scholarly journals Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Pembentukan Stain pada Gigi

e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Serena D. V. Dondokambey ◽  
Damajanty H. C. Pangemanan ◽  
Johanna A. Khoman

Abstract: Smoking is a bad habit that has become a necessity of life for some people. Moreover, smoking is found almost everywhere regardless of age, gender, and occupation. One of the consequences of smoking is the formation of stain on the teeth. This study was aimed to obtain the effect of smoking on the formation of stain on teeth. This was a literature review using various databases, such as Google Scholar, PubMed, and Wiley. The most frequent smoking frequency found was light smokers with the number of cigarettes smoked 1-4 cigarettes per day. All literatures showed that more stain formation occurred than no stain formation. Based on the frequency of smoking, the formation of stain on the teeth was most common in smokers with light category. In conclusion, smoking habits can affect the formation of stain on teeth. Based on the frequency of smoking the formation of stain on teeth is most commonly found in light-category smokers.Keywords: smoke; stain; discoloration  Abstrak: Merokok merupakan salah satu kebiasaan buruk yang sudah menjadi kebutuhan hidup oleh sebagian orang. Selain itu, merokok banyak ditemukan tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan pekerjaan. Salah satu akibat dari kebiasaan merokok yaitu terjadinya pembentukan stain pada gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap pembentukan stain pada gigi. Jenis penelitian ialah suatu literature review menggunakan database Google Scholar, PubMed, dan Wiley dengan topik terkait. Terdapat tujuh literatur yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta telah melewati tahap penilaian jurnal menggunakan instrumen critical appraisal. Hasil penelitian mendapatkan frekuensi merokok yang paling banyak ditemukan ialah perokok kategori ringan dengan jumlah rokok yang dihisap 1-4 batang per hari. Pembentukan stain gigi secara keseluruhan pada semua literatur menunjukkan bahwa lebih banyak terjadinya pembentukan stain dibandingkan dengan yang tidak terjadi pembentukan stain. Berdasarkan frekuensi merokok, pembentukan stain pada gigi paling banyak terjadi pada perokok dengan kategori ringan. Simpulan penelitian ini ialah kebiasaan merokok dapat berpengaruh terhadap pembentukan stain pada gigi. Berdasarkan frekuensi merokok pembentukan stain pada gigi paling banyak ditemukan pada perokok dengan kategori ringan.Kata kunci: merokok; stain; pewarnaan gigi

2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 300-308
Author(s):  
Asrori Yudha Prawira ◽  
Eko Prabowo ◽  
Fajar Febrianto

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh pengetahuan dan penemuan baru. Kedua sebagai pembuktian atau pengujian tentang kebenaran dari pengetahuan yang sudah ada dan yang ketiga untuk mengetahui pengembangan model Olahraga renang pada anak usia dini. Penelitian ini merupakan penelitan kepustakaan (library research). Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan menggunakan analisis isi artikel. Artikel penelitian yang sesuai dengan kriteria kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, tahun terbit jurnal, rancangan studi, tujuan penelitian, sampel, instrument (alat ukur) dan ringkasan hasil atau temuan. Terdapat 10 literatur yang membahas tentang model pembelajaran renang pada anak usia dini, semua jurnal tersebut adalah jurnal nasional yang dilakukan pencarian diportal google scholar dengan mengetik kata kunci “model pembelajaran renang” yang kemudian dianalisis menggunakan analisis critical appraisal untuk menganalisis dari inti jurnal, hasil studi sehingga mengetahui persamaan dan perbedaan dari jurnal-jurnal tersebut. Dari 10 jurnal tersebut ada 5 jurnal tidak dilakukan pemeriksaan permainan renang secara langsung ada yang membahas motoric kasar , permainan modifikasi dan kemampuan. Beberapa hal penting yang didapat dari beberapa jurnal diantaranya identifikasi metode pembelajaran Olahraga renang anak usia dini dengan menjabarkan metode yang efektif dari beberapa penelitian terkait secara runtut agat dapat dijadikan sebagai sebuah acuan pembelajaran olahraga Olahraga renang anak usia dini. Kedua, model pembelajaran Olahraga renang pada anak usia dini dapat meningkatkan semangat dan mencegah kebosanan pada anak usia dini. Ketiga, memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan motorik kasar dan kognitif anak usia dini serta proses pembelajaran lebih menyenangkan dan partisipatif.


e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 256
Author(s):  
Yobel R. Woran ◽  
Lydia E. N. Tendean ◽  
Christy N. Mintjelungan

Abstract: The COVID-19 outbreak is caused by SARS-CoV-2 that spread rapidly throughout the world. The most common clinical manifestations of COVID-19 are fever, fatigue, and dry cough. Some patients experience nasal congestion, runny nose, headache, conjunctivitis, sore throat, diarrhea, skin rash, loss of smell and taste. Oral manifestations of COVID-19 infection are also reported. Dentists are prone to cross-infections of several infectious diseases because they are often exposed to saliva and blood. These viruses are transmitted through inhalation of aerosols and droplets containing the viruses or direct contact with mucous membranes, oral fluids, dental instruments, and surfaces contaminated with the virus. This study was aimed to determine the oral manifestations of COVID-19 infection. This was a literature review study searching three databases, namely Pubmed, ClinicalKey and Google Scholar. The keywords used were oral AND manifestations AND COVID-19. Selection based on inclusion and exclusion criteria was carried out by critical appraisal. There were eight literatures in the form of case reports. The results showed that oral manifestations commonly found in patients with clinical COVID-19 were ulcers, petechiae, macules, and plaques with variations in quantity, color appearance, and localization. Lesions were found on the palate, tongue, labial mucosa, gingiva, lips, and oropharynx. In conclusion, oral manifestations could be found in clinical COVID-19 patients, however, it is not certain whether these manifestations are directly caused by SARS-CoV-2 or are as secondary manifestations.Keywords: oral manifestations; COVID-19 Abstrak: Wabah COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang menyebar dengan cepat hingga ke seluruh dunia. Infeksi COVID-19 mempunyai manifestasi klinis paling umum seperti demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mengalami hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, ruam kulit, hilang penciuman dan pengecapan. Bahkan terdapat laporan penemuan manifestasi oral pada infeksi COVID-19. Dokter gigi sebagai profesi yang rentan terjadi infeksi silang beberapa penyakit menular karena sering terpapar dengan saliva dan darah. Virus ini memungkinkan terjadinya penularan lewat terhirupnya aerosol dan droplet yang mengandung virus atau kontak langsung dengan membran mukosa, cairan mulut, instrumen kedokteran gigi dan permukaan yang terkontaminasi virus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manifestasi oral infeksi COVID-19. Jenis penelitian ialah suatu literature review dengan pencarian menggunakan tiga database yaitu Pubmed, ClinicalKey dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan yaitu oral AND manifestations AND COVID-19. Setelah seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi dilakukan critical appraisal dan didapatkan delapan literatur yang berupa laporan kasus.Hasil penelitian mendapatkan bahwa manifestasi oral pada pasien klinis COVID-19 yang sering ditemukan, seperti ulkus, petekie, makula, dan plak dengan variasi kuantitas, penampakan warna, dan lokalisasi. Lokasi lesi ditemukan pada palatum, lidah, mukosa labial, gingiva, bibir dan orofaring. Simpulan penelitian ini ialah manifestasi oral dapat ditemukan pada pasien klinis COVID-19 tetapi belum diketahui pasti apakah secara langsung disebabkan oleh SARS-CoV-2 atau merupakan manifestasi sekunder.Kata kunci: manifestasi oral; COVID-19


2021 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
pp. 26-32
Author(s):  
Heni Purnama ◽  
Nyayu Nina Putri Calisanie ◽  
Eva Sri Rizki Wulandari

Latar Belakang: Kebutuhan spiritualitas merupakan kebutuhan dasar setiap individu untuk mencari tujuan hidup, memaknai hidup dalam mencintai dan dicintai. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisi hasil penelitian-penelitian tentang kebutuhan spiritualitas pada lansia dengan penyakit kronis. Metode: Metode yang digunakan adalah literature review, sebanyak 6 artikel yang didapatkan dari tiga sumber databased yaitu Google Scholar, Pubmed dan Microsoft Academic yang terbit tahun 2016-2020. Kriteria inklusi untuk pencarian yaitu studi yang dilakukan adalah lansia dengan usia ?60 tahun, lansia yang menderita penyakit kronis, artikel berbahasa Indonesia dan berbahasa inggris dengan desain penelitian deskriptif kuantitatif, serta free full text. Penggunaan kuesioner dalam penelitian menggunakan kuesioner SpNQ (Spirituality Needs Quesstionaire). Penilaian artikel diukur dengan menggunakan format JBI (The Joanna Briggs Institute Critical Appraisal tools). Hasil: Hasil analisi dari ke enam jurnal menunjukan bahwa tingkat kebutuhan spiritualitas pada lansia dengan penyakit kronis berbeda-beda diantaranya adalah kebutuhan keagamaan (religiosity), kedamaian (inner peace), kebutuhan eksistensi (existential) dan kebutuhan memberi (needs giving). Kesimpulan: Spiritualitas dapat menjadi sumber kekuatan pada lansia ketika menderita penyakit kronis, sehingga semakin tinggi kebutuhan spiritualitas yang terpenuhi, maka lansia mampu mencapai potensi dan kualitas hidupnya.


2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 1023-1034
Author(s):  
M. Khoirul Umam ◽  
I Irnawati

AbstractTuberculosis is the second leading cause of death from infectious diseases in the world. Mycobacterium tuberculosis transmission is influenced by knowledge and attitude factors. A lack of knowledge about tuberculosis will make a bad attitude impact on the success of treatment. This study aims to portray the knowledge and attitudes among tuberculosis patients. This literature review study highlighted five articles obtained from article searches through PubMed and Google Scholar according to inclusion and exclusion criteria with the STROBE as critical appraisal instrumen. Most of the tuberculosis patients of the male were 524 respondents (62%), most of them worked 696 respondents (96.7%), and most of them had basic education 283 respondents (39.66%). In the context of knowledge, most of the respondents (57%) have good knowledge (527 responden). Meanwhile, in terms of attitude, 548 respondents (59.2%) have positive attitudes. The attitude was related to knowledge. The higher the knowledge possessed will to the a good attitude. Ners should give health education to tuberculosis patients to increase their understanding of tuberculosis. As a result, a positive attitud may show in tuberculosis patientsKeywords : Knowledge; Attitude; Tuberculosis AbstrakTuberkulosis merupakan penyebab kedua kematian dari penyakit infeksi di dunia. Penularan Mycrobakterium Tuberculosis dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan sikap. Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit tuberkulosis akan menjadikan suatu sikap yang tidak baik sehingga dapat berdampak pada keberhasilan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap pada pasien tuberkolosis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian melalui literature riview deskriptif dengan pengambilan data 5 artikel yang di dapat dari pencarian artikel melalui PubMed dan Google Scholar sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan instrumen critical appraisal strobe. Sebagian besar pasien tuberkulosis dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 524 responden (62%), sebagian besar bekerja 696 responden (96,7%), dan sebagian besar berpendidikan dasar 283 responden (39,66%). Pengetahuan responden sebagian besar 527 responden (57%) memiliki pengetahuan baik,dan sebagian besar 548 responden (59,2%) memiliki sikap positif. Sikap mempengaruhi pengetahuan yang dimilikinya. Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki akan memberikan kontribusi terhadap terbentuknya sikap yang baik. Perawat senantiasa memebrikan edikusi kepada pada pasien tuberculosis untuk meningkatkan pengetahuan pasien tuberkulosisagar muncul sikap positif pada pasien tuberkulosis.Kata kunci: Pengetahuan; Sikap; Tuberkulosis


e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
Author(s):  
Agnes M. Andries ◽  
Pritartha S. Anindita ◽  
Paulina N. Gunawan

Abstract: Malocclusion is one of the most common dental and oral health problems after caries and periodontal disease. Most of the malocclusions occur in adolescence and manifest as crowding teeth. Malnutrition can inhibit the growth and development of the skull and jaw bones, therefore, the permanent teeth have lack space to erupt resulting in crowding teeth. This study was aimed to determine the relationship between crowding teeth and nutritional status among adolescents in Indonesia. This was a literature review study using three databases, Google Scholar, GARUDA, and Pubmed. Keywords used were crowding, malocclusion, malnutrition, adolescent, Height for Index, BMI, nutritional status, adolescents. After being selected based on inclusion and exclusion criteria, a critical appraisal was carried out and obtained 8 cross-sectional study literatures. The review showed that there were more literatures stating that there was no relationship between crowding teeth and nutritional status among adolescents. Apart from nutritional status, there were several other factors that could affect crowding teeth in adolescents such as bad habits, history of crowding deciduous teeth, heredity, and socioeconomic status. In conclusion, crowding teeth in adolescents is influenced by nutritional status as well as other factorsKeywords: crowding, nutritional status, adolescents. Abstrak: Maloklusi telah menjadi salah satu permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang sering dijumpai setelah karies dan penyakit periodontal. Sebagian besar maloklusi terjadi pada usia remaja dalam bentuk gigi berjejal. Status gizi yang kurang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tulang tengkorak maupun rahang yang menyebabkan gigi permanen kekurangan ruang untuk erupsi dan terjadi gigi berjejal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gigi berjejal dan status gizi pada remaja di Indonesia. Jenis penelitian ialah literature review dengan pencarian data menggunakan tiga database yaitu Google Scholar, GARUDA, dan Pubmed. Kata kunci yang digunakan yaitu crowding, malocclusion, malnutrition, BMI, adolescent, maloklusi, TB/U, IMT, Status Gizi, Remaja. Setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi, dilakukan critical appraisal dan didapatkan 8 literatur cross-sectional study. Hasil kajian menunjukkan terdapat lebih banyak literatur yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara gigi berjejal dan status gizi pada remaja. Selain status gizi, faktor lainnya yang dapat memengaruhi terjadinya gigi berjejal pada remaja ialah kebiasaan buruk, riwayat gigi desidui berjejal, keturunan, dan status sosial ekonomi orang tua.. Simpulan penelitian ini ialah gigi berjejal pada remaja tidak hanya dipengaruhi oleh status gizi saja namun dapat disebabkan oleh faktor lain juga.Kata kunci: gigi berjejal, status gizi, remaja


e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 376
Author(s):  
Ratika F. Baliung ◽  
Vonny N. S. Wowor ◽  
Johanna A. Khoman

Abstract: Periodontal disease is still one of the dental and oral health disorders that has a high prevalence worldwide. Moreover, it can cause disorders in pregnancy including low birth weight (LBW) infant with the risks of death as well as disorders of growth and development in children. To date, low birth weight is one of the causes of high infant mortality rate. This study was aimed to evaluate the relationship between periodontal disease in pregnant women and the incidence of LBW baby. This was a literature review study searching data on three databases namely Pubmed, ScienceDirect, and Google Scholar and using keywords and a combination of boolean operators. After being selected based on inclusion and exclusion criteria, critical appraisal was conducted, and nine literatures were obtained: cross sectional study, case-control study, cohort study designs. The results showed that the most common periodontal disease in pregnant women was periodontitis. Women who gave birth to LBW babies had poor periodontal conditions compared to women who gave birth to babies with normal weight. Most of the literatures showed a significant relationship between periodontal disease in pregnant women and the incidence of LBW baby. In conclusion, there is a relationship between periodontal disease in pregnant women and the incidence of LBW infant. Periodontitis is one of the risk factors of poor pregnancy outcomes.Keywords: periodontal disease; pregnant women; low birth weight (LBW)  Abstrak: Penyakit periodontal masih merupakan salah satu gangguan kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Dampak penyakit periodontal dapat berupa gangguan pada kehamilan termasuk terjadinya kelahiran bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yang berisiko kematian bayi, serta gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi BBLR merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyakit periodontal pada ibu hamil dengan BBLR. Jenis penelitian ialah suatu literature review dengan pencarian data pada tiga database yaitu Pubmed, ScienceDirect, dan Google Scholar menggunakan kata kunci dan kombinasi boolean operator. Setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, dilakukan critical appraisal, dan didapatkan sembilan literatur dengan desain studi cross sectional, case-control, dan cohort. Hasil penelitian mendapatkan bahwa penyakit periodontal yang terbanyak pada ibu hamil ialah periodontitis. Ibu yang melahirkan bayi BBLR memiliki kondisi periodontal yang buruk dibandingkan ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan cukup. Sebagian besar literatur yang ditelaah menunjukkan adanya hubungan bermakna antara penyakit periodontal pada ibu hamil dengan kejadian BBLR. Simpulan penelitian ini ialah terdapat hubungan bermakna antara penyakit periodontal pada ibu hamil dengan kejadian bayi BBLR. Periodontitis merupakan salah satu faktor risiko hasil kehamilan yang buruk.Kata kunci: penyakit periodontal; ibu hamil; berat badan lahir rendah (BBLR)


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 124-131
Author(s):  
Dwi Nonita Nugraheni ◽  
Sri Wahyu Basuki ◽  
Anika Candrasari ◽  
Budi Hernawan

Osteoporosis merupakan penyakit yang digolongkan sebagai silent killer karena tidak terdeteksi secara dini dan baru diketahui setelah terjadinya fraktur. Kebiasaan merokok menjadi faktor risiko terjadinya osteoporosis, karena pada perokok akan kehilangan massa tulang lebih cepat dibandingkan bukan perokok. Asupan kafein berlebih dikaitkan dengan efek kafein pada homeostasis tulang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kafein dengan kejadian osteoporosis pada usia lanjut. Desain penelitian ini adalah studi literatur atau literature review. Penelitian ini mengambil sumber dari Pubmed, Science Direct, dan Google Scholar dengan kata kunci: (smoking OR smoking habits) AND (caffeine OR caffeine consumption OR drink coffee) AND (osteoporosis) AND (elderly OR aged). Hasil pencarian didapatkan 1.136 artikel yang ditemukan, lalu setelah duplikat dihilangkan tersisa 1.104 artikel. Kemudian diidentifikasi berdasarkan judul, abstrak, dan kelayakan yang sesuai dengan kriteria restriksi, didapatkan 8 artikel yang direview. Hasil penelitian dari artikel menyatakan bahwa merokok dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Konsumsi kafein tinggi dapat berisiko osteoporosis, sedangkan konsumsi kafein rendah hingga sedang dapat menurunkan risiko osteoporosis. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dan mengkonsusmsi tinggi kafein terhadap risiko osteoporosis pada usia lanjut.


e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 243
Author(s):  
Anastasia D. Pitoy ◽  
Vonny N. S. Wowor ◽  
Michael A. Leman

Abstract: Basic Health Research of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia showed that 93% of Indonesian children experience dental caries. Dental health education (DHE) is the provision of information in the form of a comprehensive understanding of dental and oral health and the determinants that affect individuals and communities. Giving DHE to children must be done in an appropriate and effective way. This study was aimed to to determine the effectiveness of DHE using audio-visual media to elementary school students. This was a literature review study using the PubMed, Google Scholar, Science Direct, and Clinical Key databases. Then the literatures were selected according to the inclusion and exclusion criteria and a critical appraisal was carried out to obtain relevant and worthy literatures. After going through the study selection, nine literatures were accepted. All literatures showed an increase in students' knowledge about dental and oral health after the DHE using audio-visual media. In conclusion, elementary school students' knowledge about dental and oral health increased significantly after DHE using audio-visual media.Keywords: dental health education (DHE); audio visual media; elementary school’s students Abstrak: Hasil Riskesdas Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan 93% anak Indonesia mengalami karies gigi. Dental health education (DHE) adalah pemberian informasi berupa pemahaman yang komprehensif tentang kesehatan gigi dan mulut serta faktor penentu yang memengaruhi individu dan komunitas. Pemberian DHE pada anak harus dilakukan dengan cara yang tepat dan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dental health education menggunakan media audio visual pada siswa sekolah dasar. Jenis penelitian ialah suatu literature review mengguanakan database PubMed, Google Scholar, Science Direct, dan Clinical Key. Literatur yang diperoleh kemudian diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi serta dilakukan critical appraisal untuk mendapat literatur yang relevan dan layak diteliti. Setelah melalui seleksi studi, didapatkan sembilan literatur untuk diulas. Semua literatur menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi dan mulut setelah DHE menggunakan media audio visual. Simpulan penelitian ini ialah pengetahuan siswa sekolah dasar tentang kesehatan gigi dan mulut meningkat secara bermakna setelah pemberian DHE menggunakan media audio visual.Kata kunci: dental health education (DHE); media audio visual; siswa sekolah dasar


2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 217-226
Author(s):  
Kiki Alfiatur Rohmaniah ◽  
Dyah Putri Aryati

Abstract Changes in physical, mental, and sosial function are factors that often lead to psychosocial problems such as depression in the elderly. There is also another factor that causes depression in the elderly is the place of residence. The elderly who lives in care homes are more at risk of experiencing depression. Depression is a common mental health disorder characterized by feelings of depression, guilt, sleep disturbances, decreased appetite, loss of pleasure or interest, feeling less energy, and decreased concentration. The impact of prolonged depression in the elderly can reduce health status, the emergence of self-injury behavior to attempt suicide. To describe the level of depression in the elderly living in care homes. A descriptive study method with a literature review approach. In the search for articles using Google Scholar and the PubMed database. Articles were selected based on the suitability of the specified inclusion and exclusion criteria. There were five articles published in 2011-2020 and using the Geriatric Depression Scale measuring instrument. The critical assessment instrument used is the Joanna Briggs Institute Critical Appraisal. The review result of the five articles showed that there were 112 people (24.2%) who experienced the normal level of depression, 234 people (50.3%) who experienced the mild level of depression, 90 people (19.3%) who experienced the moderate level of depression, and 29 people (6.2%) who experienced the major level of depression. The incidence of depression in the elderly must be addressed immediately, both non-pharmacologically and psychologically so as not to cause effects such as self-injury behavior to attempted suicide.Keywords: elderly; care home; depression level Abstrak Perubahan fungsi fisik, mental dan sosial merupakan faktor yang seringkali mengakibatkan terjadinya permasalahan psikososial salah satunya depresi. Selain dari faktor tersebut ada faktor lain yang menyebabkan depresi pada lansia yaitu tempat tinggal. Lansia yang tinggal di panti sosial lebih beresiko mengalami depresi. Depresi merupakan gangguan kesehatan mental umum yang ditandai dengan perasaan yang tertekan, perasaan bersalah, terjadi gangguan istirahat tidur, nafsu makan menurun, kehilangan kesenangan atau minat, merasa kurang berenergi serta konsentrasi menurun. Dampak dari depresi pada lansia yang berkepanjangan dapat menurunkan status kesehatan, munculnya tingkah laku melukai diri sampai melakukan percobaan bunuh diri. Mengetahui gambaran tingkat depresi pada lansia yang tinggal di panti sosial. Menggunakan metode studi deskriptif dengan pendekatan literature review. Dalam pencarian artikel menggunakan Google Scholar dan database PubMed. Artikel diseleksi berdasarkan kesesuaian kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan. Didapatkan lima artikel yang dipublikasikan pada tahun 2011-2020 dan menggunakan alat ukur Geriatric Depression Scale. Instrumen telaah kritis yang digunakan adalah Joanna Briggs Institute Critical Appraisal. Hasil review dari kelima artikel lansia dengan kategori normal sebanyak 112 orang (24,2%), depresi ringan sebanyak 234 orang (50,3%), depresi sedang sebanyak 90 orang (19,3%), dan depresi berat sebanyak 29 orang (6,2%). Kejadian depresi pada lansia harus segera diatasi baik secara non farmakologi ataupun psikologis agar tidak memunculkan dampak seperti tingkah laku melukai diri sampai melakukan percobaan bunuh diri.Kata kunci : lansia ; panti sosial ; tingkat depresi


e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 340
Author(s):  
Saskia E. Sekeon ◽  
Paulina N. Gunawan ◽  
Damajanty H. C. Pangemanan

Abstract: Going to a dentist can cause anxiety in children. One of dental treatments that causes anxiety is tooth extraction. This study was aimed to determine children’s anxiety level during tooth extraction. This was a literature review study. Data were collected from the database of Google Scholar by using predefined keywords children’s anxiety level and tooth extraction. Literatures were screened by title, and the inclusion and exclusion criteria. The critical appraisal was performed by using the Joanna Briggs Institute (JBI) critical appraisal and eight literatures weres obtained. The results showed that children’s anxiety level during tooth extraction were anxiety and mild anxiety. Based on age, younger children were more anxious than older children. Based on gender, females were more anxious than males. In conclusion, during tooth extraction, the anxiety levels of most of the children were anxiety and mild anxiety.Keywords: child anxiety level; tooth extraction Abstrak: Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut saat mengunjungi dokter gigi dapat menim-bulkan kecemasan pada anak. Salah satu perawatan yang dapat menimbulkan kecemasan ialah ekstraksi gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan anak saat perawatan ekstraksi gigi. Jenis penelitian ialah literature review, Pencarian data pada database Google Scholar dengan menggunakan kata kunci tingkat kecemasan anak dan pencabutan gigi. Hasil pencarian dilakukan skrining berdasarkan judul, kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dilakukan uji kelayakan menggunakan the Joanna Briggs Institute (JBI) critical appraisal dan diperoleh delapan literatur. Hasil penelitian mendapatkan tingkat kecemasan anak saat perawatan ekstraksi gigi ialah cemas dan cemas ringan. Dilihat dari usia, anak lebih muda lebih cemas dibandingkan anak lebih tua. Dilihat dari jenis kelamin, anak perempuan lebih cemas daripada anak laki-laki. Simpulan penelitian ini ialah tingkat kecemasan sebagian besar anak pada saat perawatan ekstraksi gigi ialah cemas dan cemas ringan.Kata kunci: tingkat kecemasan anak; ekstraksi gigi


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document