JKKP (Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

133
(FIVE YEARS 47)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Negeri Jakarta

2597-4521, 2303-2375

2021 ◽  
Vol 8 (02) ◽  
pp. 120-130
Author(s):  
Bambang Mardisentosa ◽  
Jarnawi Afgani Dahlan ◽  
Nela Dharmayanti ◽  
Bambang Afriadi ◽  
Nury Ayuningtyas Kusumastut ◽  
...  

This research aims to develop a model instrument for adolescent health education in maturing the age of marriage. At adolescence, the female reproductive organs are psychologically well developed and strong and ready to give birth to offspring and physically begin to mature. For that, it needs a method of health education that can reach teenagers. This research used a development method that also includes the instrument standardization process. The model used is a 4-D model development consisting of define, design, develop, and disseminate. The subjects of this study consisted of adolescents aged 10-15 years and 16-21 years in Tangerang City. The sample was selected in this study through cluster random sampling technique. This study indicates that reproductive health education can increase the knowledge of adolescents in Tangerang City about maturing the age of marriage. Health education activities through reproductive education have shown quite effective results in increasing adolescent knowledge about maturing age at marriage. At the pretest, adolescents' knowledge was included in the poor category because the teenagers had not received direct information about maturing age at marriage. However, indirectly some teenagers get information from the mass media without further knowledge, namely at the knowing stage. However, during the posttest, there was a significant increase in respondents' knowledge about reproductive health education. Of the 13 indicators, all experienced an increase in the average value of knowledge compared to the reproductive health education pretest.


2021 ◽  
Vol 8 (01) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Kinantri Puspa Sari ◽  
Maulana Rezi Ramadhana

The postpartum period is a transitional period experienced by married couples who require adjustments to the presence of changes in their relationship, especially when the wife is experiencing postpartum stress (depression) during that period. The postpartum period causes changes in conditions followed by changing roles and responsibilities, which can affect the communication relationship between partners. This study focuses on communication patterns of married couples in postpartum pressure using the Interpersonal Communication Patterns Theory approach which is supported by the theory of relationship turbulence. The research method used is a qualitative method with data collection techniques in the form of interviews with four husband and wife couples who live in the city of Bandar Lampung, the determination of the informants is obtained through a snowball sampling strategy (multistage method) with expert informants as data confirmation. The results show that all couples have a separate balanced communication pattern (balanced split pattern) during the face of postpartum stress, which is marked by the division of responsibilities in different roles. In a balanced split communication pattern, all informants experience interferences as well as communication supports, and some experience relationship uncertainty, while constructive strategies are used as approaches in conflict management strategies between partners, characterized by open communication and negotiation. Conflicts related to childcare tasks and lack of quality interactions were the findings of this study. Abstrak Periode pasca melahirkan adalah periode transisi yang dialami oleh pasangan suami istri yang membutuhkan upaya penyesuaian dalam hubungan relasi, terlebih saat pihak istri mengalami tekanan/depresi pasca melahirkan selama periode tersebut. Periode pasca melahirkan menimbulkan perubahan kondisi, berupa perubahan peran dan tanggung jawab, yang dapat mempengaruhi hubungan komunikasi di antara pasangan. Penelitian ini berfokus pada pola komunikasi suami-istri dalam tekanan pasca melahirkan dengan metode penelitian kualitatif. Teknik pengambilan data berupa wawancara terhadap empat pasangan suami istri di Bandar Lampung yang didapat dari teknik pengambilan sample snowball sampling, Hasil menunjukkan bahwa seluruh pasangan memiliki pola komunikasi seimbang terpisah selama menghadapi tekanan pasca melahirkan, yang ditandai dengan adanya pembagian tanggung jawab pada peran yang berbeda. Dalam pola komunikasi seimbang terpisah, seluruh informan mengalami hambatan juga dukungan komunikasi, dan sebagian mengalami ketidakpastian hubungan. Sementara, strategi konstruktif digunakan sebagai pendekatan dalam strategi manajemen konflik di antara pasangan, ditandai dengan adanya keterbukaan komunikasi dan negosiasi. Konflik terkait dengan tugas pengasuhan anak dan kurangnya kualitas interaksi menjadi temuan dalam penelitian ini.


2021 ◽  
Vol 8 (01) ◽  
pp. 91-107
Author(s):  
Dian Novita ◽  
Kenty Martiastuti

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fenomena nomophobia pada anak usia dini di wilayah perdesaan dan perkotaan, menganalisis perbedaan perilaku nomophobia dan perilaku sosial antara kedua wilayah, serta menganalisis hubungan perilaku nomophobia terhadap perilaku sosial. Penelitian ini dilakukan di dua wilayah yaitu di Kabupaten Kuningan (representatif wilayah perdesaan) dan Kota Depok (representatif wilayah perkotaan) dengan responden masing-masing sebanyak 50 orang, sehingga total responden adalah 100 orang. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah perilaku nomophobia yang menggunakan instrumen NMP-Q (Yildirim,2015) dan perilaku sosial diukur berdasarkan dimensi yang dikembangkan oleh Hurlock (1978) yang terdiri atas perilaku prososial dan antisosial. Melalui uji independent sample t-test, hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada perilaku nomophobia antara wilayah perdesaan dan perkotaan. Skor rata-rata perilaku nomophobia di perdesaan adalah 35,61 sedangkan di perkotaan adalah 35,72 yang termasuk kategori rendah. Perilaku sosial di kedua wilayah sebagian besar menunjukkan kategori tinggi (64%) dan tidak ada perbedaan perilaku sosial secara umum baik di perdesaan maupun perkotaan. Hasil uji korelasi menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara perilaku nomophobia dan perilaku sosial namun koefisien korelasi negatif yaitu -0,085 menjadi indikasi bahwa semakin tinggi perilaku nomophobia maka akan semakin rendah perilaku sosial anak usia dini. Hal ini perlu mendapat perhatian bersama, mengingat dampak buruk yang dapat ditimbulkan dari adanya fenomena nomophobia terutama pada anak usia dini. Kata Kunci: anak usia dini, nomophobia, perilaku sosial   Nomophobia Phenomenons in Early Childhood based on Regional Typology and       Its Relationship to Prosocial and Antisocial Behaviors Abstract This study aims to identify the phenomenon of nomophobia in early childhood in rural and urban areas, to analyze differences in nomophobic behavior and social behavior between the two regions and to analyze the relationship between nomophobic behavior and social behavior. This research was conducted in two areas, namely Kuningan District (rural area representative) and Depok City (urban area representative) with 50 respondents each, so that the total number of respondents was 100 people. The data collected from this study were nomophobic behavior using the NMP-Q instrument (Yildirim, 2015) and social behavior was measured based on the dimensions developed by Hurlock (1978) which consisted of prosocial and antisocial behavior. Through the independent samples t-test, it was found that the results of the study showed no significant difference in nomophobic behavior between rural and urban areas. The average score of nomophobic behavior in rural areas is 35,61, while in urban areas it is 35,72 which is in the low category. Most of the social behavior in the two regions shows the high category (64%) and there is no difference in social behavior in general, both in rural and urban areas. The results of the correlation test showed that there was no significant relationship between nomophobic behavior and social behavior, but the negative correlation coefficient, namely -0,085, is an indication that the higher the nomophobic behavior, the lower the social behavior of early childhood. This needs mutual attention, considering the bad effects that can be caused by the phenomenon of nomophobia, especially in early childhood. Keywords : early childhood, nomophobia, social behavior


2021 ◽  
Vol 8 (01) ◽  
pp. 67-80
Author(s):  
Latania Fizikri Arvianna ◽  
Nurlaila Abdullah Mashabi ◽  
Uswatun Hasanah

Perilaku merupakan tanggapan seseorang terhadap apa yang ada di sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai macam perilaku salah satunya yaitu perilaku prososial. Perilaku prososial yaitu perilaku yang menekankan pada tindakan menolong dengan memperlihatkan kesejahteraan individu lain dengan tidak mementingkan diri sendiri. Perilaku prososial pada remaja dipengaruhi oleh berbagai macam hal, salah satunya yaitu religiusitas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara religiusitas dengan perilaku prososial remaja. Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan Patria Jaya Bekasi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional. Populasi pada penelitian ini adalah remaja karang taruna usia 15-24 tahun dengan jumlah sampel sebesar 60 responden yang terdiri dari 37 orang perempuan dan 23 orang laki-laki. Teknik pengambilan data menggunakan teknik sampling jenuh. Pengumpulan data menggunakan skala Religiusitas (16 aitem) dan skala Perilaku Prososial (23 aitem). Uji hipotesis data yang digunakan adalah korelasi koefisien product moment dengan hasil yang disimpulkan r hitung >  r tabel yaitu sebesar 0,655 > 0,2542. Hasil uji t dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh r hitung > r tabel yaitu 6,60 > 2,001, hasil ini menjelaskan bahwa terdapat korelasi positif dan hubungan yang signifikan antara hubungan religiusitas terhadap perilaku prososial remaja. Religiusitas memberikan sumbangan efektif dengan perilaku prososial sebesar 42,9%, sedangkan sisanya 57,1% ditentukan factor lain yang tidak diteliti.


2021 ◽  
Vol 8 (01) ◽  
pp. 81-90
Author(s):  
Salsabila ◽  
Maulana Rezi Ramadhana

Parent-child communication is the process of sending and receiving messages that occur between parent and child. Parent-child communication is an important factor in forming a good attachment relationship. Without good parent-child communication, there will not be a good attachment relationship. This attachment has a long-term impact from the moment the child is born into the world and throughout his life. Attachment affects a child's emotional, physical and psychological behavior. Children with good attachment will show positive attitudes and behaviors from the results of this attachment relationship, children with bad attachment will show negative attitudes and behaviors. In this study, there is a phenomenon with ABK that is slightly ignored by their biological parents so that children with special needs are cared for by nonbiological parents, therefore the aim of this study is to compare the communication between children with special needs with biological and nonbiological parents. In determining attachment, this study uses Bowbly's attachment theory which states that there are three levels of attachment, namely secure, resistant and avoidant attachment. This research uses qualitative, descriptive methods by applying data collection techniques through in-depth interviews. Interviews were conducted with three key informants, two expert informants and one supporting informant. The results showed that children with special needs have a safe attachment relationship with their nonbiological parents while not safe with their biological parents.  Keywords: communication, family, children with special needs, parenting, attachment Abstrak Komunikasi orangtua-anak merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan – pesan yang terjadi di antara orangtua dan anak. Komunikasi orangtua-anak menjadi salah satu faktor penting dalam terbentuknya suatu hubungan kelekatan yang baik. Tanpa adanya komunikasi orangtua-anak yang baik, maka tidak akan terjadi hubungan kelekatan yang baik. Kelekatan ini memiliki dampak yang sifatnya jangka panjang dari sejak anak lahir ke dunia hingga sepanjang hidupnya. Kelekatan berdampak pada perilaku emosional, fisik dan psikis seorang anak. Anak dengan kelekatan yang baik akan menunjukan sikap dan perilaku yang positif dari hasil hubungan kelekatan tersebut begitupun sebaliknya anak dengan kelekatan yang tidak baik akan menunjukan sikap dan perilaku yang negatif.  Pada penelitian ini, terdapat fenomena Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang sedikit diabaikan oleh orangtua kandungnya sehingga ABK diasuh oleh orangtua asuh, maka dari itu tujuan penelitian ini yaitu membandingkan komunikasi kelekatan ABK dengan orangtua kandung dan orangtua asuh. Dalam menentukan kelekatan, penelitian ini menggunakan teori kelekatan dari Bowbly yang menyebutkan bahwa ada tiga tingkat kelekatan yaitu secure attachment (kelekatan aman), resistant attachment (kelekatan cemas) dan avoidant attachment (kelekatan menghindar). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, deskriptif dengan menerapkan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Wawancara dilakukan dengan tiga orang informan kunci, dua orang informan ahli dan satu orang informan pendukung. Hasil penelitian menunjukan bahwa ABK memiliki hubungan kelekatan yang aman dengan orangtua asuhnya sementara tidak aman dengan orangtua kandungnya.  


2021 ◽  
Vol 8 (01) ◽  
pp. 11-21
Author(s):  
Dwi Kemala Sari ◽  
Shinta Doriza ◽  
Vania Zulfa

Bisnis keluarga merupakan bisnis yang diturunkan pendiri kepada generasi berikutnya. Tetapi tidak banyak bisnis keluarga khususnya di Indonesia yang memikirkan dan merencanakan proses suksesi. Pendidikan dan motivasi pada kesiapan suksesor merupakan bagian proses suksesi yang sangat penting dalam bisnis keluarga. Pendidikan yang tinggi diharapkan agar anak mampu mengembangkan ilmunya dalam berbagai bidang dan memenuhi keinginannya. Dalam bisnis keluarga, jika anak memiliih mengembangkan bisnis keluarga dengan ilmu yang dimiliki serta motivasi dan potensi yang ada padanya maka pendiri akan membimbingnya dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendidikan dan motivasi kesiapan suksesor pada bisnis keluarga. Penelitian ini akan dilakukan pada generasi kedua dari pemilik usaha kuliner berasal dari budaya Betawi yang sudah menetap di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode Interpretative Phenomenological Analysis yang pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat satu responden yang menyelesaikan pendidikannya hingga sarjana agar dapat menjadi suksesor dan kedua responden lainnya hanya sampai tingkat SMA untuk menjadi suksesor selain itu ketiga responden memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam mempersiapkan diri sebagai suksesor. Maka sebaiknya, sebelum menentukan suksesor pendiri harus menetapkan secara tegas terkait syarat pendidikan dan melihat bagaimana motivasi kesiapan secara matang pada diri suksesor agar bisnis keluarga dapat terus bertahan dan tidak mengalami kegagalan. Abstract A family business is a business that the founders pass on to the next generation. But not many family businesses, especially in Indonesia, think about and plan the succession process. Education and motivation for successor readiness is a very important part of the succession process in a family business. High education is expected so that children can develop their knowledge in various fields and fulfill their desires. In the family business, if the child chooses to develop a family business with the knowledge they have and the motivation and potential that is in him, the founder will guide him well. This study aims to determine the level of education and motivation for successor readiness in the family business. This research will be conducted on the second generation of culinary business owners who come from Betawi culture who have settled in DKI Jakarta. This study used a qualitative approach and the Interpretative Phenomenological Analysis method, where data collection was carried out by observation, interviews, and documentation. The results show that the level of education is not a special requirement in the Betawi family business, although it is believed that the higher the level of education the successor has, the more knowledgeable both theoretically and practically about business are gained. In addition, in the beginning, to become a successor, of course the founder also saw the motivation of the readiness of successors who already know and are directly involved in helping founders manage the family business.


2021 ◽  
Vol 8 (01) ◽  
pp. 108-119
Author(s):  
Alfina E. Notti ◽  
Delsylia Tresnawaty Ufi

Abstrak Di dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan mengenai kualitas perkawinan dan dampaknya terhadap kesehatan mental anak. Sistem perkawinan yang sehat, merupakan relasi yang baik antara suami dan istri serta hubungan orangtua dan anak-anak. Sedangkan perkawinan yang tidak sehat karena orang tua yang suka cekcok, dan karena masih menjalani hubungan dengan wanita idaman lain dan pria idaman lain, maka berdampak pada kesehatan mental anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas perkawinan dan dampak pada kesehatan mental anak berusia 6-12 tahun di desa Tesabela, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan subjek berjumlah 7 orang yang terdiri atas 2 keluarga. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh dari masing-masing keluarga mengatakan bahwa dalam perkawinan yang sudah dibangun selama ini cenderung di dalam sikap maupun kata-kata sering menyertakan kekerasan secara verbal dan nonverbal yang dapat berdampak pada kesehatan mental anak, di mana anak merasa bodoh sehingga berkelanjutan dengan dampak anak lambat dalam hal berpikir dan yang belum terarah. Dampak kesehatan mental terhadap kelakuan anak yang nakal, sering menyendiri, dan berkemauan keras. Demikian juga dampak yang ditimbulkan adalah anak menjadi pendiam dan pemalu, tidak menghargai khususnya pada ayah dan bersifat kasar. Akibatnya anak memiliki perasaan tentang keadaan diri yang kurang diterima. Kata kunci: anak, keluarga, kesehatan mental, kualitas perkawinan   The Quality of Marriage and its Impact on the Mental Health of children Abstract This research is motivated by problems regarding the quality of marriage and its impact on the mental health of children. A healthy marriage system is a good relationship between husband and wife as well as the relationship between parents and cildren. Meanwhile, unhealthy marriages because parents are bickering, and because they are still in relationships with other ideal women and other ideal men, have an impact on the mental health of the children. The purpose of this study was to determine which families in unhealthy marriages have an impact on the mental health of children aged 6 – 12 years in Tesabela Village, West Kupang District, Kupang Regency.  The method used in this study is a qualitative research method with 7 subjects consisting of 2 families. Based on the result of the data analysis obtained from each family, it is said that in marriages that have been built so far, the attitude and words often include non-verbal violence which can have an impact on the mental health of the child, where the child feels stupid so that it issustainable. With the impact of the child being slow in thinking and unfocused. Mental health impacts on child behaviour that is naughty, often aloof, and strong-willed. Likewise, the resulting impact is that the child becomes quiet and shy, does not respect especially the father and is rude. As a result, the child has feelings about their self that are less than acceptable. Keyword: children, family, mental health, quality of marriage


2021 ◽  
Vol 8 (01) ◽  
pp. 35-44
Author(s):  
Vania Zulfa ◽  
Raden Nur Astari Meivira ◽  
Nurlaila Abdullah Mashabi

Children are the next generation that every family dreams of. Besides, every family also hopes that their children can grow and develop optimally so that they can realize the expectations of their parents. This study aims to obtain an overview of the effectiveness of Laman Sahabat Keluarga on the level of knowledge of maternal care in children aged 13-24 months. This research was conducted in Cibatok Village, Bogor Regency. This research method uses the pre-experimental method with the alternative the one-group pretest-posttest design. The population in this study were mothers who have children aged 13-24 months old in Cibatok 2 Village, Bogor Regency. The total population is 114 people. Based on the results of the hypothesis, the results show that there is a significant difference in the knowledge of mothers about the care of children aged 13-24 months before and after using Laman Sahabat Keluarga. There are significant differences in maternal knowledge indicating changes and increases in maternal knowledge over a certain period. The concept of health education contained on the web page can also be a learning medium for individuals, groups, and communities so that from not knowing to know, from being unable to overcome health problems to be able. Therefore, Laman Sahabat Keluarga is very important in increasing Mother's knowledge of parenting with periodic effectiveness testing. The implication of the results of this study on the mother's knowledge is that the more and broader the mother's knowledge, the better her level of knowledge. Keywords: childhood, parenting, technology, website Abstrak  Anak merupakan generasi penerus yang didambakan setiap keluarga. Selain itu setiap keluarga juga mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dapat mewujudkan harapan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas Laman Sahabat Keluarga terhadap tingkat pengetahuan pengasuhan ibu pada anak usia 13-24 bulan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cibatok, Kabupaten Bogor. Metode penelitian ini menggunakan metode pre-experimental dengan alternatif the one group pretest-posttest design. Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 13-24 bulan di Desa Cibatok 2, Kabupaten Bogor. Adapun jumlah populasinya sebanyak 114 orang. Berdasarkan hasil hipotesis diperoleh hasil yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan ibu tentang pengasuhan anak usia 13-24 bulan sebelum dan sesudah menggunakan Laman Sahabat Keluarga. Terdapat perbedaan pengetahuan ibu yang signifikan menunjukkan perubahan dan peningkatan pengetahuan ibu dalam kurun waktu tertentu. Konsep pendidikan kesehatan yang terdapat dalam laman web juga dapat menjadi sebuah media belajar bagi individu, kelompok, dan masyarakat sehingga dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu. Oleh karena itu, Laman Sahabat Keluarga sangat berperan dalam meningkatkan pengetahuan Ibu mengenai pengasuhan dengan pengujian efektivitas secara berkala. Implikasi hasil penelitian ini pada pengetahuan Ibu adalah semakin banyak dan luas pengetahuan yang ibu miliki maka semakin baik tingkat pengetahuannya.


2021 ◽  
Vol 8 (01) ◽  
pp. 22-34
Author(s):  
Zulfa Khairunisa ◽  
Uswatun Hasanah ◽  
Prastiti Laras Nugraheni

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keterlibatan orangtua terhadap disiplin di era digital. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Diniyah Takmiliyah Ar-Rahmah, Bogor pada Januari sampai November 2020. Metode penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan kuantitatif asosiatif. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 1–4 di Madrasah Diniyah Takmiliyah, dengan jumlah sampel sebesar 93 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk variabel keterlibatan orangtua pada dimensi kemitraan antara orangtua dengan satuan pendidikan memiliki persentase sebesar 57% dan termasuk ke dalam kategori sedang. Sedangkan untuk variabel disiplin di era digital diperoleh hasil bahwa mayoritas anak belum memiliki disiplin yang tinggi. Hasil analisis data disimpulkan bahwa keterlibatan orangtua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap disiplin di era digital. Sebesar 27,4% variasi variabel sikap disiplin di era digital dapat dijelaskan oleh variabel keterlibatan orangtua, sedangkan 72,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.Abstract This study aims to analyze the effect of parental involvement on discipline in the digital age. This research was conducted at Madrasah Diniyah Takmiliyah Ar-Rahmah, Bogor from January to November 2020. This research method used a survey method with an associative quantitative approach. The population in this study were students grade 1–4 at Madrasah Diniyah Takmiliyah, with a total sample size of 93 respondents. The sampling technique used in this study was proportionate stratified random sampling. Based on the results of the study, it shows that the variable of parental involvement in the partnership dimension between parents and educational units has a percentage of 57% and is included in the medium category. As for the discipline variable in the digital era, the results show that most children do not have high discipline. The results of data analysis concluded that parental involvement has a significant effect on discipline in the digital era. 27.4% of the variation in the variable attitude of discipline in the digital era can be explained by the variable of parental involvement, while 72.6% is influenced by other factors that are not examined.


2021 ◽  
Vol 8 (01) ◽  
pp. 45-54
Author(s):  
Dina Nurul Oktavianti ◽  
Meddiati Fajri Putri
Keyword(s):  

Bumbu tabur merupakan bumbu yang fungsinya untuk memberikan rasa pelezat pada makanan atau jajanan.Rasa dan warna pada bumbu tabur bermacam-macam jenisnya menambah daya tarik tersendiri. Kandungan protein dari tepung tempe untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat dengan harga relatif terjangkau. Kandungan gizi pada serbuk cabai tersebut dijadikan penambahan dalam pembuatan bumbu tabur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesukaan konsumen terhadap bumbu tabur dengan penambahan serbuk cabai 0%, 20%, 25%dan 30%ditinjau dari aspek aroma,warna,rasa,dantekstur, serta untuk mengetahui kandungan protein pada bumbu tabur.Metode pendekatan yang digunakan adalah metode eksperimen dikarenakan adanya perlakuan atau percobaan. Desain eksperimen yang digunakan adalah pretest-posttest control group desain. Hasil analis yang diperoleh kemudian dianalisa secara statistik.Untuk mengetahui kandungan gizi protein menggunakan metode Kjeldahl. Berdasarkan hasil uji kesukaan, sampel yang disukai masyarakat adalah sampel B dengan penambahan cabe 25% dan rata-rata 84,05% yang memiliki rasa cukup pedas. Hasil uji laboratorium kandungan protein tertinggi pada sampel A dengan penambahan cabe 0% dan rata-rata prosentase protein 20,45685%.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document