scholarly journals Penurunan Kecemasan Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Melalui Pemberian Terapi Murottal Al-Qur’an

Ners Muda ◽  
2021 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
Author(s):  
Meliawati Putri Salsabila ◽  
Heryanto Adi Nugroho

Gagal jantung meningkatkan resiko kematian mendadak sehingga membutuhkan penanganan sesuai dengan tingkat keparahannya. Pada pasien penyakit kardiovaskuler lazim merasakan kecemasan dan stress. Kecemasan pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler dapat dibantu salah satunya dengan tindakan non farmakologi. Pada studi kasus ini penanganan kecemasan pasien gagal jantung menggunakan intervensi terapi murottal al-qur’an. Tujuan umum studi kasus ini untuk menganalisa penurunan tingkat kecemasan pasien gagal jantung terhadap pemberian terapi murottal al-qur’an. Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses keperawatan. Subjek studi kasus ini adalah pasien gagal jantung kongestif dan berjumlah 2 orang yang didapatkan secara purposive sampling. Studi kasus ini dilakukan di Ruang Ayyub 2 RS. Roemani Kota Semarang pada tanggal 13 Februari 2020 – 15 Februari 2020. Pengkajian kecemasan dan pengukuran tingkat kecemasan menggunakan kuisioner HARS (Hamilton Rating Scale Of Anxiety).  Prosedur pelaksanaan studi kasus ini dilakukan sesuai dengan evidence based nursing yaitu dilaksanakan dengan durasi 15-20 menit selama 3 hari. Hasil studi evaluasi menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi murottal al-qur’an terjadi peningkatan kecemasan dan tanda-tanda vital serta gangguan tidur pada kedua pasien yang mengalami penurunan setelah dilakukan terapi murottal al-qur’an.Setelah dilakukan terapi murottal al-qur’an terdapat perbaikan pada tanda-tanda vital, penurunan tingkat kecemasan, dan penurunan gangguan tidur pada kedua pasien. Terapi murottal al-qur’an efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan pada pasien dengan gagal jantung kongestif.

2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 69-73
Author(s):  
Irwan Kambu

Abstrak Penyakit jantung koroner secara klinis ditandai dengan nyeri dada akibat sumbatan di arteri coroner. Akupresur merupakan bagian terapi komplementer yang mampu meningkatkan kadar endorfin untuk merangsang penurunan nyeri. Pelaksanaan evidence based nursing akupresur ini diberikan pada 8 pasien dengan teknik pemilihan purposive sampling. Instrument penerapan menggunakan skala penilaian nyeri visual analog scale. Penerapan akupresur diberikan selama 20 menit pada titik akupresur L14 dengan skala nyeri 0 sampai 5. Hasil dari 8 sampel yang diberikan akupresur semua pasien mengalami penurunan skala nyeri. Penekanan atau sentuhan pada titik akupresur dapat meningkatkan kadar endorfin dalam darah maupun sistemik. Endorfin merupakan opiat tubuh secara alami dihasilkan oleh kelenjar pituitary yang berguna untuk mengurangi nyeri, mempengaruhi memori dan mood yang kemudian akan memberikan perasaan relaks. Terapi akupresur terbukti mampu menurunkan nyeri sehingga bermanfaat untuk diterapkan pada pasien akut koroner sindrom dengan keluhan nyeri dada.   Abstract Coronary heart disease is clinically characterized by chest pain due to a blockage in the coronary arteries. Acupressure is part of complementary therapy that is able to increase endorphin levels to stimulate pain reduction. The implementation of evidence based nursing acupressure was given to 8 patients with a purposive sampling technique. The application instrument uses a visual analog pain scale rating scale. The application of acupressure was given for 20 minutes at the L14 acupressure point with a pain scale of 0 to 5. The results of the 8 samples given acupressure all patients experienced a decrease in pain scale. Emphasis or touch on the acupressure point can increase blood and systemic endorphin levels. Endorphins are the body's opiates naturally produced by the pituitary gland which are useful for reducing pain, affecting memory and mood which will then relax. Acupressure therapy has been proven to reduce pain so it is useful to apply to acute coronary syndrome patients with chest pain.  


2007 ◽  
Vol 27 (5) ◽  
pp. 531-534 ◽  
Author(s):  
Toshi A. Furukawa ◽  
Tatsuo Akechi ◽  
Hideki Azuma ◽  
Toru Okuyama ◽  
Teruhiko Higuchi

2018 ◽  
Vol 28 (5) ◽  
pp. 544-562 ◽  
Author(s):  
P. L. de Zwart ◽  
B. F. Jeronimus ◽  
P. de Jonge

Aims.For the past quarter of a century, Frank et al.’s (1991) consensus-based definitions of major depressive disorder (MDD) episode, remission, recovery, relapse and recurrence have been the paramount driving forces for consistency in MDD research as well as in clinical practice. This study aims to review the evidence for the empirical validation of Frank et al.’s proposed concept definitions and to discuss evidence-based modifications.Methods.A literature search of Web of Science and PubMed from 1/1/1991 to 08/30/2017 identified all publications which referenced Frank et al.’s request for definition validation. Publications with data relevant for validation were included and checked for referencing other studies providing such data.Results.A total of 56 studies involving 39 315 subjects were included, mainly presenting data to validate the severity and duration thresholds for defining remission and recovery. Most studies indicated that the severity threshold for defining remission should decrease. Additionally, specific duration thresholds to separate remission from recovery did not add any predictive value to the notion that increased remission duration alleviates the risk of reoccurrence of depressive symptoms. Only limited data were available to validate the severity and duration criteria for defining a depressive episode.Conclusions.Remission can best be defined as a less symptomatic state than previously assumed (Hamilton Rating Scale for Depression, 17-item version (HAMD-17) ⩽4 instead of ⩽7), without applying a duration criterion. Duration thresholds to separate remission from recovery are not meaningful. The minimal duration of depressive symptoms to define a depressive episode should be longer than 2 weeks, although further studies are required to recommend an exact duration threshold. These results are relevant for researchers and clinicians aiming to use evidence-based depression outcomes.


Author(s):  
Liang Fu ◽  
Wei Su ◽  
Xianghong Ye ◽  
Ming Li ◽  
Jun Shen ◽  
...  

This study aimed to describe the status and related factors of evidence-based practice (EBP) competency among nurses in China. A convenience sample of 1036 nurses were recruited from 13 public hospitals in Shanghai through an anonymous online survey. Nurses’ demographic data, working data, and evidence-based nursing (EBN)-related conditions were collected by a structured questionnaire and EBP competency was assessed using the Chinese version of Evidence-based Nursing Competency Rating Scale (EBNCRS). The original score of EBNCRS among nurses was not good. The original score of evidence searching, critical appraisal, and synthesis subscale was lower than the original score of evidence transfer, situation assessment, and evidence implementation subscale. Nurses’ age, hospital level, and perceived EBN knowledge were identified as significant related factors of EBP competency. There is an urgent need to upgrade the EBP competency of nurses in Shanghai, especially competency in evidence transfer, situation assessment, and evidence implementation.


Ners Muda ◽  
2020 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 200
Author(s):  
Fitria Wati ◽  
Ernawati Ernawati

Pasien post operasi insisi (penyayatan jaringan) mengalami nyeri dengan berbagai tingkatan Hampir 80% pasien post operasi pembedahan mengalami keluhan nyeri akut setelah pengaruh obat anastesi yang hilang, nyeri akan bertambah dengan adanya suatu peradangan atau infeksi, hal itu membutuhkan adanya suatu teknik perawatan untuk mengurangi nyeri salah satunya dengan teknik relaksasi genggam jari. Relaksasi genggam jari merupakan kombinasi antara relaksasi nafas dalam dan genggam jari-jari tangan, sensasi yang dirasakan memberikan persaan nyaman, sehingga mampu membebaskan mental dan fisik sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Studi ini untuk mengetahui pemberian terapi teknik relaksasi genggam jari dalam menurunkan skala nyeri pasien post op Appendictomy. Studi kasus ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan Evidence Based Nursing Practice Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 2 orang pasien post op appendectomy dengan kriteria yang sudah ditentukan dengan skala nyeri 3-6. Pengukuran skala nyeri mengunakan Numeric Rating Scale (NRS). Hasil perbandingan skala nyeri antara ke dua responden sebelum dan sesudah di lakukan terapi menunjukan penurunan skala nyeri. Responden 1 Hari ke-1: Selisihnya 1 (dari skala 5-skala 4), hari ke-2: Selisihnya 1 (dari skala 4-skala 3), hari ke-3: Selisihnya 1 (dari skala 3-skala 2).  Responden 2 Hari ke-1: Selisihnya 1 (dari skala 6-skala 5), hari ke-2: Selisihnya 1 (dari skala 5-skala 4), hari ke-3: Selisihnya 1 (dari skala 4-skala 3).  Terapi teknik relaksasi genggam jari dapat menurunkan skala nyeri pada pasien post appendectomy. Mekanismenya genggam jari sambil relaksasi nafas dalam mampu membebaskan ketegangan mental mental dan fisik dari ketegangan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 96-102
Author(s):  
Wibowo Wibowo

Kecemasan merupakan salah satu faktor terjadinya penurunan produksi saliva, hal ini disebabkan oleh keadaan emosional dari sistem saraf otonom akan  menghalangi sistem saraf simpatis dalam sekresi saliva. hal ini akan berakibat menurunnya komponen dan jumlah saliva sehingga fungsi saliva sebagai pertahanan mukosa mulut terganggu, sehingga akan meningkatkan resiko  terjadi infeksi dalam rongga mulut, salah satu bentuk infeksi adalah Oral candidiasis.   Metode dalam penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan case control (retrospektif) desain. Populasi penelitian adalah lansia di Panti Pangesti Lawang yang berjumlah 60 lansia. Sampel berjumlah 36 responden dipilih dengan menggunakan dengan tehnik purposive  sampling. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua alat ukur HARS Hamilton Rating Scale For Anxiety untuk mengukur kecemasan dan lembar observasi oral Candidiasis digunakan untuk observasi tanda dan gejala oral Candidiasis. Pengolahan dan analisa data menggunakan uji korelasi Spearman dan uji regresi logistik   Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi sebesar 0.376 dengan nilai signifikansi 0.024 (p<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian oral candidiasis pada lansia.   Oral candidiasis pada lansia jika tidak ditanggulangi secara serius akan menjadi salah satu penyebab gangguan fungsi stomatognatik sehingga lansia sulit makan, menelan, berbicara dan gangguan pengecapan yang secara menyeluruh akan menyebabkan rasa tidak   nyaman dan sakit di mulut.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 127-132
Author(s):  
Putri Azzahroh ◽  
Anik Hanifah ◽  
Nurmawati Nurmawati

Hasil wawancara dari 10 ibu pre operasi sectio caesarea terdapat 7 ibu merasa cemas ditandai dengan ibu mengeluh susah tidur, sering kencing, selalu menanyakan apabila sudah dilakukan operasi sectio caesarea apakah akan menimbulkan kelainan atau tidak. Metode Penelitian pre-eksperimental desain ini menggunakan rancangan one group pretest-posttest design. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 ibu yang mau melahirkan secara SC. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxienty (HRS-A). Hasil penelitian tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi murottal Al-Qur'an sebagian besar dalam kategori sedang sebanyak 83,4%, sesudah diberikan terapi murottal Al-Qur'an masing-masing berada dalam kategori ringan dan sedang sebanyak 50%. Terdapat perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi murottal Al-Qur'an (0,000<0,05). Diharapkan ibu dapat berfikir positif dengan tetap berdoa salah satunya dengan mendengarkan terapi murottal Alqur’an dan dapat percaya diri/yakin bahwa operasi dilakukan secara profesional sehingga segala kemungkinan resiko dapat ditekan dan dihindari.


2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
Author(s):  
Anak Agung Istri Agung Padmi Swari Dewi ◽  
Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati ◽  
Indira Vidiari Juhanna ◽  
Anak Agung Gede Angga Puspa Negara

Premenopause merupakan sebuah fase yang pasti dialami oleh setiap wanita sebelum memasuki masa menopause. Ketika memasuki masa premenopause, akan timbul gejala-gejala yang berbeda pada setiap individu salah satunya adalah rasa cemas. Kecemasan merupakan respon emosional yang terdiri dari perasaan khawatir dalam menghadapi situasi tertentu. Sebagian besar orang yang mengalami kecemasan akan merasa gelisah sehingga menyebabkan gangguan tidur dan kesulitan dalam berkonsentrasi. Kecemasan dapat tanggulangi dengan beberapa cara seperti dengan melakukan latihan yoga. Adapun tujuan dilakukannya penelitian yakni untuk mengetahui hubungan latihan Yoga Suryanamaskar terhadap tingkat kecemasan wanita premenopause di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan rancangan cross sectional dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Denpasar pada Desember 2020 – Februari 2021. Jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 56 sampel yang disesuaikan dengan kriteria eksklusi dan inklusi. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat kecemasan pada wanita premenopause. Uji hipotesis yang digunakan adalah Kendall’s Tau-b untuk menganalisis hubungan antara Yoga Suryanamaskar dan tingkat kecemasan. Didapatkan dari uji Kendall’s Tau-b bahwa nilai p sebesar 0,02 (p<0,05). Selain itu, diperoleh pula koefisien korelasi dengan nilai -0,309. Berdasarkan hasil olah data, bisa disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan disertai korelasi yang cukup kuat dan tidak searah antara latihan Yoga Suryanamaskar dan tingkat kecemasan wanita usia premenopause di Kota Denpasar. Kata kunci: yoga suryanamaskar, premenopause, tingkat kecemasan


Ners Muda ◽  
2021 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
Author(s):  
Kiki Amalia ◽  
Tri Hartiti

Salah satu gejala kanker kolorektal yaitu adanya rasa nyeri. Nyeri adalah perasaan tidak menyenangkan baik secara fisik maupun emosional akibat adanya kerusakan jaringan. Mengatasi nyeri dapat menggunakan  cara non farmakologis diantaranya terapi murattal Ar-Rahman. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui penurunan nyeri pada pasien kanker kolorektal pre operasi setelah diberikan terapi murattal Ar-Rahman. Desain studi ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan studi kasus berdasarkan penerapan Evidence Based Nursing Practice yaitu terapi murattal terhadap penurunan nyeri. Subjek studi kasus adalah pasien kanker kolorektal yang belum dilakukan tindakan pembedahan, tingkat skala nyeri 2-5, dan beragama Islam. Subjek studi kasus berjumlah 2 pasien. Pengambilan data menggunakan pengukuran skala Numeric Rating Scale (NRS) sebelum dan sesudah dilakukan terapi murattal Ar-Rahman. Hasil studi kasus menunjukkan adanya penurunan nyeri pada kedua subjek penelitian setelah diberikan terapi murattal Ar-Rahman. Subjek studi kasus 1 terjadi penurunan nyeri sebesar 1 skala nyeri. Subjek studi kasus 2 terjadi penurunan nyeri sebesar 2 skala nyeri. Terapi murattal Ar-Rahman mampu menurunkan nyeri pada pasien kanker kolorektal pre operasi.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 132-137
Author(s):  
Hendry Kiswanto Mendrofa

Mothers who are undergoing pregnancy experience changes physically, psychologically and mentally therefore pregnant women are required not only to be physically ready, but also thirsty to be mentally prepared. Mental changes in the mother will affect the emotions of the mother. In the third trimester the psychological changes that occur include feeling anxiety and anxiety about the birth of her baby, feelings of fear of death, birth trauma and fear of birth defects. If the emotional influence of the mother is not supported by a harmonious family environment or conducive living environment, then this can cause emotional and physical disturbance (mild to severe). Preventing this from happening, then family social support for pregnant women is very important so that mothers can undergo pregnancy until the delivery process well. This type of research uses a correlation research design with the Spearman correlation test. The number of samples in the study were 30 respondents with a sampling technique that is purposive sampling. This research instrument consisted of 2 questionnaires namely a family social support questionnaire (Likert scale) and an anxiety level questionnaire (Hamilton rating scale for anxiety). The results showed that there was a relationship of family social support with anxiety levels of trimester III primigravida mothers in the face of labor, the Spearman correlation test results obtained r value of 0.751 categorized as "strong" with a value of p 0.00 where p value <0.05. It is expected that health services and Puskesmas agencies can provide counseling / information about family social support in dealing with the delivery process so that every mother does not experience anxiety.   Ibu yang sedang menjalani kehamilan mengalami perubahan secara fisik, psikologis dan mental oleh karena itu ibu hamil dituntut tidak hanya harus siap secara fisik, tetapi juga haus siap secara mental. Perubahan secara mental pada ibu akan mempengaruhi emosi ibu. Pada trimester ketiga perubahan psikologis yang terjadi antara lain merasakan kegelisahan dan kekhawatiran mengenai kelahiran bayinya, perasaan takut mati, trauma kelahiran dan ketakutan bayinya lahir cacat. Apabila pengaruh emosi si ibu tidak didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif, maka hal ini dapat menimbulkan gangguan emosi dan fisik (ringan sampai berat).  Mencegah hal tersebut terjadi, maka dukungan sosial keluarga untuk ibu hamil sangatlah penting agar ibu dapat menjalani kehamilan sampai proses persalinan dengan baik. Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi dengan uji statistik korelasi Spearman. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 30 responden dengan teknik pengambilan sampel yaitu Purposive sampling. Instrumen penelitian ini terdiri dari 2 kuesioner yaitu kuesioner dukungan sosial keluarga (scale likert) dan kuesioner tingkat kecemasan (Hamilton rating scale for anxiety). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan ibu primigravida trimester III dalam menghadapi proses persalinan,  hasil uji korelasi Spearman di dapatkan nilai r 0,751 dikategorikan “kuat”  dengan nilai p 0.00 dimana p value < 0.05. Diharapkan bagi pelayanan kesehatan dan instansi Puskesmas supaya dapat memberikan konseling/ informasi tentang dukungan sosial keluarga dalam menghadapi proses persalinan agar setiap ibu tidak mengalami kecemasan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document