scholarly journals sebuah HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN ORAL CANDIDIASIS PADA LANSIA DI PANTI PANGESTI LAWANG.

2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 96-102
Author(s):  
Wibowo Wibowo

Kecemasan merupakan salah satu faktor terjadinya penurunan produksi saliva, hal ini disebabkan oleh keadaan emosional dari sistem saraf otonom akan  menghalangi sistem saraf simpatis dalam sekresi saliva. hal ini akan berakibat menurunnya komponen dan jumlah saliva sehingga fungsi saliva sebagai pertahanan mukosa mulut terganggu, sehingga akan meningkatkan resiko  terjadi infeksi dalam rongga mulut, salah satu bentuk infeksi adalah Oral candidiasis.   Metode dalam penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan case control (retrospektif) desain. Populasi penelitian adalah lansia di Panti Pangesti Lawang yang berjumlah 60 lansia. Sampel berjumlah 36 responden dipilih dengan menggunakan dengan tehnik purposive  sampling. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua alat ukur HARS Hamilton Rating Scale For Anxiety untuk mengukur kecemasan dan lembar observasi oral Candidiasis digunakan untuk observasi tanda dan gejala oral Candidiasis. Pengolahan dan analisa data menggunakan uji korelasi Spearman dan uji regresi logistik   Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi sebesar 0.376 dengan nilai signifikansi 0.024 (p<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian oral candidiasis pada lansia.   Oral candidiasis pada lansia jika tidak ditanggulangi secara serius akan menjadi salah satu penyebab gangguan fungsi stomatognatik sehingga lansia sulit makan, menelan, berbicara dan gangguan pengecapan yang secara menyeluruh akan menyebabkan rasa tidak   nyaman dan sakit di mulut.

2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 127-132
Author(s):  
Putri Azzahroh ◽  
Anik Hanifah ◽  
Nurmawati Nurmawati

Hasil wawancara dari 10 ibu pre operasi sectio caesarea terdapat 7 ibu merasa cemas ditandai dengan ibu mengeluh susah tidur, sering kencing, selalu menanyakan apabila sudah dilakukan operasi sectio caesarea apakah akan menimbulkan kelainan atau tidak. Metode Penelitian pre-eksperimental desain ini menggunakan rancangan one group pretest-posttest design. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 ibu yang mau melahirkan secara SC. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxienty (HRS-A). Hasil penelitian tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi murottal Al-Qur'an sebagian besar dalam kategori sedang sebanyak 83,4%, sesudah diberikan terapi murottal Al-Qur'an masing-masing berada dalam kategori ringan dan sedang sebanyak 50%. Terdapat perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi murottal Al-Qur'an (0,000<0,05). Diharapkan ibu dapat berfikir positif dengan tetap berdoa salah satunya dengan mendengarkan terapi murottal Alqur’an dan dapat percaya diri/yakin bahwa operasi dilakukan secara profesional sehingga segala kemungkinan resiko dapat ditekan dan dihindari.


2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
Author(s):  
Anak Agung Istri Agung Padmi Swari Dewi ◽  
Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati ◽  
Indira Vidiari Juhanna ◽  
Anak Agung Gede Angga Puspa Negara

Premenopause merupakan sebuah fase yang pasti dialami oleh setiap wanita sebelum memasuki masa menopause. Ketika memasuki masa premenopause, akan timbul gejala-gejala yang berbeda pada setiap individu salah satunya adalah rasa cemas. Kecemasan merupakan respon emosional yang terdiri dari perasaan khawatir dalam menghadapi situasi tertentu. Sebagian besar orang yang mengalami kecemasan akan merasa gelisah sehingga menyebabkan gangguan tidur dan kesulitan dalam berkonsentrasi. Kecemasan dapat tanggulangi dengan beberapa cara seperti dengan melakukan latihan yoga. Adapun tujuan dilakukannya penelitian yakni untuk mengetahui hubungan latihan Yoga Suryanamaskar terhadap tingkat kecemasan wanita premenopause di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan rancangan cross sectional dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Denpasar pada Desember 2020 – Februari 2021. Jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 56 sampel yang disesuaikan dengan kriteria eksklusi dan inklusi. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat kecemasan pada wanita premenopause. Uji hipotesis yang digunakan adalah Kendall’s Tau-b untuk menganalisis hubungan antara Yoga Suryanamaskar dan tingkat kecemasan. Didapatkan dari uji Kendall’s Tau-b bahwa nilai p sebesar 0,02 (p<0,05). Selain itu, diperoleh pula koefisien korelasi dengan nilai -0,309. Berdasarkan hasil olah data, bisa disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan disertai korelasi yang cukup kuat dan tidak searah antara latihan Yoga Suryanamaskar dan tingkat kecemasan wanita usia premenopause di Kota Denpasar. Kata kunci: yoga suryanamaskar, premenopause, tingkat kecemasan


Ners Muda ◽  
2021 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
Author(s):  
Meliawati Putri Salsabila ◽  
Heryanto Adi Nugroho

Gagal jantung meningkatkan resiko kematian mendadak sehingga membutuhkan penanganan sesuai dengan tingkat keparahannya. Pada pasien penyakit kardiovaskuler lazim merasakan kecemasan dan stress. Kecemasan pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler dapat dibantu salah satunya dengan tindakan non farmakologi. Pada studi kasus ini penanganan kecemasan pasien gagal jantung menggunakan intervensi terapi murottal al-qur’an. Tujuan umum studi kasus ini untuk menganalisa penurunan tingkat kecemasan pasien gagal jantung terhadap pemberian terapi murottal al-qur’an. Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses keperawatan. Subjek studi kasus ini adalah pasien gagal jantung kongestif dan berjumlah 2 orang yang didapatkan secara purposive sampling. Studi kasus ini dilakukan di Ruang Ayyub 2 RS. Roemani Kota Semarang pada tanggal 13 Februari 2020 – 15 Februari 2020. Pengkajian kecemasan dan pengukuran tingkat kecemasan menggunakan kuisioner HARS (Hamilton Rating Scale Of Anxiety).  Prosedur pelaksanaan studi kasus ini dilakukan sesuai dengan evidence based nursing yaitu dilaksanakan dengan durasi 15-20 menit selama 3 hari. Hasil studi evaluasi menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi murottal al-qur’an terjadi peningkatan kecemasan dan tanda-tanda vital serta gangguan tidur pada kedua pasien yang mengalami penurunan setelah dilakukan terapi murottal al-qur’an.Setelah dilakukan terapi murottal al-qur’an terdapat perbaikan pada tanda-tanda vital, penurunan tingkat kecemasan, dan penurunan gangguan tidur pada kedua pasien. Terapi murottal al-qur’an efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan pada pasien dengan gagal jantung kongestif.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 132-137
Author(s):  
Hendry Kiswanto Mendrofa

Mothers who are undergoing pregnancy experience changes physically, psychologically and mentally therefore pregnant women are required not only to be physically ready, but also thirsty to be mentally prepared. Mental changes in the mother will affect the emotions of the mother. In the third trimester the psychological changes that occur include feeling anxiety and anxiety about the birth of her baby, feelings of fear of death, birth trauma and fear of birth defects. If the emotional influence of the mother is not supported by a harmonious family environment or conducive living environment, then this can cause emotional and physical disturbance (mild to severe). Preventing this from happening, then family social support for pregnant women is very important so that mothers can undergo pregnancy until the delivery process well. This type of research uses a correlation research design with the Spearman correlation test. The number of samples in the study were 30 respondents with a sampling technique that is purposive sampling. This research instrument consisted of 2 questionnaires namely a family social support questionnaire (Likert scale) and an anxiety level questionnaire (Hamilton rating scale for anxiety). The results showed that there was a relationship of family social support with anxiety levels of trimester III primigravida mothers in the face of labor, the Spearman correlation test results obtained r value of 0.751 categorized as "strong" with a value of p 0.00 where p value <0.05. It is expected that health services and Puskesmas agencies can provide counseling / information about family social support in dealing with the delivery process so that every mother does not experience anxiety.   Ibu yang sedang menjalani kehamilan mengalami perubahan secara fisik, psikologis dan mental oleh karena itu ibu hamil dituntut tidak hanya harus siap secara fisik, tetapi juga haus siap secara mental. Perubahan secara mental pada ibu akan mempengaruhi emosi ibu. Pada trimester ketiga perubahan psikologis yang terjadi antara lain merasakan kegelisahan dan kekhawatiran mengenai kelahiran bayinya, perasaan takut mati, trauma kelahiran dan ketakutan bayinya lahir cacat. Apabila pengaruh emosi si ibu tidak didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif, maka hal ini dapat menimbulkan gangguan emosi dan fisik (ringan sampai berat).  Mencegah hal tersebut terjadi, maka dukungan sosial keluarga untuk ibu hamil sangatlah penting agar ibu dapat menjalani kehamilan sampai proses persalinan dengan baik. Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi dengan uji statistik korelasi Spearman. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 30 responden dengan teknik pengambilan sampel yaitu Purposive sampling. Instrumen penelitian ini terdiri dari 2 kuesioner yaitu kuesioner dukungan sosial keluarga (scale likert) dan kuesioner tingkat kecemasan (Hamilton rating scale for anxiety). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan ibu primigravida trimester III dalam menghadapi proses persalinan,  hasil uji korelasi Spearman di dapatkan nilai r 0,751 dikategorikan “kuat”  dengan nilai p 0.00 dimana p value < 0.05. Diharapkan bagi pelayanan kesehatan dan instansi Puskesmas supaya dapat memberikan konseling/ informasi tentang dukungan sosial keluarga dalam menghadapi proses persalinan agar setiap ibu tidak mengalami kecemasan.


2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 26-30
Author(s):  
Wachidah Yuniartika ◽  
Catur Novita Santi ◽  
Nur Azizah S

Latar belakang : Pada pasien skizofrenia akan mengalami gangguan alam perasaan yang ditandai ketakutan yang mendalam dan berkelanjutan, sehingga dapat terjadi gangguan dalam menilai kenyataan, kepribadian penuh, perilaku dapat terganggu namun masih dalam batas normal, ini menandakan bahwa mereka mengalami gelaja cemas.  Salah satu terapi nonfarmakologi yang efektif adalah mendengarkan musik. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang.Tujuan : Mengetahui efektifitas terapi musik pada pasien skizofrenia sebagai alat mengurangi kecemasan.Metode : penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode quasi experiment dengan  pretest-postest with control group. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah sakit jiwa daerah Surakarta pada bulan Desember 2017. Populasi penelitian pasien Skizofrenia tanpa komplikasi berjumlah 42 di RSJD Surakarta berjenis kelamin laki-laki. Cara pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, dengan Kriteria inklusi: Pasien skizofrenia yang mengalami cemas ringan dan sedang, Umur 20-35 tahun, lama sakit lebih dari 2 tahun. Dengan menggunakan rumus slovin ditetapkan sampel perlakuan 19 kontrol 19 responden. Instrumen untuk mengetahui tingkat kecemasan dengan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS), Terapi music menggunakan music klasik yang tenang.Hasil : Hasil penelitian pada kelompok intervensi kecemasan sebelum intervensi berada dalam kategori kecemasan ringan dengan nilai rata-rata 18.05, setelah diberikan terapi musik terdapat penurunan kecemasan dengan nilai rata-rata 10.32 dalam katagori tidak cemas dengan selisih penurunan 7.73 dan P value 0.001. Sedangkan pada kelompok kontrol P value 0.162.Kesimpulan : Pemberian terapi musik efektif menurunkan kecemasan secara bermakna.


2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 98
Author(s):  
Wachidah Yuniartika ◽  
Catur Novita Santi

Skizofrenia merupakan gangguan kepribadian yang terpecah, antara pikiran, perasaan dan perilaku namun masih batas normal. Penyebab cemas biasanya takut tidak terima pada lingkungan tertentu dan pengalaman traumatis. Salah satu terapi modalitas terhadap tingkat kecemasan pasien skizofrenia yaitu Terapi Psikomotorik  yang  salah satunya yaitu menggambar. Dengan menggambar pasien skizofrenia mampu memperbaiki aspek kognitif dan psikomorik sehingga mampu menurunkan kecemasan dengan mengubah perilaku negative menjadi positive. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan pre experimental design dan menggunakan rancangan one group pretest posttest. Responden hanya satu kelompok dimana setelah perlakuan dibandingan sebelum perlakuan. Tempat Penelitian di Rumah sakit jiwa surakarta, dilaksanakan bulan November 2017. Jumlah responden sebanyak 30 orang dengan metode purposive sampling, Kriteria inklusi responden cemas ringan dan sedang, berjenis kelamin laki-laki. Instrument untuk mengetahui tingkat kecemasan menggunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS). Uji statistic menggunakan wilcoxon. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu sebagian besar responden berumur 26-30 sebanyak 12 orang, tingkat pendidikan SMP 17 orang, nilai rata-rata (mean) sebelum dilakukan terapi psikomotorik lebih tinggi dibandingkan dengan sesudah terapi psikomotorik menggambar. Kesimpulan tedapat pengaruh signifikan pemberian terapi psikomotorik menggambar terhadap tingkat kecemasan pasien skizofrenia dengan nilai  p-value < 0,05. Hasil rata-rata tingkat kecemasan sesudah dilakukan terapi psikomotorik menggambar mengalami penurunan.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 40-51
Author(s):  
Dianita Primihastuti ◽  
Shinta Wurdiana Rhomadona

Kondisi menjelang persalinan merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kecemasan. Terdapat 4 Kala dalam fase persalinan. Kala 2 persalinan adalah kala pengeluaran yang dimulai dari pembukaan lengkap sampai dengan lahirnya bayi. Peanut ball merupakan Bola yang digunakan dalam terapi fisik yang berbentuk seperti kacang yang dapat meningkatkan kemajuan persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kecemasan dan mengetahui lama persalinan kala 2 pada ibu bersalin. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan Quasy experiment (post test only design). Sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Besar sampel kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing 15 sampel. Prosedur pengambilan data dilakukan menggunakan kuisioner, lembar partograf, dan skala pengukuran tingkat kecemasan Hamilton Rating Scale Anxiety (HRS-A). Analisis data menggunakan Uji statistik Mann-Whitney. Sebagian besar Ibu bersalin yang menggunakan peanut ball memiliki tingkat kecemasan sedang (54%). Ibu bersalin yang menggunakan peanut ball sebagian besar (80%) lama waktu kala 2 berlangsung sekitar 60 menit Terdapat perbedaan signifikan lama persalinan kala 2 yang menggunakan peanut ball dan yang tidak menggunakan peanut ball dengan nilai α =0,000 atau α <0,05.Dengan demikian dapat disimpulkan penggunaan peanut ball dapat mengurangi kecemasan pada ibu bersalin dan mempengaruhi lama persalinan kala 2.


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 164-170
Author(s):  
Dewi Nurlaela Sari ◽  
Aay Rumhaeni

ABSTRAK Sectio caesarea merupakan tindakan alternatif dalam proses persalinan untuk menyelamatkan ibu dan janin. Ibu Bersalin dengan operasi sectio caesarea dilakukan pembedahan pada dinding abdomen dan dinding rahim. Dampak yang paling sering muncul dirasakan oleh postpartum dengan post operasi sectio caesarea adalah  nyeri. Nyeri akan berdampak pada bounding attachment terganggu, mobilisasi terbatas, Activity Daily Living (ADL) terganggu serta berpengaruh  terhadap Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Asuhan yang diberikan terbatas pada terapi farmakologi dibandingkan  non farmakologi. Foot massage adalah salah satu terapi non farmakologi yang dapat membantu menutup gerbang di posterior horns dari sumsum tulang belakang dan memblokir bagian dari nyeri ke sistem saraf pusat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh foot massage terhadap skala nyeri pada klien post operasi sectio caesarea di RS AMC. Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimen dengan pendekatan one group pre test post test design. Jumlah sampel yang digunakan berjumlah 27 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Numeric Rating Scale (NRS) dan prosedur kerja foot massage. Responden dilakukan foot massage selama 20 menit selama 2 hari. Data di analisis dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah klien post operasi sectio caesarea berada di skala nyeri 6 sebelum dilakukan foot massage dan hampir setengah memiliki skala nyeri 3 sesudah dilakukan foot massage dan didapatkan nilai p value = 0.000, sehingga disimpulkan ada pengaruh foot massage terhadap skala nyeri pada klien post operasi sectio caesarea. Diharapkan rumah sakit dapat menjadikan foot massage sebagai salah satu alternatif manajemen non farmakologi dalam penanganan nyeri.   Kata kunci: Foot Massage; Post Partum; Nyeri; Sectio Caesarea      


2019 ◽  
Author(s):  
Pablo Rodrigo Guzman Cortez ◽  
Matias Marzocchi ◽  
Neus Freixa Fontanals ◽  
Mercedes Balcells-Olivero

BACKGROUND Computerized mental health interventions have shown evidence of their potential benefit for mental health outcomes in young users. All of the studied interventions available in the review and scientific literature can be classified as "serious games". Serious games are computerized interventions designed from the start with the objective of improving specific desired health outcomes. Moreover, there are reports of users experiencing subjective benefits in mental health after playing specific commercial games. These were games not intentionally made with a therapeutic objective in the design process. An example is the videogame "Journey", first released for the Playstation 3 console in 2012 which won "Game of the Year" in the 2013 D.I.C.E awards. The creator of the game describes the game as a short, 2-3-hour narrative experience in which the player goes through the "Hero's Journey" following a classic 3-part structure. There were more than 100 testimonials from players describing how the game helped them cope with psychological or personal issues. Some of them explicitly described recovering from depressive episodes through playing the game. OBJECTIVE To conduct a pilot test of the efficacy of the videogame Journey in reducing depressive symptoms in an acute impatient setting METHODS Depressive symptomatology was measured before and after the intervention using the Hamilton Rating Scale for Depression (HRSD) The intervention was conducted in an isolated room using a Playstation 3 console with the videogame "Journey" developed by Thatgamecompany. No internet access was allowed. The game was played over the course of 4 30-45 min sessions in a two week period. RESULTS The initial score in the Hamilton Rating Scale for Depression (HRSD) was 30, indicating a very severe depression. After the intervention the HRSD score was 10, showing a mild depression. CONCLUSIONS The Videogame Journey, a commercial game first available for the Playstation 3 console in 2012, was not created as a serious game with potential health benefits. Our pilot test is the first case report of a commercial game showing a potential effect in reducing depressive symptoms, which is consistent with the previous informal reports of users online.


2021 ◽  
pp. 263183182110311
Author(s):  
Adarsh Tripathi ◽  
Dhirendra Kumar ◽  
Sujita Kumar Kar ◽  
PK Dalal ◽  
Anil Nischal

Background: Erectile dysfunction (ED) is one of the most common psychosexual disorders in clinical practice, and it results in significant distress, interpersonal impairments, poor quality of life, and marital disharmony. However, there is limited research on ED in India. Therefore, this study aimed to assess the sociodemographic and clinical profile of patients presenting with ED. Method: Cross-sectional evaluation of patients with ED presenting to the psychosexual outpatient department (OPD) of psychiatry department in a tertiary care hospital was done on structured clinical pro forma, Mini-International Neuropsychiatric Interview, International Index of Erectile Function-5, Arizona Sexual Experience, Hamilton rating scale for depression, and Hamilton rating scale for anxiety. Results: The sample included 102 patients. The mean age was 33.38 years. The majority of the patients were married (81.4%), Hindu (82.4%), residing in a rural area (60.8%), and belonging to a nuclear family (62.7%). The majority of the patients had a moderate level of ED (50%) followed by mild-to-moderate ED (26.5%) and severe ED (23.5%). Premature ejaculation (46.1%) and depression (28.4%) were the most common sexual and psychiatric comorbidities. Obesity was common (62.7%), and only a minority had other metabolic dysfunction, namely dyslipidemia (7.8%), diabetes (5.9%), and hypertension (4.9%). Tobacco dependence and alcohol dependence were present in 37.3% and 6.9% cases, respectively. Conclusion: Young adults with moderate-to-severe ED were present for treatment at a tertiary center. Comorbidities of other sexual disorders, psychiatric disorders, and substance use are commonly encountered in such patients. Promotion of early help-seeking should be encouraged. Clinicians should thoroughly assess even the young patients for other sexual, psychiatric, and medical comorbidities.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document