scholarly journals A Survey of the Mosquito Species in Maxcanu, Yucatan, Mexico

2018 ◽  
Vol 34 (2) ◽  
pp. 128-130 ◽  
Author(s):  
Roger Cauich-Kumul ◽  
Juana María Coronado-Blanco ◽  
Jorge Ruiz-Ruiz ◽  
Maira Segura-Campos ◽  
Edgar Koyoc-Cardeña ◽  
...  

ABSTRACT A survey was carried out to identify the mosquitoes inhabiting human premises in the rural locality of Maxcanú, Yucatán, Mexico. Using the Centers for Disease Control and Prevention backpack aspirators, simple random sampling was carried out inside of 101 homes during the November 2013 rainy season. A total of 1,492 specimens were collected. Three subfamilies (Anophelinae, Culicinae, and Toxorhynchitinae) and 5 species were identified: Anopheles albimanus, Aedes aegypti, Culex interrogator, Limatus durhamii, and Toxorhynchites theobaldi. The most abundant species was Cx. interrogator (74%) followed by Ae. aegypti (25%). The Chao 1 and Bootstrap species richness estimator indicated that it was possible to collect 90% of the expected species. This is the 1st time that the presence of An. albimanus, Cx. interrogator, Li. durhamii, and Tx. theobaldi has been recorded in Maxcanú.

2020 ◽  
Vol 57 (6) ◽  
pp. 1913-1919
Author(s):  
Walter Santos de Araújo ◽  
Thallyta Maria Vieira ◽  
Guilherme Antunes de Souza ◽  
Isaque Clementino Bezerra ◽  
Paulo Henrique Costa Corgosinho ◽  
...  

Abstract Mosquitoes (Diptera: Culicidae) are one of the most important disease vector species in the world. Many species have a high degree of anthropophilia and are often found in human habitations. In the present study, we have inventoried the nocturnal mosquito assemblage in intra-, peri-, and extradomicile environments in four municipalities in Pará, Brazil. At each municipality, a residence was selected and the mosquitoes were sampled using the protected human attraction capture and Shannon trap methods in April (rainy season) and August 2018 (dry season). We have collected a total of 696 mosquito specimens belonging to 8 genera and 17 species. The most abundant species were Mansonia (Mansonoides) titillans (Walker) (366/696, 52.6%), Anopheles (Nyssorhynchus) albitarsis Lynch-Arribálzaga (97/696, 13.9%), and Culex (Culex) quinquefasciatus Say (93/696, 13.4%). Mosquito richness, abundance, and composition did not differ between intra-, peri-, and extradomicile environments suggesting limited habitat segregation among the different species. However, mosquito species richness and mosquito species abundance were significantly higher during the rainy season than during the dry season, suggesting increased mosquito activity during the rainy season. We detected several important vector species of human diseases including Aedes (Stegomyia) aegypti (Linnaeus), Anopheles (Nyssorhynchus) darlingi Root, Haemagogus (Conopostegus) leucocelaenus (Dyar and Shannon), Coquillettidia (Coquillettidia) venezuelensis (Theobald), and Culex (Culex) quinquefasciatus which are the main transmitters of dengue, malaria, yellow fever, mayaro, and oropouche fever, respectively. As inventories of disease-carrying mosquitoes in the region are very scarce, mainly in residential environments, our results suggest high potential for mosquito-borne disease transmission in Pará State.


2016 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 99
Author(s):  
Zrimurti Mappau ◽  
Siti Rahmah ◽  
Ridhayani Adiningsih

Aedes aegypti is a vector of dengue fever. Vector density may be effect of disease incidence because of the high density and highly resistant to increase of the disease. Larvae density in an area influenced by availabiloty of kontainers. The objective of this study to determine of larvae density of Aedes aegypti mosquito in endemic and non endemic area in Mamuju District based on House Index value, Kontainer Index value, Breteau Index value, and Density Figure level. We did observasional study with cross sectional by collected data and observation to larvae density of Aedes aegypti in its kontainers. Sample size determination using simple random sampling Lemeshow formula as much as 340 in endemic area and 295 in non endemic area. Based on density figure level, endemic and non endemic area included in average category so that area potential for the occurance of infection.


2019 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
Author(s):  
Nur Fauziah ◽  
Umi Rahayu ◽  
Imam Thohari

Tindakan pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan dengan pengendalian terhadap vektor melalui pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti yang dapat dikombinasikan dengan perilaku menguras, menutup dan mengubur (3M) sehingga akan menjadi lebih efektif dalam mencegah penyakit DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keberadaan kontainer dengan perilaku 3M (menguras, mengubur, menutup) penghuni terhadap kejadian penyakit DBD.Jenis penelitian ini adalah penelitian Analitik dengan menggunakan studi Case Control dan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tenggilis dengan besar sampel sebanyak 20 rumah penderita DBD tahun 2016 dan 20 rumah kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling yang kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi binary logistic dengan derajat kesalahan (α) sebesar 0,05.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, variabel yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Tenggilis adalah Sikap (p value : 0,013<0,05) dan Tindakan (p value : 0,027<0,05)  terkait 3M serta Keberadaan Kontainer (p value : 0,038<0,05). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue adalah Pengetahuan terkait 3M (p value : 0.376>0,05). Variabel yang paling mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue adalah Sikap responden terkait 3M.Hendaknya masyarakat meningkatakan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan dan kesadaran akan pentingnya menguras bak mandi secara rutin. Sedangkan bagi instansi Puskesmas dapat lebih sering memberikan edukasi dan informasi terkait penyakit demam berdarah dengue  kepada masyarakat. Kata kunci : DBD, Kontainer, 3M


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Heru Listiono ◽  
Leni Novianti

Latar belakang: Tempat perkembangbiakan utama bagi nyamuk Aedes aegypti adalah kontainer. Ada tidaknya jentik nyamuk Aedes aegypti dalam suatu kontainer dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: jenis kontainer, letak kontainer, warna kontainer, kondisi tutup kontainer, adanya ikan pemakan jentik, volume kontainer, kegiatan pengurasan kontainer dan kegiatan abatisasi. Tujuan: penelitian ini ingin mengetahui hubungan jenis kontainer, letak kontainer, warna kontainer dan kondisi tutup kontainer dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Metode: Penelitian ini merupakan survei analitik dengan desain penelitian cross sectional, penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas Sako Kota Palembang, sampel penelitian berjumlah 73 rumah, melalui simple random sampling, analisis univariat (proporsi), bivariat (uji chi square) dan multivariat (regresi logistik). Hasil: Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis kontainer (p value:0,011), letak kontainer (p value:0,001) dan kondisi tutup kontainer (p vaue:0,013) memiliki hubungan signifikan dengan keberadaan jentik jentik nyamuk Aedes aegypti, sedangkan warna kontainer ( p value:0,135) tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap keberadaan jentik jentik nyamuk Aedes aegypti. Saran: Perlunya meningkatkan kegiatan sanitasi lingkungan khususnya ditujukan pada pemutusan rantai perkembangbiakan jentik dan nyamuk Aedes aegypti, misalnya dengan penggunaan abate,  kegiatan 3 M (menguras dan menutup tempat penampungan air serta mengubur kaleng bekas) serta pemeliharaan ikan tempalo. Kata kunci: Karakteristik Kontainer, Jentik Nyamuk Aedes aegypti.


Insects ◽  
2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 113
Author(s):  
Chystrie A. Rigg ◽  
Milixa Perea ◽  
Kadir González ◽  
Azael Saldaña ◽  
José E. Calzada ◽  
...  

Cutaneous Leishmaniasis transmission in the New World is observed in areas with rich sand fly species’ faunas. The diversity and composition of sand fly species can change in response to seasonal weather and land use changes. Here, we present results from a two-year-long study where we collected, using Centers for Disease Control (CDC) light traps, sand flies from two rural areas, Las Pavas (LP) and Trinidad de las Minas (T) in western Panamá. Over 710 trap-nights, we collected 16,156 sand flies from 15 genera and 35 species. We identified 34 species in T, and the most abundant species collected was Nyssomyia trapidoi (Fairchild and Hertig, 1952) (n = 2278, 37%), followed by Psychodopygus panamensis (Shannon, 1926) (n = 1112, 18%), and Trichopygomyia triramula (Fairchild and Hertig, 1952) (n = 1063, 17%). In LP, we identified 26 species, and the most abundant species collected were Ty. triramula (n = 4729, 48%), and Ps. panamensis (n = 3444, 35%). We estimated a higher species’ richness in T (Chao2 ± S.E.: 36.58 ± 3.84) than in LP (27.49 ± 2.28). In T, species’ richness was significantly higher in the rainy season, but no seasonal differences were observed in LP. Species’ assemblages were nested in the two areas. Phlebotomine sand fly species’ abundance increased at the two sites during the rainy season. Our data suggest that seasonality is more important than land use as a factor driving sand fly species’ diversity at the studied sites.


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 93-104
Author(s):  
Prabawati Sinta

Kejadian DBD di seluruh dunia dilaporkan oleh WHO dengan jumlah sebanyak 500.000 penderita dan 22.000 kematian. Wilayah kerja Puskesmas Gambirsari menempati urutan tertinggi kejadian DBD di Surakarta. Gerakan 3M plus merupakan upaya agar kejadian DBD menurun. Tujuan untuk mengetahui hubungan perilaku 3M plus masyarakat dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Gambirsari Surakarta. Menggunakan desain observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gambirsari Surakarta (RT 09 RW 20 Kelurahan Kadipiro) sebanyak 213 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 138 orang dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan cara mengundi anggota populasi. Responden yang berperilaku 3M plus masyarakat yaitu sebesar 81,2% (112 orang) dan yang mengalami kejadian DBD yaitu sebesar 5,8% (8 orang). Hasil uji Spearman diperoleh nilai p-value = 0,000 dan rs = 0,515. Ada hubungan perilaku 3M plus masyarakat dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Gambirsari Surakarta.Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam menanggulangi DBD adalah gerakan 3M plus masyarakat yaitu menguras, menutup, mengubur plus melakukan langkah lain yang dapat memberantas perkembangbiakkan nyamuk. Oleh karena itu, diharapkan kepada masyarakat untuk meningkatkan perilaku 3M plus masyarakat untuk mengurangi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.


Biomedika ◽  
2019 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
Author(s):  
Tri Mulyowati

Jumlah kasus DBD di Kota Solo selalu meningkat, tahun 2016 sekitar 751 kasus dan 15 orang meninggal. daerah endemis demam berdarah di Solo cukup besar,diantaranya yang termasuk daerah endemis adalah kelurahan Mojosongo. Berdasarkan laporan pengamatan penyakit dari Puskesmas selama tahun 2016 ditemukan kasus sebanyak 751 yang tersebar di 17 wilayah Puskesmas jumlah kasus terbanyak di wilayah Gambirsari 206 kasus , wilayah Puskesmas Sibela 133 Kasus, , Tindakan pengendalian vektor diantaranya melakukan promosi tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah melalui kegiatan JUSE (Jumat Sehat), Musyawarah Masyarakat Desa di Semua Kelurahan sampai tingkat RW , Pemberantasan Sarang Nyamuk, Pemantauan Jentik Berkala, Larvasidasi selektif. Angka bebas Jentik dilakukan dengan pemeriksaan tempat perkembangbiakan di dalam dan di luar rumah dari100 rumah yang terdapat di daerah pemeriksaan. Indikator yang digunakan diantaranya House index, Container index dan Breteu index (Agoes dan Natadisastra, 2009). Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional pengambilan sampel menggunakan simple random sampling Metode yang digunakan adalah survey jentik dengan Metode single larva dan Metode Visual, setelah dilakukan survei dengan metode diatas, pada survei jentik nyamuk Aedes aegypti akan dilanjutkan dengan pemeriksaan House Index, Countainer index dan Breteu indek dan dihitung Angka Bebas jentik Aedes sp. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah di lakukan dapat disimpulkan bahwa House index sebelum pemberian tanaman repelent sebesar 6 % dan House index sesudah pemberian tanaman sebesar 4 %, Countainer index sebelum pemberian tanaman repelent sebesar 1,4% dan Countainer index sesudah pemberian tanaman repelent sebesar 1,1,%, Breteu index sebelum pemberian tanaman repelent sebesar 7% dan Breteu index sesudah pemberian tanaman repelent sebesar 5%, Angka bebas jentik Aedes sebelum pemberian tanaman repelent sebesar 93% dan sesudah pemberian tanaman repelent sebesar 96 %.Kata kunci: Angka Bebas Jentik Aedes sp, endemis DBD


2020 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 519
Author(s):  
Rizkia Fortuna Utami ◽  
Agus Hudoyo ◽  
Achdiansyah Soelaiman

The objectives of this study are to analyze the standard cost and the income of corn farming in Adiluwih District, Pringsewu Regency. Respondents are corn farmers chosen by using simple random sampling method.  Data were collected by interviewing the respondents on the corn farming in the Rainy Season (RS) 2016/2017 and the Dry Season (DS) 2017. The data were analyzed by using the economic and financial analysis. The average corn productivities were 2.84 ton/ha in RS 2016/2017 and 2.75 ton/ha in DS 2017. The average standard costs for producing corn was IDR2,927/kg and its 95% confidence interval was IDR2,168/kg – IDR3,686/kg.  The average net income over its cash costs was IDR5.73 million/ha, the same amount in RS 2016/2017 and in DS 2017.  The net income over its total cost was IDR3.57 million/ha in RS 2016/2017 and also in DS 2017 Key words: confidence interval, corn, income, standard cost


2019 ◽  
Vol 15 (3) ◽  
pp. 302
Author(s):  
Nuning Irnawulan Ishak ◽  
Kasman Kasman ◽  
Chandra Chandra

Berbagai dampak negatif penggunaan larvasida kimia mendorong penelitian mengenai larvasida alami salah satunya adalah ekstrak limau kuit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak kulit limau kuit sebagai larvasida alami terhadap kematian larva Aedes aegypti. Penelitian ini menggunakan desain true experiment dengan rancangan post test only control group. Objek penelitian adalah ekstrak kulit buah limau kuit. Besar sampel penelitian adalah 450 ekor jentik instar III dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling dan diberi perlakuan dengan berbagai konsentrasi ekstrak kulit limau kuit (2ml/100ml, 3ml/100ml, 4ml/100ml, dan 5ml/100 ml) selama 10 jam. Kontrol positif menggunakan abate 0,01 gr/100ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kelompok perlakuan dapat mematikan 100% larva. Pada konsentrasi 4,0 ml/100ml dan 5,0 ml/100ml mengalami kematian 100% setelah 6 jam pengukuran dan kelompok kontrol positif mengalami kematian 100% setelah 4 jam pengukuran. Analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis dan analisis probit. Hasil analisis probit menunjukkan bahwa nilai LT50 konsentrasi 5,0% adalah 2,58 jam dan nilai LT99 adalah 5,86 jam. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara signifikan (p>0,05) rerata kematian jentik antar kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Pemberian ekstrak kulit buah limau kuit dapat menjadi alternatif larvasida alami yang dapat digunakan masyarakat


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 53-61
Author(s):  
Tusy Triwahyuni ◽  
Ismalia Husna ◽  
Devita Febriani ◽  
Kukuh Bangsawan

Latar Belakang : Mengendalikan nyamuk penyebab DBD ialah dengan mengendalikan lingkungan terlebih dahulu. Yaitu melalui pengendalian habitat larva pada kontainer air. Keberadaan jentik Aedes aegypti dalam kontainer dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jenis kontainer dan bahan container. Tujuan Penelitian : Mengetahui Hubungan Jenis Kontainer dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Wilayah Kerja Puskesmas Way Kandis Bandar Lampung. Metode Penelitian : Menggunakan rancangan analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling. Dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner dan lembar observasi di wilayah kerja Puskesmas Way Kandis Bandar Lampung selanjutnya dianalisis dengan uji spearman dan uji Chi-Square. Hasil Penelitian : Hasil uji Spearman diperoleh p=0,704 yang berarti tidak ada hubungan antara jenis kontainer dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Hasil uji Chi-square diperoleh yang berarti ada hubungan antara bahan kontainer dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Hasil uji Chi-square diperoleh p=0,002 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara penutup kontainer dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Hasil uji Chi-square diperoleh p=0,430 yang berarti tidak ada hubungan antara jumlah kontainer dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Kesimpulan : Hasil akhir menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kontainer dengan keberadaan jentik Aedes aegypti, tidak ada hubungan antara bahan kontainer dengan keberadaan jentik Aedes aegypti, ada hubungan yang signifikan antara penutup kontainer dengan keberadaan jentik Aedes aegypti, dan tidak ada hubungan antara jumlah kontainer dengan keberadaan jentik Aedes aegypti.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document