scholarly journals FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI PUSKESMAS BUTAR KECAMATAN PAGARAN KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2020

2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 12-18
Author(s):  
Fransiska Debataraja ◽  
Nova Sontry Node Siregar ◽  
Winta Mariana Batubara

Early Initiation of Breastfeeding (IMD) is an opportunity given to babies immediately after birth by placing the baby on the mother's stomach, then the baby is allowed to find the mother's nipple and breastfeed within the first hour after birth. The UNICEF organization Says that IMD is so important for babies that it calls it the baby's first vaccine. The purpose of this study was to determine the factors related to the implementation of Early Breastfeeding Initiation (IMD) at Butar Puskesmas, Pagaran District, Tapanulu Utara Regency in 2020. This type of research is a descriptive quantitative study using a cross sectional design or approach looking at the relationship between the independent and dependent variables. The total population of 30 people was used with a total sampling technique in which the entire population was sampled so that the sample size was 30 people. Data were collected by means of a questionnaire, then the data were processed using the chi-square test. The results of the study using the chi-square test with a confidence level of 95% (α = 0.05) showed that there was no relationship between the type of labor and the results of the Fisher's Exact Test with a confidence level of 95% and df = 1 obtained x2 count (0.597) <x2. table (3,841), there is a relationship of knowledge df = 2 obtained x2 count (10.425)> x2 table 5,991, there is a relationship between husband's support for Fisher's Exact Test with a confidence level of 95% (α = 0.05) and df = 1 obtained p value = 0.000 ( p <0.05), there is a relationship between support for health workers and df = 2, it is obtained x2 count (8,450)> n x2 table (5,991). It is expected that respondents will know the information provided by health workers or from the mass media about the provision and implementation of Early Breastfeeding Initiation (IMD).

2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 93
Author(s):  
Citra Al Karina ◽  
Christyana Sandra ◽  
Yennike Tri Herawati

Abstract PKPR is a program developed since 2003 at the primary care level aimed as well as for access by teenagers to improve the health status of adolescents since. PKPR implemented since 2007 in 11 health centers in the regency and already strata. Visit data utilization in the 15-19 age PKPR, KIE activities amounted to 14.26%; health care amounted to 76.75%; and counseling by 1.71%; as well as with the achievements of PKPR utilization of 92.72% (33 224 adolescents) who has yet to reach the expected target is equal to 100%.The purpose of this study to analyze the factors that affect the utilization PKPR by school adolescents (15-19 years) in the working area of ​​the regency health centers in 2019. This research is an analytic research with cross sectional design where data collection is done at one time. The research samples 96 adolescent proportioned Tlogosari health center, tamanan and Maesan the regency with the technique multistage sampling, Data were obtained through a questionnaire and documentation study. Data was analyzed using statistical test of chi-square or fisher's exact test and logistic regression in the form forward with a significance level α = 0.05. The results showed that the statistical chi-square test and Fisher's exact test for the predisposing characteristics, namely there is no influence of age (p = 0.554); gender (p = 0.853); level of education (p = 0.348); and knowledge (p = 0.584). Enabling characteristics of no effect, the ownership of health insurance (p = 0.784) and accessibility to health care (p = 1.000); and there are significant variables is the availability of health workers (p = 0.002) and health care (p = 0.000), the competence of health professionals (p = 0.002), and the time/speed of service (p = 0.012). Factors needs (perceived need) no effect (p = 1.000). The test results of multivariate logistic regression with forward stepwise method (likelihood ratio) is the most influential factor on the utilization PKPR is not available health facilities (p = 0.045) and less competent health workers (p = 0.001).   Keywords: PKPR program, utilization PKPR, youth, access   Abstrak PKPR ialah suatu program yang dikembangkan sejak tahun 2003 di tingkat puskesmas yang ditujukan serta untuk diakses oleh remaja guna meningkatkan status kesehatan remaja sejak. PKPR dilaksanakan sejak tahun 2007 pada 11 puskesmas di Kabupaten Bondowoso dan sudah strata. Data kunjungan pemanfaatan PKPR usia 15-19 tahun pada kegiatan KIE sebesar 14,26%; pelayanan kesehatan sebesar 76,75%; dan konseling sebesar 1,71%; serta dengan capaian pemanfaatan PKPR sebesar 92,72% (33.224 remaja) yang masih belum mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 100%. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi pemanfaatan PKPR oleh remaja sekolah (15-19 tahun) di wilayah kerja puskesmas Kabupaten Bondowoso tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional dimana pengambilan data dilakukan pada satu waktu. Sampel penelitian 96 remaja yang diproporsikan pada Puskesmas Tlogosari, Tamanan dan Maesan Kabupaten Bondowoso dengan teknik multistage sampling. Data diperoleh melalui angket  kuesioner dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan uji statistik chi-square atau fisher’s exact test dan regresi logistik berupa forward dengan tingkat signifikansi α = 0,05.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji statistik chi-square dan fisher’s exact test untuk karakteristik predisposisi tidak terdapat pengaruh yaitu umur (p=0,554); jenis kelamin (p=0,853); tingkat pendidikan (p=0,348); dan pengetahuan (p=0,584). Karakteristik enabling tidak terdapat pengaruh yaitu kepemilikan asuransi kesehatan (p=0,784) dan aksesibilitas menuju pelayanan kesehatan (p=1,000); serta variabel yang terdapat pengaruh ialah ketersediaan tenaga kesehatan (p=0,002) dan fasilitas kesehatan (p=0,000), kompetensi tenaga kesehatan (p=0,002), dan waktu/kecepatan pelayanan (p=0,012). Faktor kebutuhan (perceived need) tidak terdapat pengaruh (p=1,000). Hasil uji multivariat regresi logistik dengan metode forward stepwise (likelihood ratio) faktor yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan PKPR adalah tidak tersedia fasilitas kesehatan (p=0,045) dan tenaga kesehatan kurang kompeten (p=0,001).   Kata Kunci: program PKPR, pemanfaatan PKPR, remaja, akses


Author(s):  
Yeni Lestari ◽  
Dian Roza Adila ◽  
Raja Fitrina Lestari

Tali pusat yang tidak dirawat dengan baik akan menyebabkan infeksi, yang ditandai dengan kemerahan dan bengkak pada tali pusat. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya infeksi tali pusat adalah dengan melakukan tindakan mencuci tangan dalam perawatan tali pusat. Mencuci tangan bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kuman dan bakteri yang menempel ditangan supaya kuman dan bakteri tersebut tidak masuk kedalam luka tali pusat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap tindakan mencuci tangan dalam perawatan tali pusat bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional dengan menggunakan teknik sampling purposive sampling. Hasil univariat terhadap 42 responden didapatkan bahwa mayoritas ibu memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 27 responden (64,3%), sikap ibu mayoritas baik sebanyak 23 responden (54,8%) dan mayoritas ibu malakukan tindakan mencuci tangan dalam perawatan tali pusat sebanyak 37 responden (88,1%). Hasil bivariat menggunakan uji chi- square dengan uji alternatif fisher’s exact test untuk pengetahuan dan uji kolomogorov-smirnov test untuk sikap, didapatkan hasil terdapatnya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap tindakan mencuci tangan dalam perawatan tali pusat bayi baru lahir dengan p value 0,004 lebih kecil dari 0,05 dan tidak terdapat hubungan antara sikap ibu terhadap tindakan mencuci tangan dalam perawatan tali pusat dengan p value 0,998 lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil analisa tersebut diharapkan kepada petugas kesehatan dapat mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan ibu dengan memberikan pendidikan kesehatan bahwa selalu mencuci tangan dalam tindakan apapun terutama tindakan yang berhubungan dengan bayi baru lahir.          


2019 ◽  
Vol 14 (3) ◽  
pp. 247-252
Author(s):  
Juripah Juripah ◽  
Muzakkir Muzakkir ◽  
Sri Darmawan

Orang dengan diabetes mellitus memiliki peningkatan mengembangkan sejumlah masalah kesehatan yang mengancam jiwa. Kadar glukosa darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah umum yang dapat mempengaruhi jantung, mata, ginjal, saraf, dan dapat mengakibatkan berbagai komplikasi. Sedangkan pola makan merupakan asupan makanan yang memberikan berbagai macam jumlah, jadwal dan jenis makanan yang didapatkan seseorang. Pengaturan pola makan yang tidak tepat dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah sehingga seseorang rentang terkena penyakit diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan terhadap kejadian diabetes mellitus. Jenis penelitian yang digunakan adalah non experiment dengan metode survey analitik. Dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu 47 responden. Sampel diambil menggunakan tehnik total sampling. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 47 responden terdapat 21 responden yang memiliki pola makan baik (44.7 %). Dimana Pola makan baik yang tidak menderita sebanyak 13 responden (27.7%), sedangkan pola makan baik yang  menderita sebanyak 8 responden (17.0%). Kemudian 26 responden yang memiliki pola makan kurang baik (55.3%). Dimana pola makan kurang baik yang tidak menderita sebanyak 8 responden (17.0%), sedangkan pola makan kurang baik yang  menderita sebanyak 18  responden (38.3%). Setelah dilakukan uji statistic dengan menggunakan uji chi-square test maka berdasarkan hasil fisher’s exact test didapatkan nilai p = 0,033 yang menunjukkan p<0,05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak atau ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas kassi-kassi kota Makassar.


2019 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 96-103
Author(s):  
Andi Ernawati Manuntungi ◽  
Irmayanti Irmayanti ◽  
Ratna Ratna

Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi di daerah perineum sewaktu persalinan.Perineum berperan dalam persalinan karena merupakan bagian luar dari dasar panggul. Perineum yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Tujuan : Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Ruang perawatan Rumah Sakit Mitra Manakarra Mamuju Kabupaten Mamuju. Metode : Analitik dengan pendekatan studi cross sectional yang dilaksanakan di ruang perawatan Rumah Sakit Mitra Manakarra Mamuju. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang mengalami luka jahitan akibat ruptur perineum. Jumlah populasi dalam penelitian adalah 36 dan teknik penarikan sampel menggunakan total sampling. Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang faktor - faktor yang mempengaruh lamanya penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Hasil Penelitian : berdasarkan uji Chi-Squaredidapatkan P value 0,878>0,05 : tidak terdapat hubungan antara usia dengan lama penyembuhan luka perineum. Hasil uji analisis Fisher’s Exact Test diperoleh ρvaluelebih kecil dari nilai ɑ (0,018<0,05) artinya terdapat hubungan antara status gizi dengan lama penyembuhan luka perineum. Hasil uji analisis chi square diperoleh ρvaluelebih besar dari nilai ɑ (0,221<0,05) artinya tidak ada hubungan antara pendidkan dengan lama penyembuhan luka perineum. Kesimpulan :makan makanan yang tinggi protein baik selama hamil sampai masa nifas seperti makan makanan yang berprotein tinggi seperti ikan gabus, karena makanan tinggi protein dapat meregenerasi luka dengan cepat.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 102
Author(s):  
Almira Dewi Ayubsari

Kapasitas Vital Paru Pekerja Pemecah Batu dan Faktor yang BerpengaruhAlmira Dewi Ayubsari[1]. Hema Dewi Anggraheny[2]. Arum Kartika Dewi[3]. ABSTRAK ABSTRAK Latar belakang : Pemecah batu, merupakan profesi yang rentan terhadap penurunan Kapasitas Vital Paru (KVP).Usia, jenis kelamin, masa kerja, penggunaan masker, status gizi, dan merokok diketahui berhubungan dengan KVP.  Penelitian bertujuan untuk membuktikan pengaruh factor diatas dengan KVP.Metode: Penelitian deskribtif analitik ini menggunakan pendekatan  cross setional. Consecutive sampling dilakukan pada pekerja pemecah batu di Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang. Pengukuran KVP menggunakan metode spirometri. Hubungan usia, masa kerja, jenis kelamin, penggunaan masker, dengan  KVP dianalisisvdengan , uji Fisher’s Exact Test dan Pearson chi-square.Hasil: Hasil penelitian didapatkan  dari 35 pekerja , mempunyai KVP normal sebanyak 57,1%, responden berusia ≥ 30 tahun sebanyak 60%, jenis kelamin mayoritas  laki-laki (85,7%), masa kerja ≥5 tahun 62,9%, tidak menggunakan masker 91,4%, status gizi normal 74,3%, merokok 74,3%. Usia berhubungan dengan KVP (p value = 0,001), masa kerja berhubungan dengan KVP (p value = 0,002), jenis kelamin tidak brhubungan dengan KVP (p value = 0,365), status gizi tidak berhubungan dengan KVP (p value = 1,000),  merokok tidak berhubungan dengan KVP (p value = 1,000), dan penggunaan masker tidak berhubungan dengan KVP (p value = 0,175).Kesimpulan : Terdapat hubungan antara usia dan masa kerja dengan kapasitas vital paru pada pekerja pemecah batu di Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang. Kata kunci: Kapasitas vital paru, pekerja pemecah batu, spirometri ABSTRACT Background: Stone-breaking workers are vulnerable to the decrease of lung vital capacity (LVC).  The age, gender, working period, the use of masks, nutritional status, and smoking are known to be related with LVC. The aim of this study was to prove the correlation between age, sex, working period and the use of mask with LVC.Methods: This  describtive analytic research was  based on cross-sectional approach. The consecutive sampling was done to stone-breaking workers in Gajahmungkur district, Semarang. LCV was measured using spirometer. The correlation between age, gender, working period, the used of masks and LVC was analyzed by using Fisher’s Exact Test and Pearson chi-square test.Results: The workers with normal LVC were about  57,1 %. About  60% of the respondents were ≥ 30 while 85,7% of them are male. 62,9% of the respondents have worked for ≥ 5 years. The percentage of workers who neglected the use of mask is as high as 91,4%. Meanwhile, 74,3% of the respondents have a normal nutritional status and smoking. The age was related to LVC (p value = 0,001), working period was related to LVC (p value = 0,002), gender was not related to LVC (p value = 0,365), nutritional status was not related to LVC (p value = 1,000), smoking was not related to LVC (p value = 1,000), and the use of masks was not related to LVC (p value = 0,175).Conclusion: There are  correlation between age and length of work with lung vital capacity of the stone-breaking workers in Gajahmungkur district, Semarang. Keywords: Lung vital capacity, stone-breaking workers, spirometry             [1] Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.[2] Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.[3] Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.


2021 ◽  
Vol 8 (03) ◽  
pp. 160-165
Author(s):  
Teti Rahmawati ◽  
Multi Agustin

Imunisasi merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi, dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif sehingga dapat digunakan sebagai upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit infeksi pada bayi dan anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita usia 1-5 tahun, dengan menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun dan tinggal di Lingkungan 01 Rw 03 Kelurahan Ciriung. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel 95 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, sedangkan analisisnya menggunakan uji chi square Fisher’s exact test ( ). Hasil analisis univariat menunjukkan sebagian besar responden termasuk kategori usia dewasa awal (88,4%), pendapatan keluarga < UMK (54,7%), pendidikan ≤ SMA (86,3%), memiliki sikap positif (53,7%), mendapatkan imunisasi lengkap (94,7%) dan berpengetahuan baik (92,6%). Hasil analisis bivariat terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita usia 1-5 tahun dengan p-value = 0,002. Rekomendasi penelitian ini adalah memberikan pendidikan kesehatan mengenai imunisasi dan melakukan penelitian menggunakan metode studi korelasi.


2018 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
Author(s):  
Ajeng Ayu M.Jannah ◽  
Mahalul Azam

ABSTRAKStroke merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Selain sebagai penyebab kematian juga menyebabkan kelumpuhan. Rehabilitasi medik menjadi sangat penting bagi penderita stroke agar dapat kembali normal atau meminimalkan cacat yang mungkin terjadi. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan menjalani rehabilitasi medik pada pasien stroke di RSI Sunan Kudus. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampelnya adalah 40 diambil dengan teknik simple random sampling. Data dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas dan analisis hipotesis penelitian menggunakan chi square test dan Fisher’s Exact test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan menjalani rehabilitasi medik pada pasien stroke adalah motivasi pasien  (p=0,017) dan dukungan keluarga  (p=0,001). Faktor yang tidak berhubungan dengan kepatuhan menjalani rehabilitasi medik pada pasien stroke adalah pengetahuan keluarga  (p=0,442), penghasilan (p=0,664), keterjangkauan akses  (p=0,726 ), status serangan  (p=1,000 ), serta pelayanan petugas kesehatan  (p=0,712). Saran yang diberikan khususnya bagi tenaga kesehatan bagian rehabilitasi medik agar lebih mendukung dalam memberikan informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan stroke dan pentingnya rehabilitasi medik bagi pasien stroke.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 25-36
Author(s):  
Yayuk Hartriyanti ◽  
Adi Utarini ◽  
Djoko Agus Purwanto ◽  
Budi Wikeko ◽  
Susetyowati Susetyowati ◽  
...  

Latar Belakang. Iodium merupakan mikronutrien penting terutama bagi perkembangan otak janin dan anak. Iodium berperan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan sebagian besar organ terutama otak. Konsumsi iodium yang rendah dalam jangka panjang merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). Tingkat pengetahuan mengenai GAKI dan garam beriodium berpengaruh terhadap ketersediaan dan praktik penggunaan garam beriodium. Pemerintah telah mengupayakan penanggulangan GAKI melalui fortifikasi garam dengan iodium. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan ibu tentang iodium dengan ketersediaan garam beriodium di rumah tangga dan faktor yang memengaruhinya. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional. Data diambil dari 198 rumah tangga menggunakan teknik proportional stratified random sampling. Penilaian pengetahuan ibu dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertutup. Sementara itu, penilaian ketersediaan garam diperoleh dengan pengujian kandungan iodium (KIO3). Uji statistik yang digunakan adalah chi-square test/fisher’s exact test dan Mann Whitney U/Kruskal Wallis untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil. Sebagian besar responden tinggal di daerah dataran tinggi (74,2%), berpendidikan SD (47,5%) dan bekerja sebagai petani (41,4%). Karakteristik lokasi geografi tempat tinggal responden berhubungan dengan pengetahuan responden mengenai GAKI serta dampak dan faktor risiko GAKI (p=0,023 dan p<0,001), sedangkan pekerjaan responden berhubungan dengan pengetahuan mengenai dampak dan faktor risiko GAKI (p=0,020). Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemenuhan syarat mutu kandungan KIO3 pada garam yang digunakan di rumah tangga. Namun ada kecenderungan responden yang mempunyai garam dengan KIO3 sesuai, lebih banyak pada responden dengan pengetahuan yang baik. Kesimpulan. Responden dengan pengetahuan baik lebih banyak yang memiliki garam dengan kadar iodium sesuai standar. Perlu adanya program edukasi mengenai GAKI, penggunaan dan penyimpanan garam beriodium, serta faktor penyebab penurunan kualitas garam di rumah tangga.


2021 ◽  
Vol 6 (5) ◽  
pp. 25-36
Author(s):  
Charles Muthiaine Mucheke ◽  
Nicholas Bailasha ◽  
Luka Boro Waiganjo

Purpose: The study sought to establish whether academic status of the coach predicted team performance in the Kenyan national soccer and volleyball leagues. Methodology: The Cross-Sectional survey used a population of the 53 head coaches handling team in the Kenyan soccer and volleyball leagues in the 2020-2021 season. Census sampling was used to pick the 53 coaches for the study. Data collection instrument was a self-administered questionnaire. The Leadership Scale for Sport questionnaire (LSS) was used to capture player’s perception on coach competence. The coaches’ questionnaire was divided into sections which captured demographics and academic background. The study used Statistical Package for Social Sciences (SPSS Version 22) for data analysis. Information was organized and presented using descriptive statistics and was analyzed at 0.05 significance level. Chi-Square and Fisher’s Exact test was used to predict coach academic status on the team’s performance. Data was projected in figures and tables and relevant discussions were made. Findings: Chi square and Fisher’s Exact Test results showed that coaches academic status had a significant effect on team performance (χ2 =18.419, 0.031 ≤ p 0.05 9df). The fisher’s exact test had a p value of 0.016 which was also less than 0.05 confirming that there was a significant relationship between coaches’ academic status and team performance. Conclusion and Recommendation: The study concluded that coaches’ academic status had a significant effect on team performance. Team managers, owners and other stake holders in sports need to take up educated coaches. This is because educated coaches learn a diverse way of communication including humor, which in turns benefits communication between coaches and players which enhances team performance in the long run. In addition, coaches that are not educated need to go back to school and further their education. This will enable them to gain more skills that will be help in their teams’ performance.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 111-118
Author(s):  
Lumastari Ajeng Wijayanti ◽  
Eny Sendra ◽  
Ratih Novitasari ◽  
Tanti Dwi Pujaningsih

This research used cross sectional design. The population was 194 respondents and the sample was 54 respondents which are taken by using simple random sampling technique. Independent variable in this research was demographic status that was measured by questionnaire and nutritional status that was measured based on Body Mass Index (BMI). Meanwhile, dependent variable in this research was the occurrence of anemia that was measured by using spectrophotometry. Data analysis used Fisher's Exact test and Two-Sample Kolmogorov-Smirnov test (α = 0,05). Result of Fisher's Exact test was obtained that p value = 1,000 > 0,05, which meant that there was no significant correlation between demographic status and the occurrence of anemia. Meanwhile, result of Two-Sample Kolmogorov-Smirnov test was obtained that p value = 0,017 < 0,05, which meant that there was a significant correlation between nutritional status and the occurrence of anemia.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document