social mapping
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

86
(FIVE YEARS 37)

H-INDEX

9
(FIVE YEARS 1)

2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 72-80
Author(s):  
Imam Anas Hadi

This research aims to discover a social map in Losari Village, Sumowono District, Semarang Regency and to find out the use of social mapping for human resource development planning in Losari Village, Sumowono District Semarang Regency. This research uses descriptive qualitative research to describe the research object and uses observation, interviews, and documentation techniques to obtain data. The researcher used the Miles and Huberman technique regarding the data analysis, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions and verification. The mapping results know social problems, including socio-cultural, economic, and infrastructure problems. Then it can uncover the natural and human potential in Losari village, the potential of human resources in the form of farmers, and improve education in Losari Village. No less important are actors who play a role in social relations. Mapping benefits can be obtained first, the actual area of a village, the geographical location of the village and the boundaries of the area, and the village's history. Both the conditions and characteristics of the community, the potential and problems that exist in the village emerged. The third is social mapping to develop or create programs according to the potential and problems that exist in the region.


2021 ◽  
Vol 12 (4) ◽  
pp. 592-596
Author(s):  
Septa Yudha Ardiansyah ◽  
Eko Anton Rubiantoro
Keyword(s):  

Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep yang menempatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam menggerakkan ekonomi. Salah satu permasalahan yang dihadapi industri ekonomi kreatif adalah partisipasi dan sinergi para pemangku kepentingan secara keseluruhan belum cukup kuat. Kegiatan pemetaan dan penyusunan buku ini dilandasi pentingnya pemetaan sosial (social mapping) yang berlandaskan aspek informasi keruangan (Sistem Informasi Geografis). Metode yang digunakan adalah pendekatan secara partisipatif dan pendekatan secara spasial (pemetaan). Dengan terpetakannya seluruh potensi dalam komunitas ekonomi kreatif, diharapkan dapat saling berkoordinasi dan bekerjasama antar lembaga pemerintah, pelaku usaha dan institusi pendidikan dalam memajukan sektor-sektor ekonomi kreatif daerah secara bersama-sama. Hasil yang dicapai adalah masyarakat dapat mengetahui seluruh sebaran potensi daerah melalui penyusunan buku profil dan peta.


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 118-125
Author(s):  
Arif Widyatama ◽  
Andi Sabirin ◽  
Sulastia Ningrum

The purpose of this study is to understand in depth the implementation of Corporate social responsibility (CSR) in improving the welfare of the community through the CSR program conducted by PT. PLN Region Sulutenggo. The research method used is interpretive, namely understanding from various informants' perspectives regarding the implementation of CSR. The results of this study indicate that the implementation of PT PLN Sulutenggo Region has carried out various work programs that were born through social mapping obtained by phenomena or problems of residents in the area where PT PLN operates, including in the fields of education and health. Therefore, PT PLN must actively participate in continuing to be committed to its work programs. This research has implications for the implementation of the triple bottom line which is fundamental to the implementation of CSR, because companies are not only required to increase revenue but also contribute to two other aspects, namely social and environmental so that the work program of the company's CSR can prosper the community around PT PLN Sulutenggo Region.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 170-187
Author(s):  
Nova Yohana

Kampung Gambut Berdikari merupakan salah satu tema besar program CSR PT. Pertamina RU II Sungai Pakning. Ide besar program CSR mengenai Kampung Gambut Berdikari sendiri berawal karena masalah serius yang dulu kerap dialami oleh provinsi Riau, yakni kebakaran lahan dan hutan salah satunya di Kecamatan Sungai Pakning yang menyebakan kerugian ekonomi juga masalah kesehatan masyarakat. Melalui program Kampung Gambut Berdikari, perusahaan berupaya merestorasi lingkungan sekaligus memberdayakan masyarakatnya secara berkelanjutan terutama pada lahan gambut di wilayah  Riau yang rentan terbakar. Tujuan  penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen komunikasi PT Pertamina RU II Sungai Pakning dalam program CSR “Kampung Gambut Berdikari” di wilayah operasi perusahaan  yang meliputi proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing) dan pelaksanaan (actuating), pengawasan (monitoring) dan dan evaluasi (evaluation) dan ingin mengetahui respon atau tanggapan dari pengelola dan masyarakat  yang memperoleh manfaat dari program CSR  tersebut. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penentuan informan dilakukan secara purposif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan, tahap perencanaan komunikasi, utuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi dilapangan, maka dilakukannya proses social mapping dan penyusunan rencana kerja hingga rencana strategis dan menghasilkan output yaitu program Kampung Gambut Berdikari. Tahap pengorganisasian dan pelaksanaan program, yang berperan sebagai komunikator yaitu Bidang CSR tepatnya CDO (Community Development Officer). Pesan program berisi hasil analisis dan keluaran kebijakan perusahaan kepada berbagai komunikan dibagian yang berbeda-beda. Komunikan terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu masyarakat sasaran yang sesuai dengan kriteria penerima yang telah ditetapkan. Pesan yang disampaikan oleh CDO disalurkan melalui media formal dalam proses monitoring dan evaluasi, juga memanfaatkan media sosial insragram, koran, portal berita serta laporan kinerja tahunan. Monitoring dan evaluasi, komunikasi terbagi kedalam dua jenis yaitu, monev internal dan monev eksternal. Monev internal dilakukan pada saat program berjalan (ongoing review, dan dilakukan per tiga bulan. Sedangkan monev eksternal dilakukan saat program telah melalui setahun berjalan (end review). Manajemen Komunikasi, Prrogram CSR,  Kampung Gambut Berdikari, Pemberdayaan Masyarakat


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Kasturi Behari-Leak ◽  
Rajendra Chetty

The task of decolonisation is convoluted as the complexities of meanings as well as the multiple dimensions of decolonisation are vast and textured, depending on one’s vantage point and vested interests. This situation warrants a critical examination of what decolonisation has come to mean in the global South and how different subjectivities at a particular academic institution in the country are responding to the call for change. The academic, social and political movement of decolonisation evokes a variety of reactions, responses and repercussions from a wide spectrum of the university community and its stakeholders. Ranging from conservative to radical, these responses reflect the range of discourses, values, beliefs and actions that the academic community embraces and might determine the extent to which the decolonisation movement can in fact succeed in its goals. This chapter critically analyses responses to the calls for decolonisation of the academy by #Fallist student movement. The aim is to ascertain whether the vision for transforming a largely socially exclusive and unjust academic project into one that is socially just, inclusive and transformed can be actualised in spite of resistance from those who wish to maintain the status quo. Reproducing old ways and patterns based on views of gratitude and charity by some academics has become confused with a social justice agenda and needs to be called out. Drawing on the work of Andreotti et al (2015), the paper uses social cartography (Paulston, 2009) as a discursive and analytical tool to understand the vocabularies and imaginaries of decolonisation at a research-intensive, traditional university.


Author(s):  
Welly Wirman ◽  
Genny Gustina Sari ◽  
Indah Kus Pratiwi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam pengelolaan program CSR Pertanian dan Perikanan Bukit Mekar Terpadu.  Menggunakan metode penelitian kualitatif, dan penentuan informan menggunakan teknik purposive. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pertamina RU II Dumai CSR melaksanakan empat tahapan pengelolaan program CSR Bukit Mekar diantaranya: tahap perencanaan program CSR Dumai RU II melakukan social mapping untuk mengetahui wilayah binaan yang membutuhkan program. pendampingan dan pengumpulan permasalahan sosial di wilayah binaan yang meliputi penyuluhan dan pendampingan tentang program yang akan dilaksanakan. Pemantauan program, termasuk pemantauan sistematis yang dilakukan oleh CSR Pertamina RU II Dumai dan pemangku kepentingan terkait. Evaluasi, yang dilakukan untuk kelangsungan program agar terus berjalan dan untuk meningkatkan kapasitas dan pendapatan masyarakat yang dikelola oleh Kelompok Tani. Untuk melihat upaya perusahaan dalam memberikan pendampingan dan penyuluhan kepada Grup Bukit Mekar atas pengelolaan program Pertanian dan Perikanan Bukit Mekar Terpadu, perusahaan berupaya mewujudkan program CSR ini menjadi Ikon Pariwisata Kota Dumai. Kesimpulan penelitian ini bahwa Pertamina RU II Dumai CSR melaksanakan empat tahapan pengelolaan program CSR Bukit Mekar diantaranya: tahap perencanaan program CSR Dumai RU II, pendampingan dan pengumpulan permasalahan sosial di wilayah binaan, Pemantauan program, Evaluasi, yang dilakukan untuk kelangsungan program agar terus berjalan dan untuk meningkatkan kapasitas dan pendapatan masyarakat yang dikelola oleh Kelompok Tani.


2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 129-135
Author(s):  
I Wayan Gede Lamopia ◽  
Riza Wulandari ◽  
Isma Illia Shara Yunianti

Panglipuran village is a reflection of balinese in the field of tourism. In anticipating the decrease of visitors in Panglipuran due to the covid19 pandemic, it is necessary to conduct a scientific study, namely social mapping of cultural  production. The study aims to ease the people in Panglipuran village to explore the potential of the village to recover economic condition due to the decrease of tourists. Based on the bordieu paradigm and field observation, there are four potential assets in dealing with the crisis, namely symbolic, cultural, economic, and social assets.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 350-366
Author(s):  
Rendy Adiwilaga ◽  
Ujud Rusdia
Keyword(s):  

Desa Neglawangi terbilang menjadi sebuah lokus yang menarik untuk dikaji, mengingat desa tersebut 70% wilayahnya merupakan perkebunan teh yang dikelola langsung oleh PTPN, serta hutan lindung yang dikelola oleh Perhutani. Selebihnya hanya 30% wilayahnya yang digunakan sebagai pemukiman warga setempat. Selain itu, Desa Neglawangi sejatinya tidak memiliki aset bersifat strategis seperti halnya pasar desa dan lain sebagainya, namun yang menarik, Desa Neglawangi memiliki master plan dalam mewujudkan desa wisata dengan target capaian 2021 (diundur menjadi 2025 karena kendala pandemi covid-19) dengan memanfaatkan titik-titik wisata yang mampu dieksploitasi menjadi komoditas kearifan lokal yang mampu berpotensi mengundang wisatawan. Penelitian ini dikaji dengan menggunakan teori strategi Bintoro Tjokroamidjojo, dengan pembedahan masalah melalui metode kualitatif deskriptif yang dikombinasikan dengan analisis SWOT sebagai upaya social mapping yang ditempuh melalui observasi panjang selama 2 bulan, yang dikombinasikan dengan indikator-indikator Pengembangan Destinasi Pariwisata yang mengacu pada Pedoman Pengembangan Destinasi Wisata Perdesaan, yang dirumuskan oleh Kementerian Pariwisata. Poin indikator tersebut yakni identitas, perwilayahan, daya tarik wisata, kegiatan, aksesibilitas, amenitas, masyarakat/penduduk, investasi, usaha pariwisata, kelembagaan, dan terakhir pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Neglawangi memiliki potensi besar seperti ragam titik wisata alam, wisata historis, dan wisata budaya. Namun rencana pengembangan lokasi wisata berbenturan dengan pihak-pihak lain seperti BKSDA dan Lembaga pecinta alam lainnya karena beberapa destinasi wisata merupakan cagar alam. Operasionalisasi pun masih terkendala oleh pergantian tampuk kekuasaan di ranah Provinsi dan Kabupaten yang berimplikasi pada alokasi anggaran pembangunan dari luar. Karena jika mengandalkan Dana Desa, Desa Wisata sulit terwujud karena memerlukan logistik yang besar.


Author(s):  
Svyatoslav I. Prokhorov ◽  

The article considers an issue of the formation and embedding of the newest spaces (in particular, creative ones) into the urban landscape, the formation of which became both a consequence and a condition for the formation of a post-industrial society in the digital economy, which is actively discussed not only among foreign researchers, but also in the Russian humanitarian discourse. The emergence of such spaces updated the themes of using the creative potential of people in the formation or conversion of urban sites, revitalizing abandoned industrial areas, choosing a place to live, ways of spending the leisure time and much more. Creative spaces have become objects for the realization of human needs in the newest conditions of our time due to their key property – the use of the individual creativity of the site users. The article presents the results of a number of qualitative studies conducted from 2018 to 2020, including: content analysis “Creative space in Russian and Western practice”, expert interviews “Formation of creative spaces in modern Moscow through the eyes of experts”, and social mapping “Map of art-clusters of Moscow”, which made it possible to describe the hierarchy of creative spaces, the general algorithm for their formation, the conditions for the long-term existence of such clusters, as well as the peculiarities of their appearance on the map of Moscow.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document