scholarly journals The Affect of Obstretic and Maternal Nutrition History to Criminal Behaviour in Children : A Case- Control Study

Author(s):  
Aria Wibawa ◽  
Iqra Anugerah

Objective: To determine the relationship between obstetric history and maternal nutrition factors to the incidence of crime in children.Methods: This study was an observational analytic study using a case-control method. The subject of this research is the mother of a child criminal offender in Tangerang Juvenile Detention Center who was recruited using a consecutive sampling method. Sampling was conducted in January 2016 to March 2019. Nutrition history data were obtained using an Indonesian version of the Food Frequency Questionnaire.Result : There were 56 mothers of child offenders who met the study inclusion criteria and 38 subjects as controls. A significant obstetric history of violent crime in children is parity (p = 0.006), place of pregnancy control (p <0.001), birth attendants (p <0.001), and place of delivery (p <0.001). A history of nutritional adequacy that was significant for violent crime was fiber (p = 0.012), folic acid (p = 0.033), vitamin B1 (p = 0.046), vitamin B2 (p = 0.013), vitamin B6 (p <0.001), and vitamin C (p <0.001).Conclusion: Obstetric history and maternal nutrition factors influence the incidence of crime in children. Further study about this topic should be done using retrospective cohort method spanning a larger period of time.Keywords: child crime, maternal nutrition,  obstetric history. Abstrak Tujuan: Mengetahui hubungan faktor riwayat obstetri dan nutrisi maternal terhadap kejadian kriminalitas pada anak.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode case control. Kelompok kasus penelitian ini merupakan ibu dari anak pelaku pidana di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tangerang, sementara kelompok kontrol merupakan ibu dari anak dengan usia remaja bukan pelaku pidana yang berkunjung ke  Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSCM menggunakan metode consecutive sampling pada Januari 2016 hingga Maret 2019. Data yang dikumpulkan berupa riwayat obstetrik melalui wawancara dan riwayat nutrisi yang didapatkan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire versi Bahasa Indonesia. Data numerik dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan atau Mann Whitney U, sementara data kategorik dianalisis menggunakan uji Chi square atau Fisher.Hasil: Didapatkan sebanyak 56 subyek ibu dari anak pelaku pidana yang memenuhi kriteria inklusi penelitian dan 38 subyek sebagai kontrol. Riwayat obstetri yang berperan terhadap kejadian kriminalitas pada anak adalah paritas (p = 0,006), tempat kontrol kehamilan (p < 0,001), penolong persalinan (p < 0,001), dan tempat bersalin (p < 0,001). Riwayat kecukupan nutrisi yang bermakna terhadap kejadian kriminalitas adalah serat (p = 0,012), asam folat (p = 0,033), vitamin B1 (p = 0,046), vitamin B2 (p = 0,013), vitamin B6 (p < 0,001), dan vitamin C (p < 0,001).Kesimpulan Faktor riwayat obstetrik dan riwayat nutrisi maternal memiliki pengaruh terhadap perilaku kriminal pada anak. Sebaiknya penelitian selanjutnya dilakukan menggunakan metode kohort dengan jangka waktu yang lebih panjang.Kata kunci:, nutrisi maternal, kriminalitas anak, riwayat obstetrik.

2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 107-114
Author(s):  
Agnes Kalpita Furi ◽  
Aryu Candra ◽  
Ayu Rahadiyanti

Latar Belakang : Tonsilitis adalah salah satu penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas (ISPA) yang sering terjadi pada balita. Defisiensi seng dan vitamin C mempengaruhi kejadian tonsilitis terkait fungsi dalam sistem imun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asupan seng dan vitamin C dengan kejadian tonsilitis pada balita. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian case control. Subjek balita usia 2-5 tahun sebanyak 50 subjek terdiri dari 25 subjek kasus dan 25 subjek kontrol diambil dengan teknik consecutive sampling. Penentuan subjek mengalami tonsilitis atau tidak dilakukan dengan diagnosis dokter melalui pemeriksaan tonsil. Data yang dikumpulkan meliputi riwayat asupan seng dan vitamin C diambil menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ), identitas subjek dan orangtua/pengasuh, data hygiene mulut, dan data kebiasaan makan dengan wawancara langsung. Analisis data dengan uji Chi-square, Fisher’s Exact, Mann Whitney, dan Independent T.Hasil : Status gizi subjek sebagian besar tergolong normal berdasarkan BB/TB, BB/U, maupun TB/U. Sebanyak 56% subjek kelompok kasus memiliki kebiasaan makan yang berisiko dan 100% subjek pada kelompok kasus memiliki hygiene mulut yang kurang baik. Subjek kasus memiliki riwayat asupan seng yang kurang sebanyak 52% dan riwayat asupan vitamin C yang kurang sebanyak 80%. Riwayat asupan seng memiliki hubungan dengan kejadian tonsilitis (p<0,05), sedangkan riwayat asupan vitamin C tidak terdapat hubungan dengan kejadian tonsilitis (p>0,05).Kesimpulan : Risiko tonsilitis pada subjek dengan riwayat asupan seng kurang dari kebutuhan 4,3 kali lebih besar dibandingkan subjek dengan riwayat asupan seng cukup. 


Author(s):  
А.К. ГОРЕЛКИНА ◽  
И.В. ТИМОЩУК ◽  
Н.С. БАГДОНАС

Изучена стойкость нутриентов молокосырья – белков, лактозы, витаминов С и группы В, используемого в производстве сывороточных напитков в присутствии приоритетных органических контаминантов – трихлорэтилена, хлороформа и дихлорэтана, которые обладают токсическим и канцерогенным действием и образуются при хлорировании в процессе водоподготовки в воде, применяемой для производства восстановленных и рекомбинированных молочных продуктов. Содержание белков, лактозы в восстановленной сыворотке определяли методом рефрактометрии; водорастворимых витаминов – методом капиллярного электрофореза; хлороформа, трихлорэтилена и дихлорэтана – методом газожидкостной хроматографии. Установлено, что хлороформ в воде не оказывает влияния на сохранность лактозы, белков и витаминов при приготовлении восстановленной сыворотки. Отмечено снижение содержания белков сыворотки, приготовленной на воде в присутствии трихлорэтилена и дихлорэтана, на 11%, лактозы – на 32% в сравнении с контрольными образцами, произведенными на воде без органических контаминантов. Содержание витаминов в восстановленной молочной сыворотке в присутствии трихлорэтилена снизилось: С – на 19%, В1 – на 28%, В2 – на 53%, В6 – на 8%; для дихлорэтана содержание витаминов снизилось: С – на 17%, В1 – на 36%, В2 – на 38%, В6 – на 36% в сравнении с контрольными образцами без органических примесей. Теоретически обоснован механизм взаимодействия белков, лактозы, витаминов восстановленной сыворотки с трихлорэтиленом и дихлорэтаном. Предложено для предотвращения снижения качества готового продукта воду, используемую для производства сывороточных напитков, подвергать дополнительной очистке от галогенорганических контаминантов. The stability of milk raw materials’ nutrients – proteins, lactose, vitamins C and B used in the production of whey beverages in the presence of priority organic contaminants – trichloroethylene, chloroform and dichloroethane, which have a toxic and carcinogenic effect and are formed during chlorination during water treatment in water used for the production of reduced and recombined dairy products was studied. The content of proteins and lactose in the reduced serum was determined by refractometry; water-soluble vitamins – by capillary electrophoresis; chloroform, trichloroethylene and dichloroethane – by gas-liquid chromatography. It was found that chloroform in water does not affect the safety of lactose, proteins and vitamins in the preparation of reduced whey. There was a decrease in the content of serum proteins prepared in water in the presence of trichloroethylene and dichloroethane by 11%, and lactose – by 32% in comparison with control samples produced in water without organic contaminants. Vitamin C content in the recovered whey in the presence of trichloroethylene has declined by 19%, vitamin B1 – 28%, vitamin B2 – 53%, vitamin B6 – 8%; for dichloroethane content of vitamin C decreased by 17%, vitamin B1 – 36%, vitamin B2 – 38%, vitamin B6 – 36% in comparison with control samples without organic impurity. The mechanism of interaction of proteins, lactose, and reduced serum vitamins with trichloroethylene and dichloroethane is theoretically justified. Therefore, to prevent a decrease in the quality of the finished product, the water used for the production of whey beverages must first be subjected to additional purification from organohalogen contaminants.


2018 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 45-52
Author(s):  
Ari Tri Astuti ◽  
Septriana Septriana

Latar belakang: Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialis memerlukan monitoring dan evaluasi asupan makan secara rutin. Rendahnya monitoring dan evaluasi pada asupan dapat berpengaruh pada status gizi dan kualitas hidup pasien. Tujuan: Mengetahui gambaran asupan energi, zat gizi makro, dan zat gizi mikro pada pasien hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pemilihan subjek penelitian menggunakan purposive sampling (n=30). Data asupan diambil dengan food recall 24 jam selama 3 hari. Hasil : Rerata asupan pada responden adalah : energi 1149,34±401,09 kcal (23,15±7,39 kcal/kgBB/hari); karbohidrat 143,55±43,46 g, protein 39,38±16,53 g (0,79±0,32 g/kgBB/hari); dan lemak 49,01±26,82 g. Rerata asupan vitamin B1 adalah 0,38±0,14 mg; vitamin B2 0,49±0,24 mg; vitamin B6 0,64±0,25 mg; asam folat 0,68±0,94 mg; vitamin C 24,08±21,01 mg; dan vitamin A 397,31±536,14 μg. Rerata asupan natrium natrium 22,45±220,23 mg; kalium 1714,01±1153,91 mg ( 36,64±27,40 mg/kgBB/hari); kalsium 301,13±173,23 mg; dan fosfor 544,94±193,08 mg. Kesimpulan : Rerata asupan energi, zat gizi makro, dan vitamin pada pasien hemodialis di RSUD Panembahan Senopati Bantul masih kurang dari rekomendasi, sedangkan asupan natrium, kalsium, dan fosfor sesuai dengan rekomendasi Perhimpunan Nefrologi Indonesia.


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 18-25
Author(s):  
Diane Paparang ◽  
Nurpudji A. Taslim ◽  
Haerani Rasyid ◽  
A. Yasmin Syauki

Pendahuluan Proses penyembuhan luka post amputasi dan luka bakar dengan luas 25% dan kedalaman derajat III serta hipoalbuminemia sedang (albumin 2,6g/dL) dan status gizi kurang memerlukan terapi gizi spesifik tinggi protein. Laporan Kasus Tn.I, laki-laki, 28 tahun dikonsul oleh bagian bedah dengan luka post amputasi dan  luka bakar listrik derajat III luas 25%. Keluhan utama asupan makan kurang sejak 16 hari terakhir karena nafsu makan kurang akibat nyeri pada luka post amputasi dan luka bakar. Ada nyeri ulu hati dan demam menggigil. Asupan 24 jam 1000kkal. Pasien didiagnosis dengan status gizi kurang (LLA=80,7%), status metabolik anemia normositik normokrom (Hb 9.7 g/dl), deplesi sedang sistem imun (TLC 940/µL), hipoalbuminemia (albumin 2,6g/dL) dan status gastrointestinal fungsional. Terapi nutrisi dengan energi 2500 kkal, protein 2 gr/kgBBI/hari (23%), karbohidrat 57% dan lemak 20 %, melalui oral berupa makanan biasa 1250 kkal, ONS glutamine 2.5g/hari, suplementasi 6 butir putih telur (protein 31,5g/hari), vitamin C 1g/24jam, vitamin A 6.000IU/12jam, vitamin B1-100mg, vitamin B6-200mg, vitamin B12-200mg, Zinc 50mg/24jam, selenium 55µg, Curcuma 400mg/8jam dan ekstrak ikan gabus 2 kapsul/8 jam. Setelah perawatan 30 hari, terjadi perbaikan dalam penyembuhan luka, peningkatan LLA menjadi 23,5cm, peningkatan hemoglobin 9.3g/dl, peningkatan sistem imun (TLC 2064/µL), peningkatan albumin 3.9g/dL. Kesimpulan Terapi nutrisi spesifik dengan protein 2 gr/kgBBI dapat meningkatkan kadar albumin dan mempercepat penyembuhan luka pada pasien luka bakar.


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 7
Author(s):  
Asif Yuliati ◽  
Ariawan Soejoenoes ◽  
Ari Suwondo ◽  
Anies Anies ◽  
Martha Irene Kartasurya

Background: Postpartum hemorrhage (PPH) remains a leading cause of maternal morbidity and mortality in both developed and developing countries. To prevent postpartum hemorrhage, knowledge of the risk factors were needed.Method: Methos of the research is a case control study. Study population were hospitalized mothers who delivered in three hospitals on January 2015 – July 2016. The subjects were 55 patients who suffered from PPH (as cases) and 55 patients who were not suffered from PPH (as control). Sampling method for cases was consecutive sampling and purposive for controls. Data were analysed by Odds Ratio calculation and logistic regression.Results: The risks factor significantly for PPH are midwife as birth attendant (OR=7.10; 95% CI 2.2 –22.81; p=0.001), poor of obstetric history (OR=5.37; 95%CI 1.53–18.86; p=0.009), pregnancy interval (< 2 years or > 5 years) (OR =4.04; 95%CI 1.48 –11.07; p= 0,007), anaemia trimester III (OR =3,58; 95%CI 1.23-10.43; p=0.019), history of abortion (OR=4.93; 95% CI 1.20-20.31; p=0,027).Conclusion: The risk factors for PPH were midwife as birth attendant, poor of obstetric history, pregnancy interval (<2 years and >5 years), anaemia trimester III, and history of abortion.


2018 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 101
Author(s):  
Siska Rian Pratiwi ◽  
Amelia Lorensia ◽  
Rivan Virlando Suryadinata

Asap rokok merupakan salah satu sumber radikal bebas eksogen yang dapat menyebabkan kerusakan sel yang mengakibatkan penurunan fungsi paru. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat menghambat aktivitas senyawa oksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kondisi fungsi paru, asupan vitamin C, asupan vitamin E pada perokok aktif dan non perokok, serta pengaruh asupan Vitamin C dan E terhadap kondisi fungsi paru. Desain penelitian yang digunakan adalah case control. Variabel yang diukur meliputi asupan vitamin C dan E dengan semi quantitative-food frequency questionnaire (SQ-FFQ) serta kondisi fungsi paru dengan handheld spirometer. Sampel penelitian ini terdiri dari 63 sampel perokok dan 63 sampel non perokok. Hasil uji menunjukkan fungsi paru pada perokok dan non perokok berbeda signifikan (p=0,00). Asupan vitamin C (p=0,00) dan E (p=0,029) pada perokok aktif dan non perokok juga menunjukkan hasil yang berbeda signifikan.Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh asupan vitamin C (r=0,63) dan vitamin E (r=0,22) terhadap kondisi fungsi paru. Terdapat perbedaan asupan vitamin C,E, dan fungsi paru pada perokok dan non perokok, serta adanya pengaruh asupan vitamin C dan E terhadap fungsi paru.


1982 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 37
Author(s):  
Eunice Maria Maffini Antoniazzi ◽  
Maria Elisabeth do Canto Vinadé

In this work the main analytical parameters for a spectrophotometric method of amino-acid analysis were determined.The Ringbom curve for L (+) Arginin (550 nm), L (-) Asparing (547 mn) and L (+) Lysin (547 mn) determination with o-diacetylbenzene showed different values for concentrations.The best rang of concentration was: L (+) Arginin 150 to 500µg/ml with a relative error of 5.26%; L (-) Asparagin 40 to 200µg/ml with relative error 1.43%; L (+) Lysin 8 to 44µg/ml with a relative error of 0.18%.Among the different compounds studied, it was observed the absorptions of the tiamin cloride (Vitamin B1), riboflavin choride (Vitamin B2), piridoxin cloride (Vitamin B6), carnitin, buclisin, folic acid and nicotinamide and that this compound in presence of o-diacetylbenzene do not interfere with the absorptions of the amino-acids L (+) Arginin, L (-) Asparagin and L (+) Lysin during their determination. On the other hand, the absorption of the compounds cianocobalamin and ɤ aminbutiric acid or the absorptions of these compounds in presence of o-diacetylbenzene interfere with absorptions of the aminoacids studied.The absorption spectra of these three pharmaceutical drugs was obtained with o-diacetylbenzene and we found out the possibility of their direct determination by the method described.


2021 ◽  
Vol 2021 ◽  
pp. 1-5
Author(s):  
Lin Yang ◽  
Chen Yang ◽  
Fumin Chi ◽  
Xuedong Gu ◽  
Yahui Zhu

In this study, the content of vitamins and of toxic and beneficial (macro- and micro-) minerals in milk from yaks raised at different altitudes (3,215, 4,340, and 5,410 m) was investigated. For comparison, the components in cow’s milk were also measured. At higher altitudes, a significant ( P < 0.05 ) increase in vitamin A and vitamin E was observed in the yak’s milk, whereas the opposite was observed for vitamin B1 and vitamin B2. No significant statistical difference in vitamin C, Ca, P, Na, K, and Mg concentrations was observed in milk from yaks raised at different altitudes. The concentrations of Zn in milk from yaks raised at different altitudes showed no statistical difference, whereas the Mn and Fe concentrations in milk from yaks raised at 3,215 m were lower than those raised at higher altitudes. The concentrations of Pb and Cd in yak’s milk did not exceed the maximum permissible concentrations (Codex Alimentarius Commission), whereas their concentrations were higher in milk from yaks raised at 3,215 m than at higher altitudes. These findings indicated that the contents of vitamins and minerals in yak milk varied in different altitudes.


2015 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 259-263
Author(s):  
Erizka Marwita Triyonate ◽  
Apoina Kartini

Latar Belakang : Salah satu masalah gizi yang biasa dialami wanita dewasa adalah anemia. Anemia dapat disebabkan oleh asupan zat gizi yang kurang maupun karena obesitas. Obesitas berkaitan dengan anemia karena penimpunan lemak di jaringan adiposa dapat menurunkan penyerapan zat besi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor determinan anemia pada wanita dewasa usia 23-35 tahun. Metode : Penelitian dilakukan di RW 03,04, dan 05 Kelurahan Ngaliyan Semarang dengan desain penelitian cross-sectional. Subjek 62 wanita dewasa usia 23-35 tahun yang dipilih secara consecutive sampling. Kadar hemoglobin diukur menggunakan metode Cyanmethemoglobin, pengukuran berat badan dengan  menggunakan timbangan injak digital dan tinggi badan menggunakan microtoise. Asupan protein, iron, vitamin C, vitamin B12, folat dan seng diperoleh dengan metode FFQ (Food Frequency  Questionaire) Semi Kuantitatif  kemudian dihitung dengan nutrisoft. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi.Hasil : Responden yang  obesitas sebanyak 31 orang (50%),  dan terdapat kejadian anemia sebanyak 9,7% . Sebanyak 40,3% wanita dewasa yang asupan folat kurang dari kebutuhan, sedangkan asupan protein, vitamin C, vitamin B12, folat, besi dan seng sebagian besar sudah dalam kategori cukup. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada korelasi bermakna antara status gizi menurut IMT , asupan protein, vitamin C, folat, vitamin B12, dan seng dengan kejadian anemia pada wanita dewasa (p= > 0,05). Ada korelasi yang bermakna antara asupan zat besi dengan kejadian anemia (p < 0,05). Simpulan : asupan zat besi merupakan faktor determinan anemia pada wanita dewasa usia 23-35 tahun


2014 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 612-619
Author(s):  
Lidiyawati Lidiyawati ◽  
Apoina Kartini

Latar belakang. : Risiko hipertensi pada wanita akan meningkat setelah mengalami menopasue yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti penurunan produksi hormon esterogen dan asupan zat gizi termasuk asupan natrium dan juga lemak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan asam lemak jenuh (SFA), asam lemak tidak jenuh (MUFA,PUFA) dan natrium dengan kejadian hipertensi pada wanita menopause.Metode : Penelitian observasional dengan desain case-control yang melibatkan 68 wanita menopause usia 46-60 tahun (kasus=34, kontrol=34) di Bojongsalaman, Semarang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Kejadian hipertensi diindetifikasi dari pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer. Asupan SFA, MUFA, PUFA, natrium diperoleh melalui wawancara dengan Food Frequency Questionaire (FFQ) semikuantitatif. Analisis bivariat menggunakan uji chi square. Hasil : Subyek pada kelompok kasus yang memiliki asupan asam lemak jenuh dan natrium berlebih masing-masing sebesar 94,1% dan 88,2 %. Sebagian besar subyek pada kedua kelompok memiliki asupan PUFA yang baik sedangkan asupan MUFA pada kedua kelompok termasuk kurang. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa asupan SFA berhubungan dengan kejadian hipertensi (p=0,02, OR=5,76, CI=1,141-29,078) sedangkan asupan MUFA, PUFA, natrium tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi (p>0,05). Kesimpulan : Asupan zat gizi yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada wanita menopause adalah asam lemak jenuh (SFA), sedangkan asupan asam lemak tidak jenuh (MUFA, PUFA) dan natrium dalam penelitian ini tidak berhasil membuktikan adanya hubungan dengan kejadian hipertensi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document