Literature Review : Gambaran Pengetahuan dan Sikap Pada Pasien Tuberkulosis

2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 1023-1034
Author(s):  
M. Khoirul Umam ◽  
I Irnawati

AbstractTuberculosis is the second leading cause of death from infectious diseases in the world. Mycobacterium tuberculosis transmission is influenced by knowledge and attitude factors. A lack of knowledge about tuberculosis will make a bad attitude impact on the success of treatment. This study aims to portray the knowledge and attitudes among tuberculosis patients. This literature review study highlighted five articles obtained from article searches through PubMed and Google Scholar according to inclusion and exclusion criteria with the STROBE as critical appraisal instrumen. Most of the tuberculosis patients of the male were 524 respondents (62%), most of them worked 696 respondents (96.7%), and most of them had basic education 283 respondents (39.66%). In the context of knowledge, most of the respondents (57%) have good knowledge (527 responden). Meanwhile, in terms of attitude, 548 respondents (59.2%) have positive attitudes. The attitude was related to knowledge. The higher the knowledge possessed will to the a good attitude. Ners should give health education to tuberculosis patients to increase their understanding of tuberculosis. As a result, a positive attitud may show in tuberculosis patientsKeywords : Knowledge; Attitude; Tuberculosis AbstrakTuberkulosis merupakan penyebab kedua kematian dari penyakit infeksi di dunia. Penularan Mycrobakterium Tuberculosis dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan sikap. Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit tuberkulosis akan menjadikan suatu sikap yang tidak baik sehingga dapat berdampak pada keberhasilan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap pada pasien tuberkolosis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian melalui literature riview deskriptif dengan pengambilan data 5 artikel yang di dapat dari pencarian artikel melalui PubMed dan Google Scholar sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan instrumen critical appraisal strobe. Sebagian besar pasien tuberkulosis dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 524 responden (62%), sebagian besar bekerja 696 responden (96,7%), dan sebagian besar berpendidikan dasar 283 responden (39,66%). Pengetahuan responden sebagian besar 527 responden (57%) memiliki pengetahuan baik,dan sebagian besar 548 responden (59,2%) memiliki sikap positif. Sikap mempengaruhi pengetahuan yang dimilikinya. Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki akan memberikan kontribusi terhadap terbentuknya sikap yang baik. Perawat senantiasa memebrikan edikusi kepada pada pasien tuberculosis untuk meningkatkan pengetahuan pasien tuberkulosisagar muncul sikap positif pada pasien tuberkulosis.Kata kunci: Pengetahuan; Sikap; Tuberkulosis

2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 421-429
Author(s):  
Singgih Bayu Pamungkas ◽  
Trina Kurniawati

Abstract Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacterium mycobacterium tuberculosis which is transmitted through droplets and the process is very fast. So, knowledge and attitude of the family will determine the success of treatment in pulmonary tuberculosis patients. Therefore, one of the duties of the family is the provide care for sick family members and prevent transmission to healthy members. This study aims to find out an overview of family knowledge and attitudes regarding prevention of pulmonary tuberculosis disease transmission. Since it a descriptive study, the collecting data was conducted by reviewing literature; searching in Google Scholar to obtain 6 articles in inclusive and exclusive criteria. It stated 143 respondents (64%) have had a good knowledge of the matter, and 147 respondents (65%) were in a well behavior on it. Based on the results of the analysis, it is known that the family’s knowledge about preventing pulmonary TB transmission is good, and the family’s attitude about it is also good.Keyword: prevention,knowledege, family behavior, tuberculosis AbstrakTuberkolosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosisyang ditularkan melalui droplet dan penularannya sangat cepat. Pengetahuan dan sikap keluarga sangat menentukan keberhasilan pengobatan pada pasien TB paru. Karena salah satu tugas dari keluarga adalah melakukan perawatan bagi anggota keluarga yang sakit dan mencegah penularan pada anggota yang sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap keluarga mengenai pencegahan penularan penyakit TB Paru. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif dengan pengumpulan data mengunakan literature review dan melakukan penelusuran online dari sumber database Google Scholar didapatkan 6 artikel yang sesuai dengan kriteria Inklusi dan Eksklusi. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 143 responden (64%) memiliki pengetahuan yang baik dan 147 responden memiliki sikap yang baik (65%). Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pengetahuan keluarga mengenai pencegahan penularan TB paru adalah baik, dan sikap keluarga mengenai pencegahan penularan TB paru adalah baik.Kata Kunci: Pencegahan,Pengetahuan, Sikap Keluarga, Tuberkulosis


e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 340
Author(s):  
Saskia E. Sekeon ◽  
Paulina N. Gunawan ◽  
Damajanty H. C. Pangemanan

Abstract: Going to a dentist can cause anxiety in children. One of dental treatments that causes anxiety is tooth extraction. This study was aimed to determine children’s anxiety level during tooth extraction. This was a literature review study. Data were collected from the database of Google Scholar by using predefined keywords children’s anxiety level and tooth extraction. Literatures were screened by title, and the inclusion and exclusion criteria. The critical appraisal was performed by using the Joanna Briggs Institute (JBI) critical appraisal and eight literatures weres obtained. The results showed that children’s anxiety level during tooth extraction were anxiety and mild anxiety. Based on age, younger children were more anxious than older children. Based on gender, females were more anxious than males. In conclusion, during tooth extraction, the anxiety levels of most of the children were anxiety and mild anxiety.Keywords: child anxiety level; tooth extraction Abstrak: Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut saat mengunjungi dokter gigi dapat menim-bulkan kecemasan pada anak. Salah satu perawatan yang dapat menimbulkan kecemasan ialah ekstraksi gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan anak saat perawatan ekstraksi gigi. Jenis penelitian ialah literature review, Pencarian data pada database Google Scholar dengan menggunakan kata kunci tingkat kecemasan anak dan pencabutan gigi. Hasil pencarian dilakukan skrining berdasarkan judul, kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dilakukan uji kelayakan menggunakan the Joanna Briggs Institute (JBI) critical appraisal dan diperoleh delapan literatur. Hasil penelitian mendapatkan tingkat kecemasan anak saat perawatan ekstraksi gigi ialah cemas dan cemas ringan. Dilihat dari usia, anak lebih muda lebih cemas dibandingkan anak lebih tua. Dilihat dari jenis kelamin, anak perempuan lebih cemas daripada anak laki-laki. Simpulan penelitian ini ialah tingkat kecemasan sebagian besar anak pada saat perawatan ekstraksi gigi ialah cemas dan cemas ringan.Kata kunci: tingkat kecemasan anak; ekstraksi gigi


2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 51
Author(s):  
Suarnianti Suarnianti ◽  
Chairul Hasan Selan ◽  
Susi Sastika Sumi

Tuberculosis (TB) is an infectious disease which is the leading cause of ill health, one of the top 10 causes of death worldwide and the leading cause of death from a single infectious agent (ranking above HIV / AIDS). WHO estimates that there are 23,000 cases of MDR / RR in Indonesia. In 2017 there were 442,000 TB cases recorded in the program, of which an estimated 8,600-15,000 MDR / RR TB, (estimated 2.4% of new cases and 13% of previously treated TB patients), but only 27.36% treated. The aim of this literature is to evaluate peer group support and family support on treatment adherence to pulmonary tuberculosis patients. This study used a systematic literature review design. Articles were collected through the PubMed and Google Scholar databases published from 2016-2020 using the keywords peer group support, family support, medication adherence, pulmonary tuberculosis. The results of the literature review showed that providing peer group support or family support can have an impact positive for pulmonary tuberculosis patients. The conclusion in this study is that patients who get support from either peer group support or family support can significantly improve compliance with pulmonary tuberculosis treatment so that it can increase the success rate of pulmonary tuberculosis treatment. Keywords: peer group support; family support; treatment compliance; pulmonary tuberculosis ABSTRAK Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang merupakan penyebab utama masalah kesehatan yang buruk, salah satu dari 10 penyebab utama kematian di seluruh dunia dan penyebab utama kematian dari satu agen infeksi tunggal (peringkat di atas HIV / AIDS). WHO memperkirakan ada 23.000 kasus MDR/RR di Indonesia. Pada tahun 2017 kasus TB yang tercatat di program ada sejumlah 442.000 kasus yang mana dari kasus tersebut diperkirakan ada 8.600-15.000 MDR/RR TB, (perkiraan 2,4% dari kasus baru dan 13% dari pasien TB yang diobati sebelumnya), tetapi cakupan yang diobati baru sekitar 27,36%. Tujuan Literatur ini untuk mengevaluasi peer group support dan family support terhadap kepatuhan pengobatan pasien tuberkulosis paru. Penelitian ini menggunakan desain systematic literature review. Artikel dikumpulkan melalui database PubMed dan Google Scholar yang dipublikasikan dari tahun 2016-2020 dengan menggunakan kata kunci peer group support, family support, kepatuhan pengobatan, tuberkulosis paru. Hasil literature review menunjukkan bahwa pemberian peer group support atau family support dapat memberikan dampak yang positif kepada pasien tuberkulosis paru. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa pasien yang mendapatkan dukungan baik peer group support atau family support secara signifikan dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan tuberkulosis paru sehingga dapat meningkatkan tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis paru Kata kunci: peer group support; family support; kepatuhan pengobatan; tuberkulosis paru


2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 1103-1110
Author(s):  
Didi Rethodi ◽  
Dian Kartikasari

AbstractAsthma causes narrowing of the airways, which leads to various symptoms such as whezzing, coughing, and shortness of breath (dyspnea) in sufferers. Patients with asthma often complain of experiencing sudden shortness of breath, difficulty breathing, and pain when taking a breath. These conditions can causes the patient to become stressed, anxious and the breathing pattern in no longer effective. As a result, the prognosis of disease is poor. The purpose of this literature review study was to picture the frequency of breathing in asthma patients.This literature review highlighted five articles searched from 2011-2021 throught Garba Garuda and Google Scholar. The obtained articles were apprassied using the JBI (Joanna Briggs Institute) instrument before being analyzed. This study revealed that the respiratory rate in patients with asthma increases over 20x/minutes.The conclusion from this literature review is that patients with asthma have tachypnea. This literature review may be used as a reference for hospitals, educational institutions, and other researchers to determine appropriate nursing interventions for asthma patients.Keywords:Asthma; respiratoryrate. AbstrakPenyakit asma dapat menyebabkan penyempitan pada saluran napas dan hal ini dapat menimbulkan gejala seperti mengi, batuk, dan sesak napas (dyspnea) pada penderitanya. Keluhan pasien asma yaitu sering mengalami sesak napas yang dating secara mendadak, sulit untuk bernafas, nyeri saat menarik napas. Hal ini dapat menyebabkan pasien menjadi stress, cemas dan pola napas tidak lagi efektif dan prognosis penyakitnya menjadi buruk. Tujuan dari penelitian literature review ini adalah untuk mengetahui Gambaran Frekuensi Napas Pada Pasien Asma. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pengumpulan data literature review. Pencarian artikel dari tahun 2011-2021 melalui penelusuran Garba Garuda, dan Google Shcolar dengan kriteria inklusi populasi pasien asma dewasa, tahun artikel 2011-2021, penelitian kuantitatif. Hasil pencarian yang didapatkan berupa full text dan pdf, kemudian direview dengan menggunakan instrument JBI (Joanna Briggs Institute), didapatkan 5 artikel dari tahun 2012-2021, diekstraksi kemudian dibahas dan disimpulkan .Hasil penelitian literature review dari 5 atikel menunjukkan bahwa frekuensi napas pada pasien dengan kejadian asma mengalami peningkatan pernafasan >20x/menit. Simpulan dari literature review ini yaitu pasien dengan kejadian asma mengalami peningkatan frekuensi pernapasan. Penelitian literature review ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi pihak rumah sakit, institusi pendidikan maupun penelitilainnya sebagai pertimbangan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien asma.Kata kunci : Asma, Respirasi


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 61
Author(s):  
Christesa Y. Palawe ◽  
Carla F. Kairupan ◽  
Poppy M. Lintong

Abstract: Medicinal plant that contain antioxidants is an alternative therapeutic option for liver disorders. This study was aimed to review the hepatoprotective effects of medicinal plants. This was a literature review study using PubMed, Google Scholar and Clinical Key. The results showed 10 hepatoprotective medicinal plants, as follows:  soursop leaves, yellow bamboo shoots, moringa leaves, green betel leaves, libo fruit, kenikir, neem leaves, bitter bean seeds, black cumin, and solo garlic. All of them showed hepatoprotective activities based on the results of the tests, using biochemical and histopathological parameters. Soursop leaves could increase SOD level and reduce MDA level; yellow bamboo shoots were demonstrated to maintain SGPT activities and bilirubin level; moringa leaves have been associated with the reduction of MDA, SGOT, and SGPT levels; green betel leaves were able to reduce SGOT and SGPT levels and improve liver centrolobular necrosis; libo fruit was able to lower SGPT level; kenikir and bitter bean seeds were shown to reduce SGOT and SGPT levels; neem leaves were associated with the reduction of ALT level and protection against liver cell damage; black cumin was found to reduce fat degeneration; solo garlic could reduce MDA, SGPT, and SGOT levels, and maintain SOD level. In conclusion, the 10 hepatoprotective medicinal plants have the ability to increase SOD levels, reduce SGOT, SGPT and MDA levels, maintain bilirubin levels, regenerate centrilobular necrosis of the liver, and reduce fat degeneration of the liver. Solo garlic shows the largest amount of hepatoprotective activities, followed by yellow bamboo shoots, green betel leaves and libo fruit.Keywords: medicinal plants, hepatoprotector effect  Abstrak: Pengobatan menggunakan tanaman obat yang mengandung antioksidan merupakan pilihan terapi alternatif untuk gangguan pada hati. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah efek hepatoprotektif tanaman obat. Jenis penelitian ialah literature review dengan menggunakan PubMed, Google Scholar dan Clinical Key. Hasil penelitian mendapatkan 10 tanaman obat hepatoprotektor yaitu daun sirsak, rebung bambu kuning, daun kelor, daun sirih hijau, buah libo, kenikir, daun mimba, biji petai, jintan hitam, dan bawang lanang. Tanaman-tanaman obat tersebut memiliki aktivitas hepatoprotektif berdasarkan pengujian dengan parameter biokimia dan histopatologi. Daun sirsak dapat meningkatkan kadar SOD dan menurunkan kadar MDA; rebung bambu kuning dapat mempertahankan aktivitas SGPT dan kadar bilirubin; daun kelor menurunkan kadar MDA, SGOT, dan SGPT; daun sirih hijau menurunkan kadar SGOT dan SGPT, serta memperbaiki nekrosis sentrolobuler hati; buah libo menurunkan kadar SGPT; kenikir dan biji petai menurunkan kadar SGOT dan SGPT; daun mimba menurunkan kadar SGPT dan memiliki daya proteksi terhadap kerusakan sel hati; jintan hitam dapat mengurangi degenerasi lemak; bawang lanang menekan peningkatan kadar MDA, SGPT, SGOT dan mempertahankan kadar SOD. Simpulan penelitian ini Kesepuluh tanaman obat hepatoprotektor tersebut memiliki kemampuan dalam meningkatkan kadar SOD, menurunkan kadar SGOT, SGPT dan MDA, mempertahankan kadar bilirubin, memperbaiki nekrosis sentrolobuler hati, dan mengurangi degenerasi lemak hati. Bawang lanang menunjukkan aktivitas hepatoprotektor terbesar, diikuti rebung bambu kuning, daun sirih hijau, dan buah libo.Kata kunci: tanaman obat, efek hepatoprotektor


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 300-308
Author(s):  
Asrori Yudha Prawira ◽  
Eko Prabowo ◽  
Fajar Febrianto

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh pengetahuan dan penemuan baru. Kedua sebagai pembuktian atau pengujian tentang kebenaran dari pengetahuan yang sudah ada dan yang ketiga untuk mengetahui pengembangan model Olahraga renang pada anak usia dini. Penelitian ini merupakan penelitan kepustakaan (library research). Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan menggunakan analisis isi artikel. Artikel penelitian yang sesuai dengan kriteria kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, tahun terbit jurnal, rancangan studi, tujuan penelitian, sampel, instrument (alat ukur) dan ringkasan hasil atau temuan. Terdapat 10 literatur yang membahas tentang model pembelajaran renang pada anak usia dini, semua jurnal tersebut adalah jurnal nasional yang dilakukan pencarian diportal google scholar dengan mengetik kata kunci “model pembelajaran renang” yang kemudian dianalisis menggunakan analisis critical appraisal untuk menganalisis dari inti jurnal, hasil studi sehingga mengetahui persamaan dan perbedaan dari jurnal-jurnal tersebut. Dari 10 jurnal tersebut ada 5 jurnal tidak dilakukan pemeriksaan permainan renang secara langsung ada yang membahas motoric kasar , permainan modifikasi dan kemampuan. Beberapa hal penting yang didapat dari beberapa jurnal diantaranya identifikasi metode pembelajaran Olahraga renang anak usia dini dengan menjabarkan metode yang efektif dari beberapa penelitian terkait secara runtut agat dapat dijadikan sebagai sebuah acuan pembelajaran olahraga Olahraga renang anak usia dini. Kedua, model pembelajaran Olahraga renang pada anak usia dini dapat meningkatkan semangat dan mencegah kebosanan pada anak usia dini. Ketiga, memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan motorik kasar dan kognitif anak usia dini serta proses pembelajaran lebih menyenangkan dan partisipatif.


e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Serena D. V. Dondokambey ◽  
Damajanty H. C. Pangemanan ◽  
Johanna A. Khoman

Abstract: Smoking is a bad habit that has become a necessity of life for some people. Moreover, smoking is found almost everywhere regardless of age, gender, and occupation. One of the consequences of smoking is the formation of stain on the teeth. This study was aimed to obtain the effect of smoking on the formation of stain on teeth. This was a literature review using various databases, such as Google Scholar, PubMed, and Wiley. The most frequent smoking frequency found was light smokers with the number of cigarettes smoked 1-4 cigarettes per day. All literatures showed that more stain formation occurred than no stain formation. Based on the frequency of smoking, the formation of stain on the teeth was most common in smokers with light category. In conclusion, smoking habits can affect the formation of stain on teeth. Based on the frequency of smoking the formation of stain on teeth is most commonly found in light-category smokers.Keywords: smoke; stain; discoloration  Abstrak: Merokok merupakan salah satu kebiasaan buruk yang sudah menjadi kebutuhan hidup oleh sebagian orang. Selain itu, merokok banyak ditemukan tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan pekerjaan. Salah satu akibat dari kebiasaan merokok yaitu terjadinya pembentukan stain pada gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap pembentukan stain pada gigi. Jenis penelitian ialah suatu literature review menggunakan database Google Scholar, PubMed, dan Wiley dengan topik terkait. Terdapat tujuh literatur yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta telah melewati tahap penilaian jurnal menggunakan instrumen critical appraisal. Hasil penelitian mendapatkan frekuensi merokok yang paling banyak ditemukan ialah perokok kategori ringan dengan jumlah rokok yang dihisap 1-4 batang per hari. Pembentukan stain gigi secara keseluruhan pada semua literatur menunjukkan bahwa lebih banyak terjadinya pembentukan stain dibandingkan dengan yang tidak terjadi pembentukan stain. Berdasarkan frekuensi merokok, pembentukan stain pada gigi paling banyak terjadi pada perokok dengan kategori ringan. Simpulan penelitian ini ialah kebiasaan merokok dapat berpengaruh terhadap pembentukan stain pada gigi. Berdasarkan frekuensi merokok pembentukan stain pada gigi paling banyak ditemukan pada perokok dengan kategori ringan.Kata kunci: merokok; stain; pewarnaan gigi


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
Author(s):  
Brigita T. Tamon ◽  
Murniati Tiho ◽  
Stefana H. M. Kaligis

Abstract: Hypercholesterolemia, a condition when blood cholesterol levels exceed the normal value can lead to atherosclerosis and furthermore coronary heart disease. For that reason, some treatment actions are needed, one of which is by given hypolipidemic drugs. One of the natural remedies that act as hypolipidemic drugs is green tea. Green tea contains catechins, one of the antioxidant compounds. Catechins, especially epigallocatechin-3-gallate (EGCG), plays an important role in lowering blood cholesterol levels. The aims of this study is to determine the effect of antioxidants in green tea on blood cholesterol levels. This is a literature review study with data retrieved using 3 databases: Pubmed, ClinicalKey and Google Scholar. Using Green Tea OR Teh Hijau, Cholesterol OR Kolesterol, and Antioxidant OR Antioksidan as keywords and limiting the article searching based on inclusion and exclusion criteria, 12 studies was found to be reviewed. From 12 literature reviewed using experimental research methods with human and animal subjects with intervention green tea (extract, EGCG and PPE), all of them showed a significant reduction in blood cholesterol levels after the intervention with green tea. In conclusion, the antioxidants in green tea can reduce cholesterol levels in the blood.Keywords: antioxidant, green tea, EGCG, cholesterol, hypercholesterolemia  Abstrak: Kadar kolesterol yang melebihi batas normal atau biasa disebut hiperkolesterolemia dapat menyebabkan pembentukan aterosklerosis bahkan penyakit jantung koroner. Untuk itu diperlukan penanganan, salah satunya dengan pemberian obat hipolipidemia. Salah satu bahan alami yang dapat berperan sebagai hipolipidemia yaitu teh hijau. Teh hijau mengandung senyawa antiosidan yaitu katekin terutama epigallocatechin-3-gallate (EGCG) yang berperan penting dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek antioksidan pada teh hijau terhadap kadar kolesterol dalam darah. Penelitian ini berbentuk literature review dengan pencarian data menggunakan 3 database yaitu PubMed, ClinicalKey dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan yaitu Green Tea OR Teh Hijau, Cholesterol OR Kolesterol, dan Antioxidant OR Antioksidan. Setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan 12 literature yang di review. Dari 12 literature yang di review menggunakan metode penelitian eksperimental dengan subjek penelitian manusia dan hewan yang diberi teh hijau (ekstrak, EGCG dan PPE) semuanya menunjukkan hasil adanya penurunan kadar kolesterol darah yang signifikan setelah diberikan teh hijau. Sebagai simpulan, antioksidan pada teh hijau dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.Kata Kunci: antioksidan, teh hijau, EGCG, kolesterol, hiperkolesterolemia


2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 1915-1924
Author(s):  
Rendra Setiawan ◽  
I Irnawati

AbstractLong treatment for tuberculosis, which is 6 months, often makes patients feel bored and forgets to take medicine and causes non-compliance. The development of increasingly high use of smartphones, along with the use of information technology in health, especially for tuberculosis patients, makes many things accessible to patients. By using smartphones, the patients can access the MHealth application, DCC (Drugs Consumption Calendar), SMS gateway, voice calls, and video calls which provide health information and care for tuberculosis patients. It also can make patients obedient to taking medication to increase the TB cure rate. To describe the use of health information technology in pulmonary tuberculosis patients. The design of this study used a literature review of five articles from the PubMed database and Google Scholar. The instrument critical appraisal in this research used Strobe. There were 791 tuberculosis patients (76%) who used information technology in the form of mobile phones. The types of information used included Short Massage Service (SMS) (31% or 246 patients), using the telephone (17.4% or 221 tuberculosis patients), and using video calls (25, 1% or 199 patients). The health information. generally, were a schedule for taking medication and control, reminder to take medication, reporting if there were side effects that occur during treatment, prevention, transmission, food, and patient diet and counseling. The use of health information technology is very helpful in the treatment of TB patients starting from text messages, video calls, and voice calls to improve medication adherence in tuberculosis patients.Keywords: Mobile Health App, SMS, Tuberculosis, Information Technologv, Video Call AbstrakPengobatan tuberkulosis yang lama yaitu 6 bulan sering membuat pasien jenuh dan lupa untuk meminum obat serta menimbulkan ketidak patuhan. Perkembangan pengunaan smartphone yang semakin tinggi, diiringi dengan teknologi informasi dalam kesehatan khususnya pada pasien tuberculosis mulai banyak bermunculan yang dapat diakses menggunakan smartphone diantaranya adalah aplikasi M-Health, DCC (Drugs Consumption Calender), SMS gateway, pangilan suara, video call yang dapat memberikan informasi kesehatan serta perawatan bagi pasien tuberkulosis dan dapat membuat pasien TB patuh minum obat sehingga meningkatkan angka kesembuhan TB. Untuk mengetahui gambaran pengunaan teknologi informasi kesehatan pada pasien tuberculosis paru. Desain penelitian ini menggunakan literature review terhadap lima artikel dari data database PubMed dan Google Scholarinstrument critical appraisal penelitian ini menggunakan Strobe. Sebanyak 791 pasien tuberkulosis (76%) menggunakan teknologi informasi berupa handphone. Jenis informasi yang digunakan antara lain Short Massage Service (SMS) 246 pasien tuberkulosis (31%), penggunaan telefon 221 atau (17,4 %) pasien tuberkulosis, dan yang menggunkan video call sebanyak 199 pasien tuberculosis paru (25,1%). Informasi kesehatan yang diperoleh dari masing-masing artikel umumnya berisi jadwal pengambilan obat dan kontrol, menginggatkan minum obat, melaporkan jika ada efek samping yang timbul pada saat pengobatan, pencegahan, penularan, makanan dan diet pasien serta penyuluhan.Pengunaan teknologi informasi kesehatan sangat membantu dalam pengobatan pasien TB mulai dari pesanteks, pangilan video dan pangilan suara meningkatkan kepatuhan pengobatan pada pasien Tuberkulosis.Kata kunci: Mobile Health App; SMS, Tuberkulosis; Teknologi Informasi; Video Call


e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 256
Author(s):  
Yobel R. Woran ◽  
Lydia E. N. Tendean ◽  
Christy N. Mintjelungan

Abstract: The COVID-19 outbreak is caused by SARS-CoV-2 that spread rapidly throughout the world. The most common clinical manifestations of COVID-19 are fever, fatigue, and dry cough. Some patients experience nasal congestion, runny nose, headache, conjunctivitis, sore throat, diarrhea, skin rash, loss of smell and taste. Oral manifestations of COVID-19 infection are also reported. Dentists are prone to cross-infections of several infectious diseases because they are often exposed to saliva and blood. These viruses are transmitted through inhalation of aerosols and droplets containing the viruses or direct contact with mucous membranes, oral fluids, dental instruments, and surfaces contaminated with the virus. This study was aimed to determine the oral manifestations of COVID-19 infection. This was a literature review study searching three databases, namely Pubmed, ClinicalKey and Google Scholar. The keywords used were oral AND manifestations AND COVID-19. Selection based on inclusion and exclusion criteria was carried out by critical appraisal. There were eight literatures in the form of case reports. The results showed that oral manifestations commonly found in patients with clinical COVID-19 were ulcers, petechiae, macules, and plaques with variations in quantity, color appearance, and localization. Lesions were found on the palate, tongue, labial mucosa, gingiva, lips, and oropharynx. In conclusion, oral manifestations could be found in clinical COVID-19 patients, however, it is not certain whether these manifestations are directly caused by SARS-CoV-2 or are as secondary manifestations.Keywords: oral manifestations; COVID-19 Abstrak: Wabah COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang menyebar dengan cepat hingga ke seluruh dunia. Infeksi COVID-19 mempunyai manifestasi klinis paling umum seperti demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mengalami hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, ruam kulit, hilang penciuman dan pengecapan. Bahkan terdapat laporan penemuan manifestasi oral pada infeksi COVID-19. Dokter gigi sebagai profesi yang rentan terjadi infeksi silang beberapa penyakit menular karena sering terpapar dengan saliva dan darah. Virus ini memungkinkan terjadinya penularan lewat terhirupnya aerosol dan droplet yang mengandung virus atau kontak langsung dengan membran mukosa, cairan mulut, instrumen kedokteran gigi dan permukaan yang terkontaminasi virus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manifestasi oral infeksi COVID-19. Jenis penelitian ialah suatu literature review dengan pencarian menggunakan tiga database yaitu Pubmed, ClinicalKey dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan yaitu oral AND manifestations AND COVID-19. Setelah seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi dilakukan critical appraisal dan didapatkan delapan literatur yang berupa laporan kasus.Hasil penelitian mendapatkan bahwa manifestasi oral pada pasien klinis COVID-19 yang sering ditemukan, seperti ulkus, petekie, makula, dan plak dengan variasi kuantitas, penampakan warna, dan lokalisasi. Lokasi lesi ditemukan pada palatum, lidah, mukosa labial, gingiva, bibir dan orofaring. Simpulan penelitian ini ialah manifestasi oral dapat ditemukan pada pasien klinis COVID-19 tetapi belum diketahui pasti apakah secara langsung disebabkan oleh SARS-CoV-2 atau merupakan manifestasi sekunder.Kata kunci: manifestasi oral; COVID-19


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document