scholarly journals Kesadaran Petani Lokal Memanfaatkan Sirih Hutan (Piper betle L.) sebagai Pestisida Nabati dalam Pengendalian Hama Tanaman Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) Kabupaten Manokwari Papua Barat

Author(s):  
Michel Koibur ◽  
Mika Marandof ◽  
Elwin

Salah satu upaya penerapan pertanian organik yaitu dengan menggunakan pestisida nabati. Pupuk organik cair sirih hutan (Piper betle L.) merupakan salah satu pupuk nabati yang dikaji dalam proses perlindungan tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.), terhadap hama ubi jalar. Ubi jalar merupakan tanaman pangan lokal papua yang dikonsumsi sebagai penganti nasi, sehingga perlu untuk dilakukan perlindungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis  pemanfaatan sirih hutan, (Piper betle L.) sebagai bahan ekstrak pestisida nabati organik cair pada tanaman ubi jalar. Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Petrus Kafiar, Distrik Manokwari Barat. Metode penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan perlakuan, P0, E1 (kontrol, tanpa perlakuan), P1, E2 (ekstrak sirih: tembakau, 1:1), P2, E3 (ekstrak sirih : tembakau, 2:1), P3. E4 (Ekstrak sirih : tembakau, 3:1), yang masing-masing perlakuan dilakukan ulangan semprotan 3 kali sehari pada tanaman ubi jalar. Untuk mengetahui intensitas serangan hama dilakukan analisis terhadap jumlah daun ubi jalar yang rusak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pestisida ekstrak sirih hutan dan tembakau berpengaruh signifikan terhadap intensitas serangan hama baik pada 17 HST, 24 HST, 31 HST, 38 HST, 45 HST, 52 HST dan 59 HST. Hasil terbaik pada perbandingan ekstrak sirih hutan dan tembakau 1 : 1 yang ditunjukkan dengan jumlah daun ubi jalar yang rusak paling sedikit.

2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
Author(s):  
Arik Dian Eka Pratiwi ◽  
A. Ariani Hesti W.S ◽  
Ebta Narasukma Anggraeny

Banyaknya aktivitas cenderung menyebabkan kelelahan, gangguan tidur dan stres sehingga produktivitas manusia dapat menurun. Beberapa tanaman yang diyakini masyarakat dapat membantu meningkatkan kualitas tidur diantaranya daun ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dan daun kangkung darat (Ipomea reptans Poir). Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan kimia serta dosis efektif kombinasi infusa daun kangkung darat dan daun ubi jalar sebagai agen hipnotik. Dosis masing-masing tanaman yang dipakai adalah 48 mg/KgBB mencit dan 382 mg/KgBB mencit. Hewan uji sejumlah 25 ekor dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu kontrol normal, kontrol positif induksi dengan diazepam 1,3 mg/KgBB mencit per oral, kelompok perlakuan III menggunakan perbandingan dosis (1:1), kelompok IV (1:2) dan kelompok V (2:1). Rotaryroad dipilih sebagai metode pengujian dalam penelitian ini. Analisis data yang digunakan yaitu memakai Shapiro-Wilk, selanjutnya uji one way ANOVA dan Post Hoc Tests. Penelitian menunjukkan bahwa daun ubi jalar dan daun kangkung darat mengandung senyawa flavonoid, steroid dan alkaloid yang diketahui memiliki aktivitas hipnotik. Efektivitas kemampuan hipnotik ditunjukkan pada kombinasi infusa dengan perbandingan dosis (1:1) yaitu infusa daun kangkung dengan dosis 48 mg/KgBB mencit dan infusa daun ubi jalar menggunakan dosis 382 mg/KgBB mencit. Kata kunci: daun kangkung darat, daun ubi jalar, hipnotik


Agronomy ◽  
2021 ◽  
Vol 11 (8) ◽  
pp. 1545
Author(s):  
Todd Anderson ◽  
Theodore Radovich ◽  
Jon-Paul Bingham ◽  
Nicolas Sinclair ◽  
Giselle Bryant ◽  
...  

Producing ‘Hawaiian Heritage’ cultivars can raise the market value of locally grown sweet potatoes and increase small farmer earnings in Hawaii. Twelve sweet potato breeding lines (Ipomea batatas L.), derived from the Hawaiian maternal parent ‘Mohihi’, together with four check varieties, were trialed under organic management conditions across three environments (site-year combinations) in Oahu, Hawaii (Waimānalo-2018, Waimānalo-2019 and Poamoho-2019). Trials were harvested five months after planting, consistent with local commercial production standards. There were significant differences in fresh harvest yield, post-curing yield, shape, and quality between environments and cultivars. The ‘Hawaiian Heritage’ lines HM 26 and HM 34 outperformed the commercial standard, demonstrating the potential use of traditional Hawaiian germplasm in modern breeding programs. Additionally, ‘Hawaiian Heritage’ lines (e.g., HM 32 and HM 17) with unique traits favored by the local community may be suitable breeding materials for niche markets.


Author(s):  
Made Suladra

Kue Yangko merupakan salah satu jenis makanan tradisional khas Yogyakarta dan ubi jalar ungumerupakan sumber antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan. Penelitian ini berjudul” Pengaruh penambahan ubi jalar ungu (ipomea batatas l.) terhadap sifat organoleptik dan aktivitas antioksidan pada kue yangko”  yang bertujuanmengetahui: (1)konsentrasitepung ubi ungu (Ipomoea batatas L) yang yang masih disukai (2) kandunganseratpangandanaktivitas antioksidan; (3) umur simpan kue Yangko ubi jalarungu (Ipomoea batatas L) yang terpilih. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 (empat) perlakuan yaitu substitusitepung ubi jalarungupadakonsentrasi berturut-turut:0 %; 15%; 30 %; dan50%. Masing-masing perlakuan dianalisis sifat organoleptik dan sifat kimia menggunakan analisis of varian (anava), dan apabila ada perbedaan diantara perlakuan, dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple  Range Test pada taraf signifikansi 5 %. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwapenambahanpada berbagaikonsentrasitepungubijalarungupada kue Yangko dapatmeningkatkan secarasignifikan; kadarair, kadar serat pangan dan aktivitas antioksidan. Substitusi atau penambahanpadakonsentrasi30 % tepung ubi jalar ungu dapat menghasilkan kue Yangko yang masih disukaidanmemiliki;warna ungu tua, rasa ubi jalar ungu, tekstur empuk, kadar air 43,21 %, kadar serat pangan 17,38 % (db),aktivitas antioksidan 93,53 % (db), dan umur simpanselama 4 haripadasuhuruang. 


2021 ◽  
Vol 33 (2) ◽  
pp. 186-191
Author(s):  
M. Orunmiyi ◽  
G. S. Bawa ◽  
R. M. Musa

Forty weaned rabbits (8 weeks old) of mixed sexes and breed, with an average initial live-weight of 680g, were used in a nine-week feeding trial to evaluate their performance on diets in which sun-dried sweet potatoe tuber meal (Ipomoea batatas) was included at the rate of 0, 10, 20, 30 and 40% levels in a CP Isonitrogenous diets. Performance parameters showed that feed intake, weight gain and feed to gain ratio were not significantly different between treatments. Values obtained were poorer for the sweet potato based diets compared to the control. No mortality was recorded during the experiment. Carcass and oragn weights expressed as percentage of live-weight showed no significant differences (P>0.05) across the treatments. It was concluded that sweet potato meal can be included   up to 40% level in diets of young rabbits.  


Author(s):  
Nur Fajriani Nursida ◽  
Tri Widayati Putri

In aquaculture, fish health problems are often encountered which can lead to failure in cultivation activities. One of the efforts to overcome the problem of disease in cultivation is done by providing immunostimulants. Sweet potato leaves (Ipomoea batatas) are plants that have a short harvest period, cheap and rich in vitamins and antioxidants so that it can be used as a source of immunstimulants. This research was conducted to determine the effect of adding sweet potato leaves (Ipomea batats) to tilapia (Oreochromis niloticus) feed on total leukocytes, phagocytic activity, hematocrit, and survival rate. The study was conducted by experimental method using a completely randomized design, with 4 treatment doses of sweet potato (Ipomoea batatas) used were 0%, 5%, 10% and 15%, which were formulated in fish feed and each treatment was repeated 3 times.. The results showed that giving 10% of sweet potato (Ipomea batatas) leaves in feed had a significant effect on the non-specific immune system of tilapia, which could increase the highest total leukocyte value by 6600 mm3 but did not have a significant effect on the phagocytosis index. 96.3%, 31% hematocrit with 93% survival.


2019 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 27
Author(s):  
Adi Guntoro ◽  
Priyono Priyono ◽  
Saiful Bahri

Penelitian tentang “Pengaruh pemangkasan pucuk dan pemberian dosis pupuk kompos Azolla pinnata ( Ipomea batatas blackie.)” telah dilaksanakan mulai tanggal 12 Oktober 2018 sampai 18 Januari 2019 Randusari RT 02 RW 01, Slogohimo, Wonogiri. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh dari pemangkasan pucuk terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar ungu (Ipomoea batatas blackie.), (2) mengetahui pengaruh dari pemberian dosis pupuk kompos Azolla pinnata terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar (Ipomoea batatas blackie.), (3) mengetahui pengaruh terbaik dari pemangkasan pucuk dan pemberian dosis pupuk kompos Azolla pinnata terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar ungu (Ipomoea batatas blackie.) Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial. Perlakuan terdiri dari 2 faktor, masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Adapun kedua faktor tersebut adalah : (1)pemangkasan pucuk (P) dengan 3 (tiga) taraf yaitu: tanpa pemangkasan (P1), pemangkasan 10 cm (P2), pemangkasan 15 cm (P3), (2). Pemberian dosis pupuk Azolla pinnata (A) yang terdiri dari 4 taraf yaitu : tanpa pemberian dosis pupuk azolla (A0) pemberian dosis pupuk kompos azolla 5 gram (A1), pemberian dosis pupuk kompos azolla 10 gram ( A2 ), pemberian dosis pupuk kompos azolla 15 gram (A3), Kedua faktor perlakuan tersebut dikombinasikan sehinngga diperoleh 12 kombinasi perlakuan.  Data dianalisis menggunakan Analisis Ragam, yang dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil  pada taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian dosis pupuk kompos Azolla pinnata berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan yaitu jumlah daun pada perlakuan (A2P1) dengan rata - rata jumlah daun 414 helai dan berat brangkasan basah (A2P1) dengan berat rata- rata 1915,33 gram, sedangkan pada hasil tanaman ubi jalar ungu berpengaruh nyata pada jumlah umbi yaitu pada perlakuan (A3P1) dengan rata – rata  jumlah umbi 13,67 buah .


Author(s):  
G. M. Waterhouse

Abstract A description is provided for Pythium splendens. Information is included on the disease caused by the organism, its transmission, geographical distribution, and hosts. HOSTS: A root parasite or pseudomycorrhizal, on a variety of plants including: Aplaonema simplex, Aloe sp., Ananas comosus, Anthurium scherzerianum, Begonia spp., Cajanus cajan, Canavalia ensiformis, Capsicum sp., Carica papaya, Chrysanthemum sp., Citrus aurantium, Coleus sp., Cucumis sativus, Cymbidium sp., Dieffenbachia picta, Elaeis guineensis, Geranium sp., Helianthus annuus, Hordeum vulgare, Ipomoea batatas, Lactuca sativa, Lilium longiflorum var. eximium, Linum usitatissimum, Manihot utilissima, Medicago saliva, Melilotus sp., Nephytis afzelii, Nicotiana tabacum, Pelargonium spp., Peperomia caperata, Phaseolus aureus, P. vulgaris, Philodendron cordatum, Pinus elliottii, Piper betle, P. methysticum, P. nigrum, Pisum sativum, Pyrus communis, Raphanus sativus, Rheum rhaponticum, Saccharum officinarum, Scindapsus aureus, Spinacia oleracea, Tithonia rotundifolia, Trifolium spp., Triticum aestivum, Vicia faba, Vigna sinesis, Zea mays. Also on the fern Platycerium grande and in nursery soil. DISEASES: Causing seed rot, pre-emergence blight and post-emergence damping-off of seedings of a large number of plants including black pepper, maize, lucerne and sweet clover; mottle necrosis of sweet potato, black stem rot of pelargonium, wilt of Betel pepper, crown rot of rhubarb; and root rot of aloe, oil palm seedlings ('blast'), Easter lily, pineapple, maize, papaw, slash pine and aroids. GEOGRAPHICAL DISTRIBUTION: In warm temperate and sub-tropical areas: Africa (Ivory Coast, Madagascar, Nigeria, South Africa, Tanzania), Asia (Indo China, Malaysia, Sabah, Singapore) Australasia & Oceania (Australia, Fiji, Hawaii, New Caledonia); Europe (France, Germany, Italy, Netherlands, Portugal); North America (U.S.A.); Central America and West Indies (Jamaica). TRANSMISSION: Soil-borne but may be spread by leaf contact (18: 113). Also widely disseminated on infected bulbs and cuttings (26: 147). Excessive soil moisture favours infection (21: 526; 32: 510). Injuries caused by nematodes (32: 510) or frost (11: 330) have also predisposed hosts to infection.


2018 ◽  
Vol 43 (2) ◽  
pp. 159
Author(s):  
F. Afiati ◽  
G. Priadi ◽  
F. Setiyoningrum

he research was conducted to examine the use of purple sweet potato (Ipomoea batatas var. Ayamurasaki) to improve functional food of yogurt. This experiment has 2 factors of treatments. The first factor (i) was concentration of skim milk, i.e. 0%, 3% and 6%; the second factor (ii) was concentration of purple sweet potato, i.e. 0%, 2% and 4% of purple sweet potato. The parameters observed were viability of lactic acid bacteria (LAB), pH, moisture content, protein, fat, carbohydrate, ash and crude fiber and organoleptic. The results showed that there was no interaction between the concentration of skim-milk and the purple sweet potato on total LAB, moisture content and crude fiber. However, the interaction occurred on the levels of fat, protein, carbohydrate and ash. The organoleptic test results that yogurt enriched by 2% purple sweet potato without addition of skim was more preferable by panelist with a value of 3.65.


ZOOTEC ◽  
2013 ◽  
Vol 33 (1) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Fenny R. Wolayan ◽  
Florencia N. Sompie ◽  
Syul K. Dotulong

ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ransum yang mengandung tepung daun ubi jalar (Ipomoea batatas) terhadap pertambahan berat badan, konsumsi ransum serta konversi ransum ayam broiler telah dilaksanakan di Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi Manado selama lima minggu. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap menggunakan 100 DOC yang dibagi ke dalam 25 unit kandang. Perlakuan dalam penelitian ini yaitu penggantian sebagian ransum yang terdiri dari ransum yang tidak mengandung tepung daun ubi jalar (R0) dan ransum yang mengandung tepung daun ubi jalar 2% (R1), 4% (R2), 6% (R3) dan 8% (R4). Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Masing-masing perlakuan diulang lima kali. Peubah yang diukur adalah pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan konversi ransum ayam broiler. Data diuji dengan sidik ragam, yang selanjutnya dilakukan uji Duncan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan daun ubi jalar dalam ransum sampai dengan 10% menghasilkan Pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan konversi ransum setara dengan ransum kontrol.Kata Kunci:Daun ubi jalar, Pertambahan berat badan, Konsumsi ransum, Konversi ransum, Ayambroiler.ABSTRACTTHE EFFECT OF SUPPLEMENTA-TION SWEET POTATO LEAVES MEAL (Ipomea batatas) ON BROILER PERFORMANCE.The research to find out the response of broiler consuming sweet potato leaves meal (Ipomoea batatas) on body weight, consumption ration and convertion ration was conducted at Faculty of Animal Husbandry, Sam Ratulangi University for six weeks. The experiment design was a completely randomized using 100 day old chick. The birds were placed randomly into twenty five cages. The treatments were ration without sweet potato leaves meal (R0) and ration containing sweet potato leaves meal 2% (R1), 4% (R2), 6% (R3) and 8% (R4). The ration and water were given ad libitum. The data analyzed by analysis of variance and Duncan's multiple range test. The parameters were body weight, consumption ration, and convertion ratio. The result indicated that use of sweet potato leaves meal up to 8% had similar body weight, consumtion and convertion ration to those of control. Keywords: Sweet potato leaves, Body weight, Consumtion ration, Convertion ration, Broiler


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 67-73
Author(s):  
Reny Dwi Riastuti ◽  
Nopa Nopiyanti ◽  
Yuli Febrianti

The purpose of this research that has been carried out is to analyze the diversity of morphology of stem modification (caulis) in the Sub-District of East Lubuklinggau I. The technique of collecting the data that has been carried out by observation. The data obtained from the study were analyzed descriptively qualitatively and quantitatively. The results of the study have found 29 species, namely 12 species that have cirrhus, namely Pisum sativum, Psophocarpus tetragonolobus, Vigna sinensis, Ipomoea batatas, Piper betle, Cucumis sativus, Momordica charantia, Cucurbita moschata, Passiflora quadrangularis, Cylea barbata,  Vitis vinifera, Mikania micrantha, 7 species that have rhizomes, namely Cyperus rotundus, Etlingera hemisphaerica, Alpinia galangal, Kaempferia galangal, Zingiber officinale, Zingiber cassumunar, and Curcuma domestica, 4 species that have geragih, namely Cyperus rotundus, Marsilea crenata, Fragaria vesca and Solanum tuberosum , 4 species that have tuber namely Ipomoea batatas, Colocasia esculenta, Cyperus rotundus, and Solanum tuberosum,  3 species that spina, namely Solanum torvum, Hylocereus costaricensis, and Mammillaria xanaea, 1 species that has a bulb namely Amaryllis fariegata temporal sangat tinggi (Servina and 1 species that has tuber namely Musa paradisiaca, and diversity index (H') is 1.284 categorized as medium diversity.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document