scholarly journals Hubungan Antara Merokok Dengan Diabetes Mellitus Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (Analisis Data Ifls 5)

2021 ◽  
Vol 2 (4) ◽  
pp. 459-470
Author(s):  
Dian Kartika Irnayanti ◽  
Krisnawati Bantas

Penelitian ini bertujuan untuk menilai risiko merokok terhadap diabetes mellitus berdasarkan indeks massa tubuh pada penduduk ≥ 15 tahun di Indonesia. Desain studi menggunakan cross-sectional dengan data sekunder Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia Tahun 2014 atau the Indonesia Family Life Survey Wave 5 (IFLS5) di 13 provinsi pada tahun 2014-2015, dengan total sampling sebesar 6.302 responden. Variabel yang diteliti adalah diabetes mellitus sebagai variabel dependen dan status merokok sebagai variabel independen. Sementara itu, variabel kovariat terdiri dari umur, jenis kelamin, status pernikahan, status hipertensi, jumlah batang rokok yang dihisap perhari, dan lama merokok. Analisis menggunakan regresi logistik dengan 95% CI. Prevalensi DM dalam penelitian ini adalah sebesar 6,6%. Sementara itu, prevalensi perokok aktif adalah 29,6%. Pada responden kurus dengan IMT < 18,5 kg/m2, risiko DM pada perokok aktif (OR = 2,22; 95% CI 0,45-10,97) berbeda dengan risiko DM pada mantan perokok (OR = 0,50; 95% CI 0,04-6,00) jika dibandingkan dengan bukan perokok, tetapi keduanya tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Sementara itu, pada responden yang obesitas, risiko DM antara mantan perokok (OR = 2,04; 95% CI 0,95-4,37) dengan perokok aktif (OR = 1,94; 95% CI 1,01-3,72) hampir sama, dimana keduanya menunjukkan hubungan yang positif. Sementara itu, pada responden dengan IMT normal dan IMT kegemukan, risiko DM pada perokok aktif dan mantan perokok tidak berbeda dengan bukan perokok. Penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan risiko DM yang signifikan pada perokok aktif maupun mantan perokok jika dikategorikan berdasarkan status IMT.

2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Purwo Setiyo Nugroho ◽  
Anisa Catur Wijayanti

World Health Organization memprediksi bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia akan menduduki peringkat ke lima pada tahun 2025 dengan prediksi jumlah penderita sebanyak 12,4 jiwa. Indeks masa tubuh merupakan salah satu indikator obesitas dengan diabetes melitus pada penduduk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan obesitas dengan diabetes mellitus pada responden survei Indonesian Family Life Survey V. Penelitian ini merupakan penelitian analisis data sekunder Indonesian Family Life Survei V yang dilakukan dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini sejumlah 48.139 responden, namun setelah data di cleaning dengan tujuan untuk menghapus data yang missing maka didapatkan jumlah responden sebanyak 30.133 dengan kelompok penelitian berdasarkan usia diatas 15 tahun. Hasil analisis Chisquare  menyatakan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan diabetes melitus dengan nilai p value 0,000 dan nilai POR 3,377; CI 95% 2,602–4,383. Dapat disimpulkan bahwa obesitas memiliki peluang untuk terjadinya sakit diabetes melitus sebesar 3,377 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita obesitas. Faktor obesitas merupakan salah satu faktor prediposisi untuk meningkatkan gula darah yang merupakan sebuah indikator diabetes melitus. Secara patologi hal ini dikarenakan se-sel beta pulau Langerhans menjadi kurang peka terhadap rangsangan akibat kadar gula darah dan kegemukan (obesitas) akan menekan jumlah reseptor insulin pada sel-sel seluruh tubuh.


HEARTY ◽  
2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 50
Author(s):  
Danny Kusuma Aerosta ◽  
Rico Januar Sitorus ◽  
Rostika Flora

<p class="16bIsiAbstrak">Sariawan tercatat sebagai penyakit yang dikeluhkan seperlima populasi dunia. Dan beberapa studi mengungkapkan tidak adanya pengaruh antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan. Namun penelitan sebelumnya memiliki jumlah sampel yang tidak besar. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan prevalensi dan distribusi sariawan dengan kebiasaan merokok pada perokok aktif dan pasif. Metode penelitian yang dipergunakan adalah cross-sectional dengan mempergunakan data <em>Indonesia Family Life Survey</em> (IFLS) 5 sebagai data induk untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dan kejadian sariawan. Prevalensi sariawan didapatkan dari keterangan lisan partisipan terhadap keluhan sariawan dalam sebulan terakhir. Kebiasaan merokok adalah kategori paparan rokok antara perokok aktif dan pasif. Distribusi paparan didasarkan atas usia, jenis kelamin, pendidikan, gejala depresi, riwayat hipertensi dan diabetes, dan jenis makanan yang dikonsumsi dalam sepekan terakhir.  Peluang kejadian dari faktor pajanan dominan dihitung dengan analisis multivariat regresi logistik. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan angka kejadian sariawan sebesar 17,89%. Dan hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan. Peluang kejadian sariawan dari faktor resiko dominan, antara lain kebiasaan merokok, usia, gejala depresi, riwayat diabetes melitus, konsumsi mie instan, minuman berkarbonasi, makanan pedas dan gorengan sebesar 55,40%. Dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan dengan<em> pvalue&gt;0,0001.</em></p>


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Fariza Zahra Kamilah ◽  
Farhan Habibie ◽  
Gina Ridhia Rahma ◽  
Mohammad Naufal Faisal Sofyan ◽  
Nurma Sari Isnaini ◽  
...  

Background: Diabetes mellitus (DM) is a disease of excessive blood sugar levels. Data from the Indonesian Ministry of Health shows that several DM survivors have had DM for over 15 years reached 19.98 million or 10.9% of the Indonesian population in 2019 with population data according to the Central Bureau of Statistics Republic of Indonesia. This research aimed to determine factors affecting DM in Indonesia. Method: This was a study with a cross-sectional design. The data used in this study came from the fifth wave of the Indonesian Family Life Survey (IFLS). A total of 34,257 individuals aged 14 or over as samples. The dependent variable was diabetes mellitus, while independent variables were obesity, hypertension, quality of sleep, and socio-economic factors. The data measurement was performed by logistic regression.  Results: The research found that obesity, hypertension, and poor sleep quality will increase the risk of DM and also the risk will increase due to socio-economic factors like age, education, household income, urban, and marital status. Conclusion: This study found that the driving force for DM in Indonesia is obesity, hypertension, and sleep quality.


2020 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 12-16
Author(s):  
Risnawati Valentina ◽  
Pujianto

Perkembangan jaminan kesehatan mulai berkembang dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak tahun 2014 yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Pemanfaatan layanan rawat jalan juga mengalami peningkatan baik rawat jalan maupun rawat inap. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah melihat distribusi perilaku perokok, pelayanan rawat jalan, dan faktor- faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat jalan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Indonesia Family Life Survey 5 (IFLS 5) tahun 2014-2015 dengan desain penelitian cross-sectional dan pendekatan kuantitatif di mana pengukuran variabel independen dan variabel dependen yang dilakukan pada Maret 2019. Teori pemanfaatan layanan kesehatan oleh Andersen mencakup predisposing (umur dan jenis kelamin), enabling (ke pemilikan jaminan kesehatan), dan need (status perokok dan penyakit yang berhubungan dengan perilaku merokok). Hasil yang diperoleh  adalah distribusi frekuensi pemanfaatan layanan rawat jalan selama empat minggu sebesar 1.600 (13,4%), distribusi frekuensi perilaku merokok sebesar 10.396 (86,9%), dan variabel umur, jenis kelamin, ke pemilikan jaminan kesehatan, status perokok dan penyakit yang berhubungan dengan perilaku merokok berhubungan signifikan dengan pemanfaatan layanan rawat jalan dengan p value = 0,00. Pemanfaatan layanan rawat jalan dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar diri


2020 ◽  
Vol 8 (4) ◽  
pp. 197
Author(s):  
Nur Iffah

ABSTRACT Smoking cause more than seven million deaths every year worldwide.The smokers are die in average 10 years earlier than nonsmokers. Chemicals from cigarette's smoke cause damage to the human body that can occur to anyone regardless of age, both active and passive smokers. The risk of cancer and heart disease are increased at smokers, the other health risks that can occur are kidney failure, intestinal ischemia, and hypertension. Prevalence consumed of cigarettes has been an increase in Indonesia, besides that the age of initiation smokers has getting younger. Thepurpose of this study wast oanalyze factors related to smoking behavior at productive age inIndonesia.The research was an analytic observational study with a cross sectional as study design. This study used secondary data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS5) conducted in 2014-2015. This study used all the population of household members of productive age (15-64 years), which was recorded in the secondary data of IFLS5 and 15,836 respondents has fulfilled the criteria.The characteristics of the most respondents were non-active smokers (58.18%), originating from the adult age group of 25-34 years (31.23%), mostly men (60.19%), moderate education level (49 , 73%), married status (80.11%) and lowincome (60.51%).Characteristicsn of respondents havea significant relationship with smoking behavior,with p<0.05 and a risk was1.32 times in adulthood,143.29 times in men, 3.55 and 2.40 times in low and medium education, 1,18 and 2,29 times in those who are married and divorce, then 1.38 and 1.30 times in low and medium income. Low life satisfaction, parental smoking history and negative feelings were related to smoking behavior, with p <0.00 and a risk consecutively was 1.37 times,1.48 timesand 1.03 times.Only the Extroversi on type of personality has a relationship with smoking behavior with a risk of 1.07times.There was a relationship between the characteristics of respondents and smoking behavior, besides that low of life satisfaction, parental smoking history, negative feelings and Extroversion personality types were related to smoking behavior. The prevention and control programs for smoking behavior are require by considering targets that adjusted from the characteristics of active smokers.  Keywords: smoking behavior, productive age, IFLS.        ABSTRAK Merokok menyebabkan lebih dari tujuh juta kematian setiap tahun di seluruh dunia.Rata-rata perokok meninggal 10 tahun lebih awal daripada bukan perokok. Bahan kimia dari asap rokok dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh manusia yang dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia, baik perokok aktif maupun pasif. Pada perokok terjadi peningkatan risiko kanker dan penyakit jantung, risiko kesehatan lain yang dapat terjadi ialah gagal ginjal, iskemia usus, dan hipertensi. Di Indonesia mengalami peningkatan jumlah konsumsi rokok,selain itu usia perokok pemula juga semakin muda. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan tindakan merokok pada usia produktif diIndonesia.Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder Indonesia Family Life Survey (IFLS5) yang dilakukan pada tahun 2014-2015. Penelitian ini menggunakan semua populasi Anggota Rumah Tangga (ART) berusia produktif yaitu 15-64 tahun yang tercatat pada data sekunder IFLS5 dan sejumlah 15.836 responden memenuhi kriteria.Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden terbanyak adalahbukan perokok aktif (58,18%), berasal dari golongan usia dewasa 25-34 tahun (31,23%), sebagian besar laki-laki (60,19%), tingkat pendidikan sedang (49,73%), berstatus kawin (80,11%) dan berpendapatan rendah (60,51%). Karakteristik responden memiliki hubungan signifikan dengan tindakan merokok yaitu p<0,05 dengan besar risiko1,32 kali pada usia dewasa,143,33 kali pada laki-laki,3,56dan2,41 kali pada pendidikan rendah dan sedang, 2,29 dan 1,18 kali pada yang sudah kawin dan belum kawin, kemudian 1,38dan1,30 kali pada pendapatan rendah dan sedang. Kepuasan hidup rendah, riwayat orangtua merokok dan perasaan negative berhubungandengan tindakan merokok yaitu p<0,00 dengan besar risiko berturut-turut 1,37 kali, 1,48 kali dan 1,02 kali. Hanya jenis kepribadian Extroversion yang memiliki hubungan dengan tindakan merokok dengan risiko 1,07kali.Terdapat hubungan karakteristik responden dengan tindakan merokok, selain itu kepuasan hidup rendah, riwayat orang tua merokok, perasaan negative dan jenis kepribadian Extroversion berhubungan dengan tindakan merokok.Perlunya program pencegahan dan pengendalian tindakan merokok dengan mempertimbangkan sasaran yang disesuaikan karakteristik perokokaktif. Kata kunci: tindakan merokok, usia produktif, IFLS.        


2018 ◽  
pp. 7
Author(s):  
Siti Maria Ulva

Permasalahan gizi dapat  terjadi sepanjang siklus kehidupan manusia. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatal (AKN). Penyebab paling banyak kematian pada kelompok neonatal adalah bayi dengan berat badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global dan memberikan efek kerugian dalam kesehatan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Berdasarkan data lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia mewakili 15% sampai dengan 20% dari jumlah total seluruh kelahiran merupakan bayi BBLR. Prevalensi BBLR di Indonesia berdasarkan RISKEDAS tahun 2013 sebesar 10,2 persen, berdasarkan data SDKI tahun 2012 sebesar 7,3 persen. Penelitian ini mengkaji hubungan antara pola makan dan anemia dengan kejadian BBLR di Indonesia dengan memanfaatkan data sekunder  Indonesia Family Life Survey (IFLS 5) tahun 2014-2015 yang tersebar. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain penelitian Cross Sectional. Memanfaatkan data sekunder IFLS 5 kemudian dianalisis secara restrospective. Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur (WUS) 15-49 tahun sudah menikah, pernah melahirkan, anak terakhir dan lahir hidup serta memenuhi kriteria inklusi yaitu memiliki berat badan bayi ditimbang. Variabel bebas yaitu pola makan dan anemia sedangkan variabel terikatnya adalah BBLR. Variabel luar pada penelitian ini yaitu usia, paritas ibu, pendidikan, pekerjaan, komplikasi kehamilan, konsumsi TTD dan lokasi tempat tinggal. Total responden yang masuk dalam sampel penelitian adalah 2.368 dengan kejadian BBLR 8,66 persen. Persentase pola makan tidak beragam ada 72,25 persen lebih banyak daripada pola makan beragam. Ada hubungan yang signifikan antara pola makan beragam dengan BBLR. Tetapi tidak ada hubungan antara anemia dengan BBLR. Temuan pada analisis lanjutan untuk kelompok makanan ada dua kelompok makanan yang berhubungan signifikan dengan BBLR (p<0,05) yaitu kelompok kacang-kacangan serta kelompok daging dan ikan. Variabel lain pendidikan dan pekerjaan ibu berhubungan signifikan dengan BBLR dalam penelitian ini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pola makan beragam memberikan resiko yang rendah dengan kejadian BBLR tetapi tidak dengan anemia. Perlu upaya perbaikan gizi masyarakat melalui pola makan beragam dan seimbang. Faktor sosial yang berhubungan signifikan dengan BBLR adalah pendidikan dan pekerjaan ibu.


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 184
Author(s):  
Armya Zakiah Safitri ◽  
Risna Nur Fajariyah ◽  
Erni Astutik

Background: Over the last decades, the number of new diabetic cases and the prevalence of diabetes have tended to increase. The diabetes prevalence rate in Indonesia in 2020 reached 6.20%. Purpose: The aim of this study is to examine the relationship between the variables of age, level of education, smoking status, and Body Mass Index (BMI) and the prevalence of diabetes in the urban areas. Methods: This was a cross-sectional study and used secondary data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS 5) in 2015. The data was analyzed using descriptive analysis and simple logistic regression. The dependent variable in this study was Diabetes Mellitus (DM); the independent variables were age, education level, smoking status, and BMI. Results: In terms of the respondents’ characteristics, individuals were mainly over 35 years of age (130 respondents, 83.87%). The highest level of education was attained by 93 respondents (60.00%). There was a correlation between respondents who were over 35 years of age, with p=0.01; prevalence ratio (PR)=5.60; 95%Cl=3.64–8.62) and the level of education (p=0.01; PR=1.69; 95%Cl=1.22–2.34) with the incidence of diabetes in urban areas in Indonesia. There was no correlation between the smoking status (p=0.55; PR=0.67; 95%Cl=0.01–2.73) and the BMI of respondents with the prevalence of diabetes in urban areas in Indonesia. Conclusion: The age and the level of education were linked to the incidence of diabetes in urban areas in Indonesia.


Author(s):  
Ashar Nuzulul Putra

Ketidakmampuan seseorang melakukan aktifitas daily living (kegiatan sehari-hari/dasar seperti berpakaian) umumnya dikarenakan proses penuaan atau dampak dari penyakit kronis, sehingga membatasi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas. Artritis merupakan penyakit yang paling sering dalam menyebabkan disability. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh artritis terhadap ketidakmampuan seseorang dalam berpakaian dengan pendekatan cross-sectional dan menggunakan data Indonesia Family Life Survey 2014. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 8185 responden berusia > 40 tahun. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa artritis memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap terjadi proses ketidakmampuan seseorang dalam berpakaian, sehingga disarankan bagi mereka yang menderita artritis tahap awal lebih rutin dan disiplin mengikuti terapi atau pengobatan yang ada, agar penyakitnya tidak menjadi lebih berat dan menyebabkan ketidakmampuan menggunakan pakaian secara mandiri. Dan bagi mereka yang menderita artritis berat, lebih baik menggunakan pelayanan pendampingan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.


2020 ◽  
pp. 31-37
Author(s):  
Nurul Hikmah ◽  
Harpiana Rahman ◽  
Ayu Puspitasari

Tenaga kesehatan merupakan prioritas utama dalam kesuksesan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Indonesia memiliki tantangan dalam meningkatkan jumlah tenaga kesehatan yang terlatih untuk memenuhi tuntutan yang berkembang. Departemen Kesehatan telah menggunakan beberapa pendekatan dalam menentukan kebutuhan staf, menggunakan proyeksi berdasarkan status kesehatan masyarakat, perubahan demografi dan program kesehatan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati penyebaran tenaga kesehatan puskesmas terhadap ketimpangan ekonomi rumah tangga di wilayah Indonesia Timur, sehingga pemerintah dapat menangani secara serius dan tegas terhadap permasalahan distribusi tenaga kesehatan, khususnya daerah yang sulit dijangkau. Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuantitatif dengan desain rancangan penelitian cross sectional. Menggunakan data sekunder skala besar dari Indonesia Family Life survey (IFLS) East. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan distribusi tenaga kesehatan antara puskesmas yang berada di wilayah dengan tingkat ekonomi rumah tangga tinggi dan rendah lokasi geografis berdasarkan perkotaan/pedesaan dan keterpencilan bahkan provinsi. Puskesmas di wilayah Indonesia Timur lebih banyak mengalami kekosongan tenaga khususnya dokter dan bidan, juga rendahnya jumlah tenaga kesehatan masyarakat membuktikan bahwa pelayanan kesehatan primer yang berorientasi pada promotif dan preventif terabaikan. Optimalisasi peran pemerintah sebagai regulator dan fasilitator yang lebih memfokuskan dan membantu daerah yang kekurangan tenaga kesehatan khususnya provinsi Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua Barat yang lebih banyak mengalami kekurangan tenaga kesehatan masyarakat bahkan kekosongan tenaga dokter dan bidan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document