scholarly journals PERBEDAAN PENGARUH EFEK AKUT INSTRUMENT ASSISSTED SOFT TISSUE MOBILIZATION (IASTM) DAN SELF MYOFASCIAL RELEASE (SMFR) UNTUK MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING

2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 9-23
Author(s):  
Wijianto . ◽  
Nizar Wazdi

Latar Belakang:  Instrumen Assisted Soft Tissue Mobilization (IASTM) merupakan prosedur terapi yang mana menggunakan instrumen untuk secara mekanik menstimulus struktur jaringan lunak untuk mengurangi nyeri otot, ketidaknyamanan, dan meningkatkan secara keseluruhan mobilitas dan fungsi Self Myofascial Release (SMFR) merupakan salah satu teknik manual terapi dengan cara memberikan tekanan pada otot dan fascia yang bertujuan untuk menambah Range of Motion (ROM), mengurangi nyeri, dan meningkatkan fungsi. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek akut perubahan fleksibilitas otot hamstring setelah diberikan IASTM dan SMFR, juga mengetahui adanya perbedaan efek akut antara pemberian IASTM dan SMFR pada perubahan fleksibilitas otot hamtring. Metode: Penelitian eksperimen dengan membandingan pre dan post tes dari dua kelompok yang berbeda perlakuan. Kelompok pertama diberikan perlakuan teknik IASTM, kelompok kedua diberikan perlakuan SMFR.  Data yang dikumpulkan dianalisa menggunakan paired t-test dan mann-whitney test. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan efek akut IASTM terhadap fleksibilitas otot hamstring (p = 0,001), efek akut SMFR terhadap fleksibilitas otot hamstring  (p = 0,000), Perbedaan pengaruh antara passive dan active MFR terhadap ketegangan otot (p = 0,134). Kesimpulan: Terdapat peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada grup 1 dan grup 2. Tidak ada beda pengaruh yang signifikan antara pemberian IASTM atau SMFR terhadap fleksibilitas otot hamstring.  Kata Kunci: Hamstring, instrumen assisted soft tissue mobilization, fleksibilitas, self  myofascial release.

2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 45-54
Author(s):  
Yossy Juliarni ◽  
Gunawan Gunawan2

Background: Salivary pH is one of factor which involved in caries development. Decreasing of salivary pH will cause enamel demineralization. Miswak (Salvadora persica) as a toothbrush because it has mechanical and chemical effects such as essential oil and bicarbonate which can stimulate salivary secretion. Thus, it will increase the buffer capacity and salivary pH lead to enamel remineralization. Objective: This study aimed to know the effect of toothbrushing with miswak (Salvadora persica) on salivary pH. Methods: The clinical experiment study with pre-test and post-test control group design. The sample of this study is the students of Faculty of Dentistry, Andalas University, Padang. There are 34 students that divided into two groups randomly that is case and control group. Case group used miswak while control group used conventional toothbrush, respectively brushing horizontally for 2 minutes. Salivary pH was measured using digital pH meter in scale of 0.0 to 14.0 with 0.1 sensitivity from pen type pH meter. The data analyzed by Shapiro-Wilk test continued by paired t-test and Mann-Whitney test. Results: paired t-test produced significant value p=0,001 in case group and p=0,000 in control group. Mann-Whitney test produced significant value p=0.317. There was no significant difference in statistic among these groups. Conclusion: Toothbrushing with miswak has effect on salivary pH. Miswak as effective as toothbrush on salivary pH Keywords:Toothbrushing, miswak (Salvadora persica), Salivar


Author(s):  
Halomoan Simon ◽  
Hexanto Muhartomo ◽  
Dwi Pudjonarko

Latar belakang : Monosodium glutamat (MSG) adalah garam sodium dari asam amino asam glutamat digunakan luas di masyarakat sebagai penyedap rasa. Pemakaian MSG dalam dosis tepat relatif aman. Penggunaan MSG dalam dosis tinggi dan berlangsung lama menyebabkan gangguan neuroendokrin dan degenerasi neuron, sehingga muncul pertanyaan seberapa jauh MSG peroral berpengaruh terhadap degenerasi neuron piramidal di regio CA1 hipokampus. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan pengaruh pemberian MSG peroral terhadap degenerasi neuron piramidal di regio CA1 hipokampus pada tikus Wistar. Metode: Penelitian eksperimental laboratorik dengan 30 tikus Wistar jantan usia 8 minggu, berat 200 gram dibagi menjadi 5 kelompok (1 kelompok kontrol, 4 kelompok perlakuan) diberikan MSG secara oral dosis 5 mg/grBB/hr dan 10 mg/grBB/hr selama 4 minggu. Setelah 2 minggu dan 4 minggu perlakuan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi di jaringan hipokampus dan rerata jumlah sel piramidal yang berdegenerasi pada CA1 hipokampus dianalisa dengan Uji ANOVA dilanjutkan Post Hoc, Kruskal Wallis Test dilanjutkan Mann-Whitney Test, uji Paired T-Test dan Wilcoxon Signed Ranks Test. Analisa data menggunakan program SPSS versi 17.0. Hasil: Ada perbedaan bermakna pada rerata jumlah neuron piramidal yang berdegenerasi di regio CA1 hipokampus antara kelompok penelitian setelah 2 minggu dan 4 minggu perlakuan (p=0,0001). Simpulan: Pemberian MSG per oral dosis 5 mg/grBB/hr dan 10 mg/grBB/hr selama 2 minggu dan 4 minggu terbukti berpengaruh terhadap rerata jumlah neuron piramidal yang berdegenerasi di region CA1 hipokampus tikus Wistar. Kata kunci: Monosodium glutamat, degenerasi neuron piramidal CA1 hipokampus.  


2013 ◽  
Vol 2 (4) ◽  
pp. 531-538
Author(s):  
Afina Rachma Sulistyaning ◽  
Yekti Wirawanni

Latar Belakang : Manajemen DM efektif dilakukan pada tahap awal sebelum timbul gejala atau prediabetes. Prediabetes ditandai dengan kadar glukosa darah puasa (GDP) mencapai 100 - 125 mg/dl. Angkak merupakan beras hasil fermentasi oleh kapang Monascus purpureous yang dikaitkan dengan perbaikan toleransi glukosa dan penurunan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian angkak terhadap kadar GDP pada wanita prediabetes.  *)Penulis Penanggungjawab Metode : Jenis penelitian adalah true experiment dengan pre test-post test design. Subjek penelitian adalah karyawati kantor BPPT, Bappeda, BPS, dan yayasan Pangudi Luhur Kota Semarang yang diambil secara purposive sampling sebanyak 28 orang dan dibagi menjadi 2 kelompok secara simple randomization. Kelompok perlakuan diberi angkak 5,4 gram selama 14 hari, sedangkan kelompok kontrol diberi air filtrasi beras sangrai. Pengukuran kadar GDP dilakukan sebelum dan setelah intervensi dengan metode spektrofotometri. Asupan makan subjek sebelum intervensi diperoleh dengan metode food recall 3x24 jam dan selama intervensi dengan metode food recall 5×24 jam. Analisis statistik menggunakan Independent sample t-test, Mann-Whitney test, Paired t-test, korelasi dan regresi linear. Hasil : Kelompok perlakuan mengalami penurunan kadar GDP yang bermakna (p=0.006) sebesar 9.14±10.48 mg/dl sedangkan kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 1.35±7.39 mg/dl. Secara statistik, terdapat perbedaan perubahan kadar GDP antara kelompok perlakuan dan kontrol yang bermakna (p=0.005).Simpulan : Terdapat penurunan kadar GDP yang bermakna setelah pemberian 5,4 mg angkak selama 14 hari.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 49-56
Author(s):  
Yossy Juliarni ◽  
Gunawan Gunawan

Background: Salivary pH is one of factor which involved in caries development. Decreasing of salivary pH will cause enamel demineralization. Miswak (Salvadora persica) as a toothbrush because it has mechanical and chemical effects such as essential oil and bicarbonate which can stimulate salivary secretion. Thus, it will increase the buffer capacity and salivary pH lead to enamel remineralization. Objective: This study aimed to know the effect of toothbrushing with miswak (Salvadora persica) on salivary pH. Methods: The clinical experiment study with pre-test and post-test control group design. The sample of this study is the students of Faculty of Dentistry, Andalas University, Padang. There are 34 students that divided into two groups randomly that is case and control group. Case group used miswak while control group used conventional toothbrush, respectively brushing horizontally for 2 minutes. Salivary pH was measured using digital pH meter in scale of 0.0 to 14.0 with 0.1 sensitivity from pen type pH meter. The data analyzed by Shapiro-Wilk test continued by paired t-test and Mann-Whitney test. Results: paired t-test produced significant value p=0,001 in case group and p=0,000 in control group. Mann-Whitney test produced significant value p=0.317. There was no significant difference in statistic among these groups. Conclusion: Toothbrushing with miswak has effect on salivary pH. Miswak as effective as toothbrush on salivary pH. Keywords:Toothbrushing, miswak (Salvadora persica), Salivar


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 082-088
Author(s):  
Taufan Arif

Pendahuluan: Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik kronis. Diabetic foot ulcers merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat kadar glukosa yang tidak terkontrol.  Tujuan penelitian menjelaskan pengaruh senam kaki terhadap status vaskularisasi perifer dan glukosa darah. Metode: Penelitian menggunakan quasy experimental pre-post test control group design. Populasi berjumlah 30 responden yang terbagi dalam kelompok perlakuan dan kontrol. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Kriteria inklusi meliputi klien DM berusia >45 tahun, DM tipe II, dan glukosa darah acak < 300 mg/dl. Kriteria eksklusi meliputi klien ulkus diabetikum, GDA >300 mg/dl, gout artritis. Intervensi senam kaki diberikan 3 kali seminggu selama 4 minggu. Pengukuran variabel capilarry refill time menggunakan observasi penekanan ujung jari. Pengukuran variabel glukosa menggunakan glukosa stick-test. Analisis data menggunakan Wilcoxon & mann whitney test digunakan mengukur variabel capillary refill time. Independent & paired t-test digunakan mengukur variabel glukosa. Hasil: Uji variabel CRT menggunakan Mann-Whitney test menunjukkan nilai p = 0.022 yang berarti ada pengaruh senan kaki tehadap capillary refill time. Hasil uji variabel Glukosa darah menggunakan paired t test menunjukkan p=0.004, dan independent t test menunjukkan p=0.012 yang berarti ada pengaruh senam kaki terhadap kadar glukosa darah. Diskusi: Senam kaki terbukti meningkatkan Nitric Oxode Syntesis, vasodilatasi arteri, terjadi pembakaran gula darah yang mengakibatkan turunnya gula darah, afinitas oksigen hemoglobin, dan viskositas darah. Sebaliknya, terjadi peningkatan sirkulasi darah, saturasi oksigen, perfusi jaringan, dan sistem imunitas sehingga dapat mencegah ulkus kaki diabetik. Dalam upaya preventif, sebaiknya dinas kesehatan khususnya puskesmas untuk menyediakan media promosi kesehatan melalui penyediakan booklet senam kaki kaki. Introduce: Diabetes Mellitus was a chronic metabolic disease. Diabetic foot ulcers were a complication that often results from uncontrolled glucose levels. This study was to explain the effect of foot exercises on the status of peripheral vascularization and blood glucose. Methods: The study was quasy experimental design. The population were 30 respondents divided into treatment and control group. The sampling technique uses purposive sampling. Inclusion criteria included client DM aged >45 years, DM type II, and random blood glucose <300 mg/dl. Exclusion criteria included respondents who had complications of diabetic foot ulcer, random blood glucose > 300 mg / dl, gout arthritis. Measurement of capillary refill time variables using fingertip emphasis observation. Measurement of random blood glucose variables using a glucose stick test.Data analysis using wilcoxon & mann whitney test was used to measure the capillary refill time variable. Independent & paired t-test was used to measure glucose variables. Interventions were given 3 times a week for 4 weeks. Result: In the CRT variable using the Mann-Whitney test showed a p value = 0.022 which means that there was an effect of foot exercises on the status of peripheral vascularization. On the blood glucose variable using paired t test showed p = 0.004, and independent t test showed p = 0.012 which means there is an influence of foot exercises on blood glucose levels. Discuss: Foot have been shown to increase Nitric Oxode Syntesis, arterial vasodilation, blood sugar burning which results in a decrease in blood sugar, oxygen affinity of hemoglobin, and blood viscosity. Conversely an increase in blood circulation, oxygen saturation, tissue perfusion, and immune system can prevent diabetic foot ulcers. In a preventive effort the health department, especially the puskesmas, should provide health promotion media through the provision of foot exercise exercises.


Author(s):  
Debby Suciani ◽  
Yulita Triadiarti

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara bank pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018. . Kinerja keuangan diukur dengan menggunakan metode pendekatan RGEC yaitu Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, and Capital. Aspek Risk Profile diukur menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL),aspek Good Corporate Governance diukur menggunakan nilai komposit GCG, aspek Earning diukur menggunakan rasio Return on Equity (ROE), dan aspek Capital diukur menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 - 2018. Dari 42 perbankan yang terdaftar, dipilih 4 bank pemerintah (BUMN) dan 4 Bank Umum Swasta Nasional dengan menggunakan purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang diperoleh dari situs www.idx.co.id, www.ojk.go.id, dan www.bi.go.id. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif, uji normalitas, Independent Sample T-test dan Mann Whitney Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara bank pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) dilihat dari aspek Earning yang diukur dengan rasio Return on Equity (ROE). Dan tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara bank pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) jika dilihat dari aspek Risk Profile yang diukur dengan rasio Non Performing Loan (NPL), aspek Good Corporate Governance yang diukur dari nilai komposit GCG, dan aspek Capital yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Kata Kunci : Perbandingan, Kinerja Keuangan, Non Performing Loan, Nilai Komposit GCG, Return on Equity, dan Capital Adequacy Ratio. 


2018 ◽  
Vol 27 (4) ◽  
pp. 385-389 ◽  
Author(s):  
Matthew J. Hussey ◽  
Alex E. Boron-Magulick ◽  
Tamara C. Valovich McLeod ◽  
Cailee E. Welch Bacon

Clinical Scenario: Shoulder range of motion (ROM) in throwing athletes relies on a balance of mobility and stability to maintain proper function and health that, if disrupted, can lead to shoulder injury. There have been several studies that address the relationship between ROM deficits and overhead injuries; however, it may be unclear to clinicians which interventions are most effective for increasing ROM in the glenohumeral joints of overhead athletes. Clinical Question: In overhead athletes who have deficient shoulder ROM, is instrument-assisted soft tissue mobilization (IASTM) more effective at acutely increasing ROM over the course of a patient’s treatment when compared with self-stretching? Summary of Key Findings: A thorough literature review yielded 3 studies relevant to the clinical question, and all 3 studies were included. Two articles found a significant increase in acute ROM when compared with a self-stretch measure. All 3 articles showed increases in internal rotation and horizontal adduction, and 1 study reported an increase in total arc of shoulder ROM. Clinical Bottom Line: There is moderate evidence to support the use of IASTM to acutely increase ROM in the glenohumeral joint of overhead athletes. Clinicians should be aware of the variability with recommended treatment times; however, positive results have been seen with treatments lasting 5 to 6 minutes per treatment region. There is no consensus for treatment intensity, and certain IASTM tools require certification. Strength of Recommendation: Grade B evidence exists that IASTM is more effective at increasing shoulder ROM (ie, internal rotation, horizontal adduction, external rotation, total arc of motion) in overhead athletes than self-stretching measures.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document