Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

145
(FIVE YEARS 44)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Negeri Surabaya

2597-9035, 2087-1708

2021 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 232
Author(s):  
Rika Kristina ◽  
Luh Surini Savitri

Adolescents are prone to receive negative peer pressure. One of the main causes is the need of social acceptance. The aim of this study is to improve adolescents’ refusal skill and assertiveness to avoid negative peer pressure through experiential learning approach. Online training is carried out due to the COVID-19 pandemic, which makes face-to-face activities need to be restricted. The subjects of this study are 5 female students from three different schools in Jakarta, who were selected using purposive sampling method with Peer Pressure Inventory. Data were collected quantitatively using two different questionnaires which measure refusal skill, and assertiveness separatedly, while qualitative data were collected through observation and role-play activity. Wilcoxon signed ranked test was used to analyze the quantitative data, while the qualitative data were analyzed descriptively. The results show the significant increase of assertiveness among participants after joining the training, but not with their refusal skills. This may be caused by the limited time of practicing the refusal skill in real context. Overall, online refusal skill and assertiveness training is likely to be given amid the COVID-19 pandemic.Keywords: Adolescents, assertiveness, peer pressure, refusal skill Abstrak: Remaja rentan menerima dan terpengaruh oleh tekanan negatif dari teman sebaya. Salah satu penyebab utama adalah adanya kebutuhan untuk mendapat penerimaan dari lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan menolak dan asertivitas remaja agar terhindar dari tekanan negatif teman sebaya. dengan pendekatan experiential learning. Pelatihan daring dilakukan karena adanya pandemi COVID-19 yang membuat seluruh kegiatan tatap muka perlu dihindari. Subjek dalam pelatihan ini adalah 5 remaja perempuan dari tiga sekolah di Jakarta, yang dipilih dengan metode purposive sampling menggunakan Peer Pressure Inventory. Data kuantitatif diperoleh melalui dua kuesioner berbeda untuk mengukur keterampilan menolak dan asertivitas secara terpisah. Data kualitatif diperoleh melalui observasi dan aktivitas role-play. Wilcoxon signed ranked test digunakan untuk menganalisis data kuantitatif, sedangkan data kualitatif dianalisis secara deskriptif. Hasil menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada tingkat asertivitas partisipan, namun tidak dengan keterampilan menolaknya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh keterbatasan kesempatan mempraktikkan keterampilan menolak dalam konteks yang sesungguhnya. Secara keseluruhan, pelatihan keterampilan menolak dan asertivitas secara daring sangat mungkin diberikan pada masa pandemi COVID-19.


2021 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 326
Author(s):  
Rini Sugiarti Sugiarti ◽  
Cahyo Harry Sancoko ◽  
Fendy Suhariadi Suhariadi

This study aims to reveal the happiness of the COVID-19 contact tracer volunteers. A qualitative approach with a phenomenological method was employed. Five volunteers were recruited for this study. Data were collected through semistructured interviews and analyzed using an interpretative phenomenological analysis. From the results of the study, it is concluded that the happiness of being a volunteer arises from positive feelings due to perceived benefits they have given to the people in need primarily people who are recovering from COVID-19. Volunteers’ happiness also arises from the awareness of their positive life compared to people whose life tests are heavier than they have. The involvement and interaction of volunteers with  people who are suffering from COVID-19 makes the volunteers feel more positive and grateful for their life.Keywords: COVID-19 contact tracking, happiness, volunteers Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebahagiaan relawan pelacak kontak COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Jumlah subjek penelitian ini adalah 5 oang relawan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semiterstruktur. Data dianalisis menggunakan interpretative phenomenological analysis. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan menjadi relawan muncul karena bisa menolong dan merasakan kebahagiaan orang yang sembuh dari COVID-19. Kebahagiaan relawan juga muncul sebagai akibat melihat realita masih banyak orang lain yang ujian hidupnya lebih dari yang dialaminya. Keterlibatan dan interaksi para informan penlitian ini dengan orang yang sedang terkena penyakit COVID-19 telah membuat mereka memandang hidupnya lebih positif dan penuh kesyukuran.


2021 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 278
Author(s):  
Riza Noviana Khoirunnisa ◽  
Miftakhul Jannah ◽  
Damajanti Kusuma Dewi ◽  
Satiningsih Satiningsih

The COVID-19 pandemic is currently affecting education bodies including universities. The negative impacts of pandemic on students’ academic lives cannot be underestimated primarily on the final-year undergraduate students who are working on their thesis. Various obstacles encountered by the students due to the distance learning applied by universities in responding to the pandemic can cause academic problems including procrastination. The main impact of academic procrastination on students is the delay in graduation that affects both the students’ future careers and the image of the university. The study aims to describe the academic procrastination of the final-year students during the COVID-19 pandemic. This was a survey research that applied saturated samples for recruiting subjects. A number of 224 final-year students were involved. Data was collected using an academic procrastination questionnaire and was analysed descriptively using a statistic program.  The results showed that the academic procrastination among the participants was in the moderate category. The residence of the participants who are working on their thesis from homes indicate the connection with academic procrastination. In contrast, gender and the entry year are not proved as the factors that affect the students’ academic procrastination. Keywords: Academic procrastination, COVID-19 pandemic, students Abstrak: Pandemi COVID-19 telah berdampak pada pendidikan tinggi. Dampak negatif tidak dapat diabaikan dalam kegiatan pembelajaran terlebih pada mashasiswa semester akhir yang sedang mengerjakan skripsi. Berbagai kendala yang ditemui mahasiswa menimbulkan prokrastinasi akademik. Dampak dari prokrastinasi akade-mik adalah tertundanya kelulusan yang mempengaruhi baik masa depan mahasiswa maupun citra perguruan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prokrastinasi akademik mahasiswa tingkat akhir dalam masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode survei yang merekrut subjek menggunakan teknik sampling jenuh dengan jumlah subjek penelitian sebesar 224 orang. Data dikumpulkan menggunakan skala prokrastinasi akademik dan dianalisis secara deskriptif dengan bantuan program statistik. Hasil penelitian menunjukkan prokrastinasi akademik pada subjek berada pada kategori sedang. Tempat tinggal ditemukan menjadi faktor yang berkaitan dengan prokrastinasi akademik selama mengerjakan skripsi dari rumah. Namun, jenis kelamin dan tahun masuk universitas tidak terbukti sebagai faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik mahasiswa.


2021 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 267
Author(s):  
Martaria Rizky Rinaldi

The present study aims to explore loneliness of college student during COVID-19 pandemic in Indonesia. A total of 236 respondents were participated in the study. Data collection was performed using UCLA Loneliness Scale version 3. Data were analyzed by using descriptive analysis, independent sampel t-test and ANOVA. The study found that more than half of the number of respondents were mild lonely (66.95%), while the others were moderate lonely (19.91%), and  the rest  were not lonely (13.13%). The finding also showed that there is no significant difference in loneliness between men and women, as well as between respondents living in parents' houses, and boarding or rented houses. Based on this study, it can be concluded that most participants experience loneliness in the mild level.Keywords: Loneliness, students, COVID-19 pandemic Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris untuk mengetahui kesepian pada mahasiswa di masa pandemi COVID-19. Sampel penelitian yaitu 236 mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan UCLA Loneliness Scale 3. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan uji beda dengan t-test dan ANOVA. Temuan dari penelitian ini yaitu sebesar 66,95% responden menunjukkan kesepian ringan, 19,91% responden menunjukkan kesepian sedang, dan 13,13% responden menunjukkan tidak kesepian. Penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan kesepian yang signifikan antara laki-laki dan perempuan, maupun berdasarkan status tempat tinggal (rumah orang tua, indekos ataupun rumah kontrak). Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa mengalami kesepian pada tingkat ringan.


2021 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 293
Author(s):  
Kholifah Umi Sholihah ◽  
Laksmi Rahmadian

The quality of marriage is an important issue for every family. The marital quality depends on how each partner can manage the obstacles that were present in their life, one of which is the economic impact of the COVID-19 pandemic. The purpose of this research was to examine the quality of marriage of families who are economically affected during the pandemic. The method was a descriptive quantitative with the total number of 102 subjects who were recruited using convenience sampling. The main criteria used for selecting subjects was that they were married and economically affected due to the pandemic. Data were analyzed using cross-tabulation analysis. The result shows that people who are economically affected due to the COVID-19 pandemic has a moderate level of marital quality. The result of this study is expected to be used by the government as a basis for making programs to improve the quality of marriage among families who are economically affected during the COVID-19 pandemic.Keywords: Marital quality, COVID-19 pandemic, economic impact Abstrak: Kualitas pernikahan merupakan sesuatu yang penting bagi setiap keluarga. Baik tidaknya kualitas pernikahan tentu saja bergantung dari bagaimana setiap pasangan bisa mengelola rintangan yang hadir dalam kehidupannya, salah satunya seperti dampak ekonomi selama pandemi COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menge-tahui gambaran kualitas pernikahan pada keluarga yang terdampak secara ekonomi selama pandemi. Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif dengan jumlah sampel 102 orang yang telah menikah dan terdampak secara ekonomi selama pandemi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan convenience sampling. Data dianalisis menggunakan cross-tabulation dengan bantuan program statistik. Dari hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa kualitas pernikahan keluarga yang terdampak ekonomi selama pandemi memiliki tingkat kualitas sedang. Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan oleh pemerintah sebagai dasar untuk membuat program dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pernikahan pada keluarga yang terdampak ekonomi selama pandemi COVID-19.


2021 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 304
Author(s):  
Pratista Arya Satwika ◽  
Rini Setyowati ◽  
Fika Anggawati

The purpose of this study was to determine the relationship between family and peer emotional support and self-compassion among the final year undergraduate students amid COVID-19 pandemic. A total number of 61 undergraduate students whose ages ranged from 19 to 26 years and who are completing their thesis at the time of this study were selected randomly. Data were collected using questionnaires of self-compassion, and family and peer emotional support which were distributed online. The results of multiple linear regression analysis show that there is a significant relationship between emotional support from family and peers with self-compassion. However, when the analysis was conducted partially, only the relationship between family emotional support and self-compassion that is significant; while, the relationship between peer emotional support and self-compassion is not proved. It can be concluded from the results that there is a simultaneous relationship between family emotional support and peer emotional support with self-compassion owned by students who are completing their thesis during the COVID-19 pandemic.Keywords: Emotional support, family, peer, self-compassion, students Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dukungan emosional keluarga dan teman sebaya dengan self-compassion pada mahasiswa tingkat akhir pada masa pandemic COVID-19. Sejumlah 61 mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir dengan rentang usia 19 sampai 26 tahun direkrut menggunakan teknik random sampling. Data dikumpulkan menggunakan skala self-compassion, dan dukungan emosional keluarga dan teman sebaya. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan emosional keluarga dan teman sebaya dengan self-compassion. Secara parsial, terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan emosional keluarga dengan self-compassion, namun tidak terdapat hubungan antara dukungan emosional teman sebaya dengan self-compassion.  Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan secara simultan antara dukungan emosional keluarga dan dukungan emosional teman sebaya dengan self-compassion yang dimiliki oleh mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi pada masa pandemi COVID-19.


2021 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 315
Author(s):  
Umi Anugerah Izzati ◽  
Meita Santi Budiani ◽  
Olievia Prabandini Mulyana ◽  
Ni Wayan Sukmawati Puspitadewi,

This research discusses the psychological well-being of employees affected by COVID-19 pandemic. This research was a descriptive study that used a quantitative approach. The subjects in the study were 118 employees who are working in an educational institution. Data were collected using the psychological well-being scale which was constructed based on the Ryff’s (1989) concept of psychological well-being. Data analysis were carried out by compiling categorization and cross-tabulating in order to determine the psychological well-being of employees. The results showed that the psychological well-being of employees was in the high category. The dimension of psychological well-being that stands out is the life purpose, followed by the positive relationships with others.Key words: Psychological well-being, employees, COVID-19 pandemic Abstrak: Penelitian ini membahas mengenai gambaran kesejahteraan psikologis pada karyawan terdampak pandemic COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Subjek dalam penelitian adalah 118 karyawan yang bekerja di salah satu institusi pendidikan. Data dikumpulkan menggunakan skala kesejahteraan psikologis yang disusun berdasarkan konsep kesejahteraan psikologis dari Ryff (1989). Analisis data dilakukan dengan menyusun kategorisasi dan melakukan tabulasi silang guna mengetahui kesejahteraan psikologis karyawan. Hasil penelitian menunjukkan kesejahteraan psikologis yang dimiliki karyawan masuk ke dalam kategori tinggi. Dimensi kesejahteraan psikologis yang menonjol adalah tujuan hidup, dilanjutkan dengan hubungan positif dengan orang lain.


2021 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 217
Author(s):  
Amalia Rahmandani ◽  
Yohanis Franz La Kahija

The World Health Organization declared Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) as a pandemic disease. The psychological impacts of the pandemic can increase the risk of somatic symptoms among individuals. As a signal of alertness and adaptive action, prolonged somatic symptoms can affect overall psycho-physiological functions. When the symptoms continue with a decrease in individual immunity, COVID-19 infection can become riskier. This study aims to examine the effect of using body awareness to reduce somatic symptoms through a short intervention in people in the middle of COVID-19 pandemic. Intervention was conducted online in accordance with the directives of the Indonesian government concerning social restrictions. This study used one group pretest-posttest design. Data were collected using Somatic Symptom Scale (SSS-8) which was adapted into Indonesian. There were 34 subjects fully participated in this intervention based on convenience sampling through online publication (voluntary participation). Using the paired sample t-test, the results show that body awareness provides significant benefits in decreasing somatic symptoms.Keywords: Body awareness, COVID-19 pandemic, somatic symptoms Abstrak: World Health Organization menyatakan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai penyakit pandemik. Dampak psikologis dari pandemi dapat meningkatkan risiko munculnya gejala somatis yang dirasakan oleh individu. Gejala somatis sebagai sinyal untuk waspada dan adaptif dapat berkepanjangan dan memengaruhi fungsi psikofisiologis secara menyeluruh. Gejala somatis yang berkepanjangan dan disertai penurunan imunitas individu dapat meningkatkan risiko terinfeksi COVID-19. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh intervensi singkat “awas pada badan” terhadap penurunan gejala somatis pada masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Intervensi dilakukan secara daring sesuai arahan pemerintah terkait pembatasan sosial. Penelitian menggunakan one group pretest-posttest design dengan menggunakan Somatic Symptom Scale (SSS-8) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia sebagai instrument pengumpul data. Terdapat 34 partisipan yang direkrut berdasarkan convenience sampling melalui publikasi online dan mengikuti intervensi secara penuh (partisipasi sukarela). Hasil analisis menggunakan paired sample t-test menunjukkan bahwa latihan “awas pada badan” memberikan manfaat signifikan bagi penurunan gejala somatik.


2021 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 247
Author(s):  
Nurchayati Nurchayati ◽  
Muhammad Syafiq ◽  
Riza Noviana Khoirunnisa ◽  
Ira Darmawanti

This study examined two things: a) challenges confronting undergraduate students as a result of an abrupt transition to online learning in response to the COVID-19 pandemic, and b) the coping techniques that they employed to tackle the challenges. Using Google Forms, interviews were conducted with 418 undergraduate students in one of universities in Surabaya. Qualitative thematic analysis of the interviews produced three findings. First, among the problems faced by the students are poorly done online classes, trouble interacting with lecturers and classmates, difficulty in accessing course resources, bad Internet connection, environmental distractions, and chaotic changes in class schedules. Second, as a result, the students suffered from increased stress and poor learning experience. Third, to survive, they employed three major coping techniques: problem-focused, emotion-focused, and appraisal-focused. This study concludes that students, lecturers, parents, and the government employ coping strategies that are both synergistic and antagonistic.  Keywords: Coping strategies, COVID-19 pandemic, online learning, studentsAbstrak: Riset ini mengkaji tantangan para mahasiswa tingkat sarjana akibat transisi mendadak ke pembelajaran dalam jariringan (daring) di masa pandemi COVID-19, dan strategi mereka dalam mengatasi tantangan itu. Data dikumpulkan melalui wawancara tertulis menggunakan Google Forms terhadap 418 mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Teknik analisis tematik yang digunakan membuahkan tiga temuan. Pertama, masalah-masalah yang dihadapi para sujbek mencakup paparan materi kuliah yang tidak memadai, sukarnya interaksi dengan dosen dan sesama mahasiswa, sukarnya akses ke bahan pembelajaran, buruknya koneksi internet, distraksi lingkungan, dan berubah-ubahnya jadwal kuliah. Kedua, akibatnya, di samping mutu pengalaman belajar para mahasiswa ini menjadi tidak optimal, mereka pun mengalami problem psikis. Ketiga, dalam beradaptasi pada sistem perkuliahan online atau dalam jaringan (daring) dengan berbagai problemnya itu, para mahasiswa menempuh beragam strategi coping yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam tiga gugus utama strategi yaitu coping yang berpusat pada problem, coping yang bertumpu pada emosi, dan coping yang berbasis interpretasi. Riset ini mencapai kesimpulan bahwa teknik-teknik coping yang diterapkan oleh berbagai pemangku kepentingan (mahasiswa, dosen, orang tua, dan pemerintah) ternyata bekerja secara sinergis sekaligus antagonistik.


2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 187
Author(s):  
Qori Faizun ◽  
Nurchayati Nurchayati

Using Giddens’ structuration theory and Bandura’s concept of agency, this quasi-life-historical study deals with how an interplay between agency and social structure produced the transformation of a participant from a drug addict with HIV/AIDS into an addiction counselor. In response to the structural forces at work in her society, the subject exercised her agency in ways that led, as an unintended consequence, to her contracting HIV/AIDS. Drug abuse, too, was another of her self-defeating ways of tackling life’s trials, such as the excess of pocket money, dysfunctional family communications, and stifling parental disciplinary styles. Structural forces, taking the forms of rehabilitation facilities and family and community supports, played a key role in her success in kicking her drug habit and becoming an addiction counselor. The transformation, however, is best seen as the product of a favorable interplay between existing structural forces and the subject’s constructive ways of enacting her agency.Keywords: Agency, structure, drug addict, HIV/AIDS, addiction counselor Abstrak: Menggunakan metode quasi-life history, riset kualitatif ini mengkaji transformasi subjek dari pecandu penyandang HIV/AIDS menjadi konselor adiksi. Merujuk pada teori strukturasi Giddens dan konsep agency dari Bandura, studi ini mencoba memahami bagaimana struktur dan agency berinteraksi dan menghasilkan transformasi tersebut. Menjadi penyandang HIV/AIDS adalah akibat yang tidak diniatkan (unintended consequence) dari cara subjek menjalankan agency-nya dalam menanggapi daya-daya struktural dalam masyarakat. Dalam menyikapi peraturan orang tua, ketidakharmonisan komunikasi keluarga dan berlebihnya uang saku, subjek justru mengonsumsi NAPZA. Di sisi lain, ada sejumlah daya struktural yang membantu subjek membebaskan diri dari adiksi dan menjadi konselor, seperti program rehabilitasi, dukungan masyarakat sekitar, dan membaiknya sikap keluarga. Alih-alih bekerja sendiri, daya-daya struktural tersebut bersinergi dengan perjuangan subjek. Studi ini menyimpulkan bahwa transformasi subjek dari pencandu NAPZA dan penyandang HIV/AIDS menjadi konselor adiksi dapat dipahami sebagai hasil sinergi antara agency individu dan struktur sosial.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document