scholarly journals STUDI TINGKAT PENGETAHUAN KEBENCANAAN TERHADAP SIKAP KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA TANAH LONGSOR DI KECAMATAN PARANGLOE KABUPATEN GOWA TAHUN 2019

2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 162
Author(s):  
Sri Rahmadani

Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan mengalami bencana longsor. Hal tersebut dapat mengganggu kehidupan masyarakat dan mengancam keselamatan. Tujuan penelitian ini yaitu: 1) Mengetahui tingkat pengetahuan kebencanaan masyarakat dalam menghadapi bencana tanah longsor di Desa Lonjoboko, 2) Mengetahui perilaku masyarakat terhadap adanya sikap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tanah longsor di Desa Lonjoboko, 3) Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kebencanaan terhadap sikap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tanah longsor di Desa Lonjoboko. Sampel diambil menggunakan Teknik Simple Random Sampling, sebanyak 97 orang dari 2.886 penduduk. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: Dokumentasi, Kuesioner, dan Observasi. Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif kuantitatif, analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel terhadap variabel lainnya, dan melakukan uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov smirnov dan metode grafik. Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan kebencanaan didapatkan nilai rata-rata responden 65,32% yang termasuk dalam kategori tinggi. Perilaku masyarakat terhadap adanya sikap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tanah longsor di Desa Lonjoboko berada dikategori kurang baik, karena masyarakatnya hanya memikirkan untuk bertahan hidup, sehingga tidak meluangkan waktu untuk mempersiapkan kewaspadaannya terhadap bencana. Hasil pengujian menggunakan analisis regresi linier sederhana, maka didapatkan ada pengaruh positif pengetahuan kebencanaan terhadap sikap kesiapsiagaan warga dalam menghadapi bencana tanah longsor di Desa Lonjoboko. Hal ini berarti semakin tinggi pengetahuan kebencanaan maka akan semakin tinggi pula sikap kesiapsiagaan warga dalam menghadapi bencana tanah longsor.

2017 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Mia Sufia Adnin ◽  
Luluk Ria Rakhma

herapeutic Feeding Center (TFC) adalah tempat perawatan bagi balita yangmengalami kekurangan gizi. Perawatan dilakukan seminggu sekali dengankegiatan seperti pemberian edukasi gizi kepada ibu balita, dan pemberianPMT pada balita. Hasil dari Dinkes Sukoharjo (2015), balita yang menderitagizi kurang berdasarkan BB/U di Kabupaten Sukoharjo berjumlah 2209 balita(4,67%) sedangkan hasil Dinkes (2016), naik menjadi 2476 balita (4,98%).Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan perubahan status giziberasarkan BB/TB dan IMT/U pada balita yang mengikuti dengan yang tidakmengikuti program TFC. Jenis penelitian yang digunakan bersifat quasieksperimental dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden penelitianyang mengikuti TFC sebanyak 35 balita dan yang tidak mengikuti TFCsebanyak 30 balita. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah totalsampling dan simple random sampling. Data status gizi diperoleh denganpengukuran BB dan TB atau PB menggunakan alat dacin, baby scale, timbanganinjak,microtoice dan baby board. Uji kenormalan data menggunakanUji Kolmogorov Smirnov. Uji perbedaan menggunakan Uji T-test Independent.Hasil uji perbedaan status gizi BB/TB diperoleh nilai p=0.742, uji perbedaanstatus gizi IMT/U diperoleh nilai p=0.677 menunjukkan tidak ada perbedaanperubahan status gizi berdasarkan BB/TB dan IMT/U pada balita yangmengikuti dengan yang tidak mengikuti program TFC.  Kata Kunci : balita, antropometri, status gizi, TFC, z-score


2013 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 93
Author(s):  
Farokhatin Nashukah ◽  
Ira Darmawanti

A family has a great influence on children's emotional patterns because the family is the first social group for children to learn and express themselves as human beings in a social interaction with their groups. The background of this study is the problem of adolescent emotional maturity attainment. Subjects in this study were devided into two groups which overall are 121 adolescents aged between 16 and 20 years old. This study uses simple random sampling technique with predetermined characteristics and scale of emotional maturity as an instrument. Test the assumptions used in this study are normality test using one sample Kolmogorov-Smirnov test technique and homogeneity test using homogenity of variance test technique. The normality test shows the value of adolescents of complete families is 0,789 and the value of adolescents of single parent families is 0,982. Significance value >0.05, then the variable of emotional maturity is declared normally. Homogenity test shows the value is 0,499. Significance value >0,05, then the variable of emotional maturity is declared homogeneous. Results of this study shown that adolescent emotional maturity of single parent families has a mean of 148,71 emotional maturity that is higher than a mean of the emotional maturity of a complete family of 143,77. Based on analysis data using t-test known that the significance value is 0,013 (p >0.05), the result shows that the study hypothesis is accepted. It is concluded that there is difference of emotional maturity among adolescents influenced by their different family structures.Abstrak: Keluarga memiliki pengaruh besar terhadap pola emosi anak karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama untuk anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kematangan emosi remaja ditinjau dari struktur keluarga, yaitu keluarga lengkap dan keluarga dengan orang tua tunggal (single parent). Peneliti menggunakan teknik simple random sampling dengan karakteristik yang telah ditentukan. Subjek pada penelitian ini adalah dua kelompok yang secara keseluruhan berjumlah 121 sampel dengan rentang usia 16-20 tahun. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala kematangan emosi. Uji asumsi menggunakan uji normalitas menggunakan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov test dan uji homogenitas menggunakan teknik test of homogenity of variance. Diketahui bahwa uji normalitas remaja dari keluarga lengkap sebesar 0,789, dan pada remaja dari keluarga single parent sebesar 0,982. Nilai signifikansi >0,05, maka variabel kematangan emosi dinyatakan berdistribusi normal. Diketahui bahwa uji homogenitas dengan nilai sebesar 0,499. Nilai signifikansi >0,05, maka variabel kematangan emosi dinyatakan homogen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kematangan emosi remaja dari keluarga single parent memiliki rata-rata skor kematangan emosi 148,71 yang lebih tinggi daripada rata-rata skor kematangan emosi keluarga lengkap yang sebesar 143,77. Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan Uji-t, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,013 (p >0,05) yang menunjukkan hipotesis penelitian diterima sehingga peneliti menyimpulkan bahwa ada perbedaan kematangan emosi remaja ditinjau dari struktur keluarga.


2020 ◽  
Vol 7 (02) ◽  
pp. 144-156
Author(s):  
Nabila Ashima Putri ◽  
Mulyati Mulyati ◽  
Hamiyati Hamiyati

Communication technology developing rapidly in this globalization era makes a lot of people use gadget as one of any media for communicate and entertaiment. Not only adult but teenager in school age. That increasing use of gadget for parent and teenager cause a new phenomena in family called alone together. This reasearch aim to give a description about the effect of alone together phenomenon on family interaction. This reasearch was conducted in 209 Junior High School, East Jakarta. This data reasearch processed by using simple random sampling technique and this reasearch use survey methode. Total samples 185 active students in 209 Junior High School, East Jakarta. This whole reasearch data are using SPSS 2.2 and Microsoft Excel. The prerequisite test in this study use kolmogorov smirnov for normality test and the result shows that data are not normally distribute. So the reasearch use non parametric calculation. Result of correlation coefficient test are obtained >  that is equal to -0,353 > 0,138. Result of t-test with significancy level 0,05 obtained >  that equal to -5,688 > 1,97 the result explain that there are a negative and significant correlation between alone together and family interaction. Alone together give 15% effective contribute to family interaction and the other 85% determine by other factors. Abstrak Teknologi komunikasi yang berkembang dengan cepat di era globalisasi membuat banyak masyarakat menggunakan gadget sebagai salah satu media atau sarana berkomunikasi dan mencari hiburan. Tidak hanya orang dewasa melainkan remaja dalam usia sekolah. Meningkatnya penggunaan gadget yang berlebih pada orang tua dan remaja tersebut menimbulkan suatu fenomena baru di dalam keluarga, yang disebut dengan alone together. Akibat dari fenomena tersebut adalah berkurangnya intensitas interaksi di dalam keluarga, khususnya interaksi antara orang tua dan anak. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran hubungan fenomena alone together dengan interaksi keluarga. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 209 Jakarta Timur. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Metode penelitian ini menggunakan metode survey. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 185 siswa aktif di SMP Negeri 209 Jakarta Timur. Perhitungan data menggunakan SPSS 2.2 dan Excel. Uji prasyarat pada penelitian ini menggunakan uji normalitas kolmogorov smirnov dan hasil yang ada menyatakan bahwa data tidak berdistribusi dengan normal, maka penelitian ini mengunakan perhitungan non parametrik. Uji hipotesis data yang digunakan adalah korelasi dengan hasil >  yaitu sebesar  -0,353 > 0,138. Hasil uji t dengan taraf signifikasi 0,05 diperoleh yaitu >  -5,688 > 1,97 hal ini menjelaskan bahwa terdapat korelasi negatif dan hubungan yang signifikan antara fenomena alone together dengan interaksi keluarga. Alone together memberikan sumbangan efektif terhadap interaksi keluarga sebesar 15%, sedangkan sisanya 85% ditentukan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Kata Kunci :  Alone Together, Gadget, Interaksi Keluarga, Orang Tua, Remaja


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 197-203
Author(s):  
Annisa Dio Ismi ◽  
Dwi Prasetiyawati Diyah Hariyanti ◽  
Ismatul Khasanah

Banyak dijumpai pada anak usia dini yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, dengan banyaknya anak yang berbicara sendiri saat guru menjelaskan, banyak bertanya saat melakukan sesuatu, cara pandang anak yang tidak terarah, banyak bergerak serta bahkansering melamun, hal tersebut merupakan ciri – ciri dari rendahnya konsentrasi pada anak usia dini, salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya inovasi dalam kegiatan  pembelajaran saat mengajar yang diberikan untuk meningkatkan konsentrasi anak. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Pengaruh Ice Breaking terhadap konsentrasi belajar anak usia dini, Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan ice breaking terhadap konsentrasi belajar pada anak usia dini. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dalam bentuk Quasi Experimental Design. Bentuk desain penelitian ini menggunakan The Noon Ekuivalen, preest – posttest design dengan menggunakan teknik simple random sampling, data dalam penelitian ini diperoleh dari observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan Nilai kontrol kelas kontrol dan eksperimen pra test dan post test menggunakan Kolmogorov-Smirnov adalah sebesar 0,088> 0,05 yang artinya data telah berdistribusi normal, Berdasarkan tabel ANOVA  dapat diketahui terjadi perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen pra test-post test dengan nilai kontrol dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 pada kemampuan pemusatan atau kontrol perhatian, pada kemampuan penyesuaian diri atau adaptability, kemampuan berencana (planfulness), dan pada kemampuan adaptasi, keseluruhan pengujian hipotesis dapat terbukti dimana terjadi peningkatkan konsentrasi belajar anak karena menghasilkan nilai signifikanasi 0,000 < 0,05.


Author(s):  
Annisa Rossita ◽  
Agus Fitriangga ◽  
Yoga Pramana

 Latar Belakang:Depresi adalah gangguan emosional yang sering terjadi pada lansia, yang sifatnya berupa perasan tertekan, tidak bahagia, sedih, pesimis, tidak berharga dan tidak mempunyai semangat. Kualitas hidup adalah pandangan individu tentang kehidupannya dan seberapa jauh individu dapat melaksanakan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.Depresi dan kualitas hidup pada lansia dapat di pengaruhi oleh tempat tinggal lansia.Ada lansia yang tinggal di Panti dan ada juga lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga. Tujuan:Mengetahui perbedaan tingkat depresi dan kualitas hidup lansia yang tinggal di Panti Sosial dan yang tinggal di rumah bersama keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II. Metode:Penelitiankuantitatif menggunakan desain analitik komparatif melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan  simple random sampling yang melibatkan sebanyak 38 lansia di Panti Sosial dan sebanyak 38 lansia yang tinggal bersama keluarga yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan  berupa GDS dan WHOQOL-OLD. Teknik analisa data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil:Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan p=0,001 untuk perbedaan tingkat depresi dengan tempat tinggal lansia dan p=0,002 untuk perbedaan kualitas hidup dengan tempat tinggal lansia. Kesimpulan:Ada perbedaan tingkat depresi dan kualitas hidup lansia yang tinggal di Panti Sosial Rehabilitasi Mulia Dharma dan yang tinggal di rumah bersama keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II.


2018 ◽  
Vol 10 (24) ◽  
pp. 20-29
Author(s):  
Iga Dila Widuri Astuti ◽  
Sugeng Maryanto ◽  
Galeh Septiar Pontang

Latar Belakang : Peningkatan kadar gula darah dikaitkan dengan kejadian diabetes mellitus. Prevalensi DM meningkat dari tahun 2007 sebesar 1,1% menjadi 2,1% di tahun 2013. Faktor penyebab DM yaitu faktor  tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin dan faktor dapat diubah yaitu konsumsi minuman berpemanis dan aktivitas fisik.    Tujuan : Mengetahui hubungan asupan konsumsi minuman berpemanis dan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus pada dewasa usia 30-50 tahun.   Metode : Penelitian korelatif pendekatan cross  sectional. Populasi 272 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan sampel 81orang. Pengambilan data dengan Recall 24 hours, kuosioner GPAQ dan glucometer. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan Kolmogorov-Smirnov.   Hasil : Responden dengan konsumsi minuman berpemanis kategori rendah 42,0% (n=32), sedang 51,9% (n=42), kategori tinggi 6,2% (n=5). Responden dengan aktivitas fisik kategori kategori ringan 19,8% (n=16), sedang 60,5% (n=49), kategori berat 19,8% (n=16). Ada hubungan antara konsumsin minuman berpemanis dengan kejadian diabetes mellitus (p 0,034 < 0,05) dan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus (p 0,958 >0,05).   Simpulan : Ada hubungan antara konsumsi minuman berpemanis dengan kejadian diabetes mellitus dan tidak ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus pada dewasa usia 30-50 tahun di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.  


2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 22-29
Author(s):  
Syella Munawar ◽  
Erna Heryanti ◽  
Mieke Miarsyah

Jakarta merupakan wilayah perkotaan di Indonesia yang memiliki banyak permasalahan lingkungan. Kesadaran lingkungan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Kesadaran lingkungan dalam diri siswa dapat dibentuk oleh tingkat pengetahuan lingkungan. Program sekolah berbasis lingkungan dilaksanakan melalui program Adiwiyata. Tujuan program Adiwiyata untuk mendorong dan menciptakan sekolah yang peduli tentang lingkungan dan memiliki budaya lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan lingkungan hidup dengan kesadaran lingkungan pada siswa sekolah Adiwiyata. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 26 dan SMAN 65 Jakarta pada Semester I Tahun Ajaran 2018/2019. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif kuantitatif melalui studi korelasional. Sampel yang digunakan sebanyak 124 siswa menggunakan teknik Simple Random Sampling. Alat pengumpulan data menggunakan tes pengetahuan lingkungan hidup dan instrumen kesadaran lingkungan. Analisis uji prasyarat menunjukkan data berdistribusi normal menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan homogen menggunakan uji Bartlett. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan lingkungan hidup dengan kesadaran lingkungan siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,298. Hal tersebut berarti jika skor pengetahuan lingkungan hidup tinggi, maka skor kesadaran lingkungan juga tinggi. Pengetahuan lingkungan hidup memberikan kontribusi terhadap kesadaran lingkungan siswa sebesar 8,89%.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 22-29
Author(s):  
Annisa Nur Permata Sholehah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan squat dengan menggunakan leg press dan latihan squat dengan menggunakan stang barbel terhadap kemampuan angkat besi pada atlet angkat besi SKOI KALTIM. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan teknik uji deskriptif, kolmogorov smirnov, homogenitas, paired t-test dan independent t-tes. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet SKOI KALTIM. pengambilan sampel menggunakan sistem simple random sampling terbagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok A latihan squat dengan menggunakan leg press dan kelompok B latihan squat dengan menggunakan stang barbel. Setiap kelompok terdiri dari 10 orang sampel. Jadi jumlah keseluruhan sampel sebanyak 20 orang. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil: (1) Ada pengaruh latihan squat dengan menggunakan leg press terhadap kemampuan angkat besi pada atlet angkat besi SKOI KALTIM yang diperoleh nilai thitung = 7,000 ≥ ttabel = 2,262 berarti H1 diterima dan H0 ditolak. (2) Ada pengaruh latihan squat dengan menggunakan stang barbel terhadap kemampuan angkat besi pada atlet angkat besi SKOI KALTIM yang diperoleh nilai thitung = 9,584 ≥ ttabel = 2,262 berarti H1 diterima dan H0 ditolak. (3) Tidak ada perbedaan pengaruh latihan squat dengan menggunakan leg press dan latihan squat dengan menggunakan stang barbel terhadap kemampuan angkat besi pada atlet angkat besi SKOI KALTIM yang diperoleh nilai thitung = 2,389 ≥  ttabel = 2,101 berarti H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian latihan squat dengan menggunakan leg press dan latihan squat dengan menggunakan stang barbel saling memiliki pengaruh yang baik Terhadap Kemampuan Angkat besi pada Atlet Angkat besi SKOI KALTIM.


Author(s):  
Annisa Rosalita .

Latar Belakang:Depresi adalah gangguan emosional yang sering terjadi pada lansia, yang sifatnya berupaperasan tertekan, tidak bahagia, sedih, pesimis, tidak berharga dan tidak mempunyai semangat. Kualitas hidupadalah pandangan individu tentang kehidupannya dan seberapa jauh individu dapat melaksanakan fungsinyadalam kehidupan sehari-hari. Depresi dan kualitas hidup pada lansia dapat di pengaruhi oleh tempat tinggallansia. Ada lansia yang tinggal di Panti dan ada juga lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga.Tujuan:Mengetahui perbedaan tingkat depresi dan kualitas hidup lansia yang tinggal di Panti Sosial dan yangtinggal di rumah bersama keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II. Metode:Penelitian kuantitatif menggunakan desain analitik komparatif melalui pendekatan cross sectional.Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan simple random sampling yang melibatkan sebanyak38 lansia di Panti Sosial dan sebanyak 38 lansia yang tinggal bersama keluarga yang memenuhi kriteria inklusi.Instrumen yang digunakan berupa GDS dan WHOQOL-OLD. Teknik analisa data dilakukan dengan ujiKolmogorov-Smirnov.Hasil:Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan p=0,001 untuk perbedaan tingkat depresi dengantempat tinggal lansia dan p=0,002 untuk perbedaan kualitas hidup dengan tempat tinggal lansia.Kesimpulan:Ada perbedaan tingkat depresi dan kualitas hidup lansia yang tinggal di Panti Sosial RehabilitasiMulia Dharma dan yang tinggal di rumah bersama keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II.Kata Kunci : Depresi, Kualitas Hidup, Lansia, Tempat TinggalReferensi : (2008-2018)


2015 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 91
Author(s):  
Liza Chairani ◽  
Asmarani Ma'mun

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, seperti bakteri, virus maupun jamur. Gejala yang sering timbul berupa batuk dan kesukaran bernafas. WHO tahun 2011 menyebutkan bahwa seperlima dari kematian bayi dan balita terutama di negara berkembang disebabkan oleh pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit penyebab kematian kedua tertinggi setelah diare di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi menurut berat badan terhadap umur dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Kenten Palembang Periode Januari-Desember 2012. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan desain cross sectional dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Subjek penelitian 95 orang balita yang diperoleh dari data sekunder pada catatan rekam medik balita di Poliklinik Manejemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Puskesmas Kenten Palembang. Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Hasil penelitian memperoleh jumlah balita pneumonia lebih banyak pada balita berjenis kelamin laki-laki (57,4%), kelompok umur 6-24 bulan (51,6%), dan status gizi baik (56,8%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan status gizi menurut berat badan terhadap umur (p value 1,000 ; ?=0,05) dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Kenten Palembang periode Januari-Desember 2012. Pneumonia pada balita tidak hanya disebabkan oleh satu faktor risiko, tetapi ada faktor risiko lain seperti faktor lingkungan yaitu tingginya pajanan terhadap polusi udara, kepadatan hunian, dan ventilasi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document