s κ. Intrarater agreement was measured with an ICC using a 2-way mixed-effects model as well as with test-retest correlations using Spearman rank coefficient. All measures were performed separately on collapse and granulation domains. Results ICC for interrater agreement was 0.88 (95% CI, 0.82-0.93) for collapse and 0.97 (95% CI, 0.96-0.98) for granulation, indicating almost perfect agreement. Fleiss’s κ demonstrated moderate agreement for collapse and almost perfect agreement for granulation. ICC for intrarater agreement was 0.95 (95% CI, 0.93-0.97) and 0.99 (95% CI, 0.98-0.99) for collapse and granulation, respectively, indicating almost perfect agreement. Spearman rank correlation for test-retest demonstrated substantial agreement for collapse and almost perfect agreement for granulation. Conclusion The 5S demonstrates excellent interrater and intrarater agreement, making it highly reliable as a novel measure of suprastomal collapse and granulation in tracheostomy-dependent pediatric patients.


Author(s):  
Yunizar Sri Wulandari ◽  
Anna Fatchiya

Promotion via twitter performed by Travel Agents "Ibu Penyu" to marketing their service. In addition, the promotion was also made to introduce marine tourism in Indonesia. Twitter presence is considered as one of the media for marine tourism company in expanding economic activity. The purpose of this research are to analyze the characteristics of respondents and promotional activities, analyze the effectiveness of the promotion via twitter and analyze the correlation between the characteristics of the respondents and the effectiveness of promotional activities through the promotion of marine tourism company twitter "Ibu Penyu". The method used in data collection is via an online questionnaire that was distributed to the followers @ibupenyu. Data were analyzed using Spearman-rank correlation test and Chi-square difference test. The results in this study are twitter effective of the promotion. Factors related to the effectiveness of the promotion is age, education level, income level, the frequency of feedback messages, rate the attractiveness of the message, and clarity in the delivery of information.Keywords: media, frequency of feedback messages, attractiveness of the message  ------------------------------------------------------------------------------------ABSTRAKPromosi melalui twitter dilakukan oleh agen perjalanan "Ibu Penyu" untuk memasarkan layanan mereka. Selain itu, promosi juga dilakukan untuk memperkenalkan wisata bahari di Indonesia. Kehadiran twitter dianggap sebagai salah satu media untuk perusahaan wisata bahari dalam memperluas kegiatan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik responden dan kegiatan promosi, menganalisis efektivitas promosi melalui twitter dan menganalisis hubungan antara karakteristik responden dan efektivitas kegiatan promosi melalui promosi wisata bahari twitter perusahaan "Ibu Penyu". Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah melalui kuesioner online yang dibagikan kepada para pengikut @ibupenyu. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman-rank dan uji beda Chi-square. Hasil dalam penelitian ini adalah keefektifan twitter pada promosi. Faktor yang berhubungan dengan efektivitas promosi adalah usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, frekuensi umpan balik pesan, menilai daya tarik pesan, dan kejelasan dalam penyampaian informasi.Kata kunci: media, frekuensi umpan balik pesan, daya tarik pesan


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document