This article is about the development of information and communication technology utilization model for education on remote, rural and border areas in Indonesia. The model is named “PSB di Daerah 3T” or information and communication technology-based learning resource center at school on remote, rural, and border areas. The model was developed based on modern learning, empowering, bottom- up, and partnership approaches and also set a benchmark with experiences of other countries. Piloting was developed in five sub-districts, they are Naringgul in Cianjur (West Java), Cijaku in Lebak (Banten), Atambua in Belu (East Nusa Tenggara), Sebatik in Nunukan (East Kalimantan), and Marore in Sangihe Islands (North Sulawesi). An elementary and a secondary school without electricity and internet access were choosen within each sub-district. Then a pack of learning resource contained an electric generator solar cell, a parabolic antenna, a television set, 6 units of laptop, wi-fi apparatus, and a hard disc of digital open learning material was given to each school. To ensure the success of the program a series of activities were conducted such as training, assistance, monitoring, and evaluation. Hopefully, within the following three years the program could be fully adopted and run independently by the school itself. Then the model couldbe disseminated to another districts that have similar characteristics. AbstrakArtikel ini menjelaskan pengembangan model pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk sekolah di daerah terpencil, tertinggal, dan terdepan. Model diwujudkan dalam bentuk “PSB di Daerah 3T” yakni pusat sumber belajar berbasis teknologi informasi dan komunikasi di sekolah pada daerah terpencil, tertinggal, dan terdepan. Pengembangan dilakukan berdasarkan konsep pembelajaran modern, pemberdayaan, tumbuh dari bawah, dan kemitraan, serta dengan belajar dari pengalaman Negara lain. Rintisan dikembangkan di lima daerah, yaitu Naringgul, Cianjur (Jawa Barat), Cijaku, Lebak (Banten), Atambua, Belu (NTT), Sebatik, Nunukan (Kalimantan Timur), dan Marore, Kepulauan Sangihe (Sulawesi Utara). Pada masing-masing daerah tersebut dipilih satu Sekolah Dasar dan satu Sekolah Lanjutan tingkat Pertama yang tidak terjangkau layanan energi listrik dan akses internet. Pada masing-masing sekolah tersebut diberikan paket bantuan pusat sumber belajar lengkap yang terdiri dari pembangkit listrik tenaga surya, antena parabola, pesawat televisi, 6 unit laptop, modem, wi-fi, dan sebuah harddisk satu terabyte berisi konten bahan belajar digital. Guna menjamin keberhasilan program ini diberikan pula paket pelatihan dan bimbingan, pendampingan, serta monitoring dan kajian. Selanjutnya diharapkan program ini dapat dijalankan secara mandiri oleh masing-masing sekolah. Model ini dapat diadopsi atau diadaptasi oleh Dinas Pendidikan dalam rangka memberikan layanan peningkatan kualitas pembelajaran di daerah masing-masing.