scholarly journals Pengontrolan Diet Pasien Yang Didiagnosis Dengan Diabetes Mellitus Sebagai Dasar Program Konseling

2020 ◽  
pp. 28-37
Author(s):  
Amriati Mutmainna

Kondisi kesehatan seseorang yang mengalami diabetes mellitus akan dialami seumur hidup oleh pasien yang menderita diabetes mellitus yang serius dimana terjadi ketika jumlah glukosa dalam darah terlalu tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah analisis faktor yang mempengaruhi penilaian kontrol diet pasien dengan diabetes mellitus untuk mengusulkan program konseling. Desain penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. 72 responden diambil sebagai subjek dalam penelitian ini. Frekuensi, persentase, nilai rata-rata, dan uji chi-square digunakan untuk mengolah data kuantitatif pada penelitian ini. Peringkat penilaian untuk pengontrolan diet dalam penelitian ini berkisar dari derajat sangat tinggi, derajat tinggi, derajat sedang, hingga derajat rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pengontrolan diet menurut usia, jenis kelamin, dan riwayat merokok. Namun, ada perbedaan yang signifikan pada pengontrolan diet responden ketika dikelompokkan sesuai dengan kadar gula darah dan indeks massa tubuh. Penilaian kontrol makanan ini melalui Diabetes Mellitus Self-Management Questionnaire (DSMQ) dengan melihat pengontrolan dietnya, maka dianggap sebagai pendekatan yang efektif untuk mengatasi berbagai kondisi pasien diabetes mellitus melalui program konseling. Kesimpulan penelitian bahwa perilaku pengontrolan diet dari responden memiliki pengaruh pada kadar gula darah. Disarankan agar pasien diabetes mellitus mengontrol makanan karena dapat membantu pasien untuk mengontrol gula darah dalam batas normal.

2019 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 38-45
Author(s):  
Helena Wadja ◽  
Hamidah Rahman ◽  
Nani Supriyatni

Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia pada abad ke-21. Jumlah penderita DM mencapai 422 juta orang di dunia pada tahun 2014. Sebagian besar dari penderita tersebut berada di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki jumlah penderita yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, tingkat stres, dan durasi tidur terhadap kejadian Diabetes Mellitus. Metode penelitian dengan menggunakan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah  pasien yang datang memeriksakan kadar gula darah di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun 2018. Jumlah sampel 95 orang yang diambil dengan cara accidental sampling. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus adalah tingkat stres dengan p-value = 0,037 ( <0,1 ) dan durasi tidur dengan p-value = 0,025 ( <0,1 ), sedangkan yang tidak berhubungan adalah tingkat pengetahuan dengan p-value = 0,709 ( >0,1 ). Oleh karena itu, disarankan kepada petugas kesehatan lebih meningkkatkan lagi  informasi kepada masyarakat tentang penyakit Diabetes Mellitus, agar masyarakat lebih tahu tentang penyakit Diabetes Mellitus.


2019 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 104-108
Author(s):  
Syaifuddin Zaenal ◽  
Hardiyanti Ahmad ◽  
St. Saedah

Pengetahuan adalah suatu proses mengingat dan mengenal kembali objek yang telah dipelajari melalui panca indra pada suatu bidang tertentu secara baik. Pola makan yang keliru dan sembarangan menjadi salah satu faktor yang memicu munculnya penyakit diabetes melitus.Diantaranya mengkomsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung glukosa atau gula. Aktivitas fisik berdampak terhadap aksi insulin pada orang yang berisiko DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pola makan, aktivitas fisik dengan kestabilan gula darah pada penderita diabetes melitus pada penderita diabetes mellitus di puskesmas Binamu Kota kab.Jeneponto Penelitian ini bersifat survey analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional study menggunakan desain uji Chi-Square dengan interval kemaknaan α = 0,05 sampel sebanyak 35 orang yang di dapatkan dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian diperoleh hubungan pengetahuan (ρ = 0,036), pola makan (ρ = 0,045), dan aktivitas fisik (ρ = 0,035) terhadap kestabilan gula darah penderita diabetes melitus. Menunjukkan hungan yang signifikan antara pengetahuan, pola makan, aktivitas fisik dengan kestabilan gula dara pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Binamu Kota Kab. Jeneponto.


2017 ◽  
Vol 33 (4) ◽  
pp. 167
Author(s):  
Nine Luthansa ◽  
Dibyo Pramono

Body mass index and incidence of diabetes mellitus in adult population in Indonesia: analysis of IFLS data 5PurposeThis study aimed to determine the relationship between BMI with DM incidence in the adult population in Indonesia.MethodsThis cross sectional study was conducted using the 5th Indonesian Family Life Survey (IFLS5) data which is a collaboration of the RAND corporation and Survey Meter. Chi square and logistic regression tests were used to analyze the relationship between BMI and DM incidence. BMI was obtained through measurement of body weight and height in respondents aged > 18 years. Information on the incidence of DM was obtained from interviews with respondents.ResultsThere were 22,647 subjects who met the study criteria. The proportion of DM in this study was 2.89%. People with obese BMI had a higher risk of developing DM than people with underweight BMI (OR = 3.15; 95% CI = 2.05- 4.82). After adjusting for gender, age, and education variables, the risk remained significant (OR = 3.29; 95% CI = 2.14-5.065).ConclusionBody mass index is associated with the incidence of diabetes mellitus, in which people with excessive BMI or obese have a greater risk of developing DM than people with underweight BMI.


2018 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 53
Author(s):  
Erina Masri

Konsumsi minuman manis proporsi penduduk ≥10 tahun dengan makanan berisiko di Sumatera Barat mencapai 48,1%. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi minuman berkalori tinggi pada mahasiswa STIKes Perintis Sumatera Barat Tahun 201 6. Semakin tinggi tingkat konsumsi minuman manis, semakin tinggi pula asupan total energi Overweight dan obesitas memiliki korelasi terhadap penyakit yang kini banyak diderita masyarakat seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus dan berbagai jenis kanker. Penelitian ini desain penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel 86 orang. Variabel yang diteliti yaitu variabel dependen (minuman berkalori tinggi) dan variabel dependen (pengetahuan, body image, preferensi, ketesediaan minum, uang jajan, teman sebaya, dan paparan media) yang dianalisa secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan, body iimage, preferensi, ketersediaan minum, uang jajan, teman sebaya, paparan media massa dengan konsumsi minuman berkalori tinggi pada mahasiswa STIKes Perintis Padang Tahun 2017


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 30-38
Author(s):  
Evi Safitri ◽  
Sumardi Sudarman ◽  
Nur Hamdani Nur

Indonesia menjadi salah satu negara dengan prevalensi diabetisi cukup tinggi dan diprediksi akan meningkat hingga 21,3 juta diabetes pada tahun 2030. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Tahun 2020. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analitik observasional desain Cross Sectional Study. Penelitian dilakukan pada bulan November 2020 di wilayah kerja Puskesmas Pertiwi dengan jumlah sampel sebanyak 81 responden yang dihitung menggunakan rumus Slovin. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik Accidental Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner food recall dan diolah menggunakan pedoman survey makanan konsumsi individu (SMKI) dan Aplikasi nutrisurvey. Data kemudian dianalisis dengan uji Chi square menggunakan SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi makan (p-value = 0,002 < 0,05), jumlah makan (p-value = 0,000 < 0,05), dan jenis makanan (p-value = 0,043 < 0,05) dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2. Diharapkan agar masyarakat terus menjaga pola makan agar terhindar dari risiko diabetes tipe 2.


2021 ◽  
Vol 20 (4) ◽  
Author(s):  
Luke Woon ◽  
Gurpreet Kaur Autar Singh ◽  
Hatta Sidi

Abstract Purpose: Anxiety is prevalent among women with diabetes mellitus. Women also tend to have higher levels of neuroticism and anxiety. These symptoms can have an impact on social functioning and diabetes care. The main aim of the present study was to determine the relationship between neuroticism and anxiety symptoms, and other clinical and psychosocial variables, among women with diabetes mellitus (DM). Patients and methods: This was a cross-sectional study conducted on women with diabetes mellitus. Sociodemographic and clinical variables were acquired, including perceptions on religious practice, social support, and diabetic self-care. Study subjects completed the Generalized Anxiety Disorder 7-item (GAD-7) and the Big-Five Inventory (BFI). The neuroticism subscale of the BFI was used for analysis. Results: The study included 141 subjects (Median age: 64.0 years, IQR: 52.5–71.0 years) with a median duration of diabetes of 12.0 years (IQR: 6.0–20.0 years). Neuroticism scores correlated positively with the GAD-7 scores (Spearman’s rho: 0.406; p<0.001). In the bivariate analysis, neuroticism also had significant association with employment status (p=0.023), religious practice (p=0.006), perceived social support (p=0.001), and perceived ability of diabetic self-management (p<0.001). In the regression analysis, after controlling for employment, religious practice, and social support, neuroticism remained associated with anxiety (p<0.001) and diabetic self-management (p=0.001). Conclusions: Neuroticism was related to poorer subjective sense of diabetic management and a greater level of anxiety among women with DM. Improving self-efficacy in managing diabetes may help patients coping up with anxiety symptoms among those with neuroticism traits. This may also contribute to a better understanding of features and effective treatment of women with DM.    


Author(s):  
Poornima M. P. ◽  
Padmaja R. Walvekar

Background: The burden of diabetes mellitus is expected to increase by 58%, from 51 million people in 2010 to 87 million in 2030. In rural India the prevalence rate has increased from 1% to 4-10% over last 20 years. Objective of the study is to know the prevalence of type 2 diabetes mellitus among adults aged between 30 to 60 years residing in rural area.Methods: This community based cross-sectional study was carried out Agasga, the rural field practice area of Dept. of Community Medicine, among 855 adults aged between 30-60 years by using a predesigned & pretested schedule. Statistical analysis was done using percentages and Chi square test.Results: In this study, 67.24% participants were in age group 30-49 years, 32.74% between 50 to 60 years. 48.53% were male and 51.54% were female participants. 79% of the participants were heavy workers, 17.5% were moderate workers and rest 3.5% were sedentary type of workers. 10.9% were illiterate, and rest 91.1% was literates. 69.3% are BPL card holders. The prevalence of diabetes was 9.5%; 10.8% were at risk of getting Diabetes Mellitus. This gender wise difference in diabetes mellitus was not found to be statistically significant (p=0.986).Conclusions: With high degree of heritability, life style factor diabetes could become a major health hazard in India and this underscores the fact that prevention of diabetes must be one of the important health targets for the nation in this century. Early identification of risks will help in prevention and burden of disease. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document