Pengembangan Karir Sebagai Faktor Paling Mempengaruhi Kinerja Perawat Pelaksana

2013 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 114-119 ◽  
Author(s):  
Ratanto Ratanto ◽  
Mustikasari Mustikasari ◽  
Kuntarti Kuntarti
Keyword(s):  
T Test ◽  

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa kinerja perawat berkontribusi bagi mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit. Hasil survey menunjukkan ketidakpuasan pelanggan terhadap kinerja perawat pelaksana sebanyak 43,89%, dan penilaian kinerja perawat pelaksana belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor internal dan eksternal dengan kinerja perawat pelaksana di IRNA RSUD A.W. Sjahranie. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 216 perawat pelaksana. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang disusun peneliti. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat (chi-square dan independent t test) dan multivariat (regresi logistik berganda). Hasil penelitian didapatkan faktor yang berhubungan dengan kinerja adalah: pendidikan (p=0,014), motivasi (p=0,013), persepsi (0,001), kepemimpinan (0,001), dan karir (0,001). Faktor pengembangan karir paling dominan berhubungan dengan kinerja (OR=29,962). Peningkatan kinerja perawat pelaksana harus memperhatikan aspek pendididkan, motivasi, persepsi, kepemimpinan dan pengembangan karir.

Author(s):  
Ivan Buntara ◽  
Yohanes Firmansyah ◽  
Hendsun Hendsun ◽  
Ernawati Su

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) is a form of gastrointestinal motility disorder, where stomach contents reenter the esophagus and oral cavity, causing symptoms and complications. GERD is a condition that is quite often experienced, where the prevalence estimated at 8 - 33% worldwide. One of the suspected cause of  GERD is Ramadan fasting, which has been routinely carried out by Muslim groups. This study aims to prove whether Ramadan fasting triggers GERD. A cross-sectional study (survey) conducted online via Google form on the last three days of the fasting month (21 May 2020 - 23 May 2020). The variables in this study were respondents who fasted Ramadan and those who did not fast, also the total value of the GERD-Q questionnaire along with the final conclusions. Statistical analysis using Chi square with Yates Correction and Independent T-test with Mann Whitney Alternative Test. 311 respondents met the inclusion criteria. The results of Mann Whitney statistical test found that there was no difference in the mean value of the total GERD-Q questionnaire between the fasting and non-fasting groups (p-value: 0.313). Pearson Chi Square with Yates Correction results found no significant relationship between fasting and incidence of GERD (p-value: 0.552), although clinically there was a possibility of fasting had a risk of 1,228 (95% CI: 0.772 -2,088) times to trigger GERD incident.as Conclusion, Ramadan fasting has not been shown to improve GERD symptoms. Further research needs to be done through longitudinal studies. Keywords: GERD; digestion; Ramadan fastingABSTRAKGastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan suatu bentuk gangguan motilitas saluran cerna, dimana isi lambung masuk kembali ke dalam esofagus dan rongga mulut, sehingga menyebabkan gejala dan komplikasi. GERD merupakan kondisi yang cukup sering dialami, dimana prevalensinya diperkirakan mencapai 8 – 33% di seluruh dunia. Salah satu faktor yang diperkirakan sebagai penyebab GERD adalah puasa Ramadhan yang selama ini rutin dijalankan oleh kelompok Muslim. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah puasa Ramadhan mencetuskan kejadian GERD. Penelitian potong lintang (survei) yang dilaksanakan secara online melalui google form pada tiga hari terakhir bulan puasa Ramadhan 2020 (21 Mei 2020 – 23 Mei 2020). Variabel dalam penelitian ini adalah responden yang berpuasa Ramadhan maupun yang tidak berpuasa Ramadhan dan nilai total kuesioner GERD-Q beserta kesimpulan akhir dari kuesioner GERD-Q. Analisis statistik menggunakan uji statistik Chi square with Yates Correction dan Independent T-test dengan Uji Alternatif Mann Whitney. 311 responden memenuhi kriteria inklusi. Hasil uji statistik Mann Whitney tidak terdapat perbedaan rerata nilai total kuesioner GERD-Q antara kelompok yang berpuasa dan tidak berpuasa (p-value : 0,313). Hasil uji statistik Pearson Chi Square with Yates Correction didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara berpuasa dengan kejadian GERD (p-value : 0,552), walaupun secara klinis ditemukan adanya kemungkinan yang berpuasa lebih berisiko 1,228 (CI 95% : 0,772 -2,088) kali untuk mencetuskan kejadian GERD. Sebagai kesimpulan, Puasa Ramadhan tidak terbukti meningkatkan gejala-gejala GERD. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut melalui studi longitudinal untuk tindak lanjut hasil penelitian ini.


Sari Pediatri ◽  
2020 ◽  
Vol 21 (4) ◽  
pp. 213
Author(s):  
Aninditya Dwi Messaurina ◽  
Agung Triono ◽  
Retno Palupi Baroto ◽  
Cahya Dewi Satria ◽  
Sumadiono Sumadiono

Latar belakang. Defisiensi vitamin D banyak ditemukan pada anak lupus eritematosus sistemik (LSE) dibandingkan dengan anak normal. Berbagai penelitian membuktikan defisiensi vitamin D berkontribusi terhadap perkembangan chronic kidney disease. Belum ada penelitian hubungan vitamin D dengan derajat fungsi ginjal pada anak Lupus. Tujuan. Mengetahui hubungan antara 25-hidroksivitamin D dengan derajat fungsi ginjal pada anak Lupus.Metode. Menggunakan desain cross sectional dengan melibatkan 62 anak Lupus di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Sardjito yang telah mendapatkan protokol dari Januari 2014 sampai April 2018. Hubungan antara kadar serum 25-hidroksivitamin D dan derajat fungsi ginjal dianalisis menggunakan Independent T-test, sedangkan jenis kelamin, kalsium, steroid, dan aktivitas penyakit dengan uji chi-square. Defisiensi vitamin D didefinisikan konsentrasi 25-hidroksivitamin D<20 ng/ml, sedangkan gangguan ginjal didefinisikan GFR<90/ml/mnt/1.73m2.Hasil. Sebagian besar subyek berjenis kelamin perempuan, 93,5% vs 6,5% dengan rerata usia 14,6±3,1 tahun, dan rerata skor Mex-SLEDAI 7,6±5,6. Secara keseluruhan 66% subyek penelitian mengalami defisiensi vitamin D. Analisis dengan Independent T-tes menunjukkan rerata vitamin D yang mengalami gangguan ginjal 14,14±4,9 lebih rendah dibandingkan normal dengan rerata 19,43±10,3 dengan perbedaan yang bermakna p=0,004. Jenis kelamin, kalsium, steroid, dan aktivitas penyakit tidak berpengaruh signifikan terhadap derajat fungsi ginjal, p>0,05.Kesimpulan. Terdapat hubungan signifikan 25-hidroksivitamin D dengan derajat fungsi ginjal pada anak lupus.


2019 ◽  
Author(s):  
Haira kaniara

Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di Indonesia mayoritas masih kurang puas. Penyebab ketidakpuasan pasien diantaranya faktor kesalahan identifikasi, komunikasi, pemberian obat, dan risiko jatuh. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan penerapan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit X. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional dengan menyebarkan kuesioner kepada 143 pasien. Pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling dengan cara menetapkan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi, kemudian diberikan kuesioner hingga terpenuhi jumlah sample, dan melakukan penelitian pada setiap sampel yang terpilih. Data dianalisis menggunakan independent t-test dan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan penerapan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien (p= 0,001; OR=1,216; α= 0,05). Karakteristik pasien berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan kelas rawat tidak berhubungan dengan kepuasan pasien (p= 0,331; 0,818; 0,949; 1,000; dan 0,382; α= 0,05). Hasil penelitian juga didapatkan bahwa penerapan aspek keselamatan pasien berupa reassessment pasien risiko jatuh dan dimensi kehandalan (memberi petunjuk, memberi penjelasan) ketika akan melakukan tindakan keperawatan masih belum optimal sehingga menjadi saran untuk ditingkatkan agar kepuasan pasien di rumah sakit X semakin meningkat.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 9-14
Author(s):  
Tiara Imelda ◽  
Sri Yulia ◽  
Muliyadi Muliyadi

ABSTRAK Latar Belakang : Pelaksanaan discharge planning yang belum optimal dilaksanakan, dapat menyebabkan tidak efektifnya kontinuitas perawatan di rumah, meningkatkan resiko keparahan (severity), dan dirawat kembali (readmission). Tujuan : Mengetahui hubungan karakteristik perawat dan metode pemberian asuhan keperawatan dengan pelaksanaan discharge planning di Ruang Rawat Inap RSUD Palembang BARI Tahun 2019. Metode : Desain deskriptif analitik dengan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 30 perawat dengan tehnik purposive sampling. Penelitian menggunakan instrumen kuesioner. Uji statistik Chi Square dan t-test. Hasil : Ada hubungan antara metode pemberian asuhan keperawatan dengan pelaksanaan discharge planning (p=0,020 < ? = 0,05). Sedangkan usia (p=0,742), jenis kelamin (p=0,672), pendidikan (p=0,165), masa kerja (p=0,618) tidak ada hubungan dengan pelaksanaan discharge planning. Simpulan : Metode pemberian asuhan keperawatan merupakan faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan discharge planning. Perlunya penambahan SDM atau perawat di Ruangan pada saat shift malam.  


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 33-37
Author(s):  
Rosyanne Kushargina ◽  
Nunung Cipta Dainy

Background: Adequate nutrition plays an important roles for children on school age to developed and maintain their growth and health. Many factors could affect the nutritional status of school children, one of them is the school location.Objectives: To analysis the correlation between school location with nutritional status of elementary school students.Method: The research design used was a cross-sectional design. 80 subjects were observed from two different schools namely SDN 1 Cikelet Garut (Urban) and SDN Pesanggrahan 02 Pagi Jakarta Selatan (Rural). The relationship of school location and gender with nutritional status were analyzed using Chi Square. Independent Sample T-test used to analyze nutritional status based on different locations.Result: In rural there are 25% of children with over nutritional status (weight/age). There are still stunted child both in urban (7.50%) and rural (10%), but based on weight/height nutritional status, almost all subjects in both urban (92.50%) and rural (97.50%) in obese category. Chi Square analysis showed that the school location was significantly related (P 0.05) only with the weight/age nutritional status. Gender is significantly related to height/age nutritional status. The majority of boys (15,4%) are shorter than girls (2,4%). The results of the Independent Sample T-test based on location, showed that the nutritional status of subjects in urban was significantly different (P0.05) from the nutritional status of subjects in rural. In line with this, based in gender there is significantly different (P0.05) in nutritional status between boy and girl.Conclusions: The results of this study indicate that differences in school locations are related to the nutritional status of elementary school students.


Sari Pediatri ◽  
2016 ◽  
Vol 17 (3) ◽  
pp. 200
Author(s):  
Lola Lusita ◽  
Finny Fitri Yani ◽  
Netti Suharti
Keyword(s):  
T Test ◽  

Latar belakang. Vitamin D dan cathelicidin berperan penting dalam sistem imun alamiah terhadap kuman tuberkulosis. VitaminD memediasi sintesis cathelicidin, melalui ekspresi vitamin D nuclear reseptor (VDR) sehingga cathelicidin dapat membunuhkuman mycobacterium tuberculosis.Tujuan. Melihat hubungan kadar vitamin D dan cathelicidin dengan kejadian infeksi tuberkulosis pada anak yang kontak denganpenderita tuberkulosis dewasa BTA positif.Metode. Penelitian cross sectional dengan sampel dibedakan antara terinfeksi tuberkulosis dengan yang tidak terinfeksi tuberkulosis.Sampel dilakukan pengukuran kadar vitamin D, yaitu kadar 25(OH)D dan cathelicidin plasma. Analisis statistik denganmenggunakan chi square, T-test, Mann-Whitney U, dan uji korelasi Spearman’s.Hasil. Anak terinfeksi tuberkulosis dengan gizi kurang 58%. Sumber kontak dengan BTA positif tiga anak yang terinfeksituberkulosis 54%. Tidak terdapat defisiensi vitamin D. Rerata kadar vitamin D anak terinfeksi dan tidak terinfeksi tuberkulosisberturut-turut 24,93±7,42 dan 24,66±6,23 ng/mL (p=0,868). Kadar cathelicidin rendah terdapat pada 62,5% anak yang terinfeksituberkulosis. Pada anak yang terinfeksi dan tidak terinfeksi tuberkulosis berturut-turut 149,76±160,76 dan 190,74±184,95 ng/mL (p=0,139). Tidak terdapat hubungan kadar vitamin D dan cathelicidin plasma pada anak dengan kontak BTA positif (p=0,135dan r=-0,183)Kesimpulan. Kadar cathelicidin pada anak yang tidak terinfeksi tuberkulosis cenderung lebih tinggi dibandingkan anak yang tidakterinfeksi, walaupun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Lusia Murtisiwi

Penderita penyakit ginjal kronis (PGK) yang menjalani hemodialisis umumnya mengalami anemia. Anemia pada PGK dapat diterapi dengan pemberian epoetin. Kualitas hidup merupakan aspek yang penting dievaluasi sebagai outcome dari intervensi pada pasien hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis dengan terapi epoetin alfa dan epoetin beta di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.    Penelitian cross sectional terhadap pasien hemodialisis rutin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini dilakukan pada bulan November 2014Januari 2015. Penilaian kualitas hidup pasien menggunakan kuesioner KDQOL-SF versi 1.3. Subyek penelitian ini terdiri dari dua kelompok, kelompok pertama merupakan pasien yang menggunakan epoetin alfa untuk penanganan anemia, sedangkan kelompok kedua merupakan pasien yang menggunakan terapi epoetin beta untuk penanganan anemia. Data dianalisis menggunakan Levene test, Chi-Square Goodness of Fit, Independent t-test, uji Mann-Whitney dan uji ANCOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kualitas hidup keseluruhan  pasien yang menjalani hemodialisis dengan terapi epoetin alfa dan epoetin beta di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna (p>0,05) yaitu sebesar 60,25±12,97, pada kelompok epoetin alfa dan 63,93±15,53 pada kelompok epoetin beta.


2013 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 11-17
Author(s):  
Putu Ayu Sani Utami ◽  
Junaiti Sahar ◽  
Widyatuti Widyatuti

Kunjungan rumah merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah lansia, berfungsi untuk mengendalikan faktor risiko hipertensi pada agregat lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengendalian faktor risiko hipertensi pada agregat lansia yang sudah dan belum mendapatkan kunjungan rumah di sebuah Kelurahan di Depok. Jenis penelitian menggunakan desain deskriptif komparatif dengan pendekatan cross sectional. Melalui teknik cluster random sampling diperoleh 176 lansia yang terbagi dalam kelompok yang mendapatkan kunjungan rumah dan yang tidak. Data dianalisis dengan chi square, independent t-test dan Mann Withney test. Hasil penelitian membuktikan bahwa pengaturan diet, pembatasan perilaku merokok, manajemen stres, pengendalian tekanan darah, pengaturan perilaku berolahraga dan status gizi lansia yang mendapatkan kunjungan rumah lebih baik dibandingkan lansia yang tidak. Tingkat stress, tekanan darah sistolik dan diastolik pada agregat lansia dengan hipertensi yang belum mendapatkan kunjungan rumah lebih tinggi dibandingkan lansia yang mendapatkan kunjungan rumah. Upaya promotif dan preventif yang dilakukan perawat komunitas melalui kunjungan rumah dapat mengendalikan faktor risiko hipertensi pada agregat lansia.


Author(s):  
Yohanes Firmansyah ◽  
Desi Natalia Ginting ◽  
Ernawati Su ◽  
Yana Sylvana ◽  
Welhan Chau ◽  
...  

Non-communicable diseases (NCD) especially hypertension and cardiovascular diseases have become the highest cause of death in the world with a mortality rate of nine million deaths (44% of all non-communicable disease deaths and 31% of all global causes of death). The purpose of this study was to determine the effectiveness of the Mobilization in Utilization Of Community Participation (Mobilization POSBINDU) activities to detect risk factor and early diagnosis of non-communicable diseases (NCD) especially hypertension. Methods: Cross-sectional method was applied to the society in Sector 5th Kedaung Kaliangke District, the variables in this research were tested using the chi-square test, Independent T-test, and Mann Whitney test. Results: 40 respondents who met the study criteria. There were no differences in the incidence of hypertension (55% vs 60%; p-value: 1,000), average of SBP (138.25 (24.36) vs 144.45 (20.24); p-value: 0.394) and average of DBP (85 (68 -132) vs 83 (58 - 105) mmHg; p-value: 0.369) between 2 groups of people who have never been to Posbindu with those who are routinely to Posbindu. There are still many people who have not been screened from Posbindu activities and still urgently need to Mobilization in Utilization Of Community Participation Program (Posbindu Linpung) to get  more people for early detection of NCD. Conclusion: Posbindu Linpung has proven effective in finding new cases of hypertension in the community. This is proven by the fact that there is no difference in the mean blood pressure of a population group that has never been screened with a group that routinely does a screening. Keywords: mobilization posbindu ; routinely ; hypertension AbstrakPenyakit tidak menular (PTM) khususnya hipertensi dan penyakit kardiovaskuler telah menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia dengan angka mortalitas sembilan juta kematian (44% dari semua kematian penyakit tidak menular dan 31% dari semua penyebab kematian global). Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas dari kegiatan Posbindu PTM Keliling Kampung dalam surveilans faktor risiko dan deteksi dini PTM. Metode: Potong lintang pada masyarakat RW 05 Kelurahan Kedaung Kaliangke, serta data penelitian di uji dengan uji Chi-square , Independent T-Test, dan Mann Whitney. Hasil Penelitian: 40 responden yang memenuhi kriteria penelitian. Tidak didapatkan perbedaan kejadian hipertensi (55% vs 60% ; p-value : 1,000), rata-rata TDS (138,25 (24,36) mmHg vs 144,45 (20,24) mmHg ; p-value : 0,394) dan rata-rata TDD (85 (68  - 132) mmHg vs 83 (58 - 105) mmHg ; p-value : 0,369) yang tidak bermakna antar 2 kelompok masyarakat yang tidak pernah ke posbindu dengan yang rutin ke posbindu. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak masyarakat yang belum terskrining dari kegiatan Posbindu dan masih sangat memerlukan Posbindu Linpung untuk menjaring lebih banyak masyarakat untuk deteksi dini PTM. Kesimpulan: Posbindu Linpung terbukti efektif dalam menjaring kasus baru penyakit tidak menular (hipertensi dan obesitas) yang berada dalam masyarakat. Hal ini terbukti dari tidak terdapat perbedaan rerata tekanan darah dari kelompok populasi yang tidak pernah melakukan skrining dengan kelompok yang rutin melakukan skrining. 


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 559
Author(s):  
Aulia Ulfa ◽  
Ariadi Ariadi ◽  
Elmatris Elmatris

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering dialami selama kehamilan. Anemia ibu hamil diketahui sebagai salah satu faktor risiko persalinan preterm. Penelitian sebelumnya tahun 2012 di RSUP Dr. M. Djamil Padang mendapatkan dari seluruh pasien persalinan preterm sebagian besar (76,39%) memiliki riwayat anemia dalam kehamilan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan antara hubungan anemia pada ibu hamil dan kejadian persalinan preterm di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan, didapatkan sampel 30 ibu persalinan preterm sebagai kelompok kasus dan 30 ibu persalinan aterm yang diambil secara simple random sampling sebagai kelompok kontrol. Data dianalisis dengan Chi-square test dan Independent t-test (α=0.05). Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu yang melakukan persalinan di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013, terbanyak berusia 20-35 tahun (71,7%) dan multipara (55,0%). Ibu yang melakukan persalinan 40% mengalami anemia. Hasil uji statistik Chi-square  menunjukan terdapat hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian persalinan preterm (nilai p= 0,018,  OR=  4,297).  Rata-rata kadar Hb pada kelompok persalinan preterm (10,62 ± 1,42) g/dl lebih rendah dibandingkan kelompok persalinan aterm (11, 51 ± 1,06) g/dl dan bermakna secara statistik (p = 0,007). Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara kejadian anemia dan persalinan preterm.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document