Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

40
(FIVE YEARS 40)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By LP2M Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2686-1283, 1411-2779

2020 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 11-126
Author(s):  
M. Taufik Hidayatulloh ◽  
Kosbi Sahid

AbstractThe purpose of this research is; (1) Describe student activity in accessing information on social media, (2) Describing the kind of information that students often access, and (3) Explaining students’ perception of the hoax news. The subject of research is18-22 years old college students who actively used social media. The data was analized using the Miles and Huberman technique. Research shows that : (1) Subject activity in social media is a more a user update status/picture/video feature, stories and live feature, like/love feature, comentary feature dan repost feature. (2) Information often accessed by most of the subject is entertainment, religion and politics, and (3)subject perceives hoax news as incorrect information with far reaching long term effect.AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah; (1) Mendeskripsikan aktivitas mahasiswa saat mengakses informasi di media sosial, (2) Mendeskripsikan jenis informasi yang sering diakses mahasiswa, dan (3) Menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap berita hoax. Subjek penelitian adalah mahasiswa usia 18-22 tahun yang aktif menggunakan media sosial. Analisis data menggunakan teknik Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Aktivitas subjek di media sosial lebih banyak pada fitur update status/gambar/video pengguna, fitur story dan live, fitur like/love, fitur comentary dan fitur repost; (2) Informasi yang sering diakses oleh sebagian besar subjek adalah hiburan, agama dan politik; dan (3) subjek memandang berita hoax sebagai informasi yang tidak benar, yang berdampak jauh dalam jangka panjang.


2020 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 90-111
Author(s):  
Muhamad Agus Mushodiq ◽  
Muhammad Sulthon
Keyword(s):  

AbstractThis article aims to explore the concept of non-radicalism dakwah initiated by Ali Mahfudz. In analyzing the data, the researcher used the non-radicalism da'wah indicator formulated by Yusuf al-Qaradawi. The results of this study are: (1) the concept of preaching non-radicalism is manifested through three major conceptions, namely mauidzah (tadzkir and qissah), isryad, and khitabah; (2) a preacher must balance the use of revelation and reason; (3) in khilafiyah matters, Ali Mahfudz only explains it, without forcing readers to become fanatical about one understanding; (4) permits the use of israiliyyat as material for preaching; (5) the dynamism in his preaching is thought to have been caused by the transformation of his religious experience from the syafi'i school to the Hanafi school. AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep dakwah non radikalisme yang digagas oleh Ali Mahfudz. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan indikator dakwah non radikalisme yang dirumuskan oleh Yusuf al-Qaradawi. Hasil penelitian ini adalah: (1) konsep dakwah non radikalisme diwujudkan melalui tiga konsepsi besar, yaitu mauidzah (tadzkir dan qissah), isryad, dan khitabah; (2) seorang da'i harus menyeimbangkan penggunaan wahyu dan akal; (3) dalam hal-hal yang bersifat khilafiyah, Ali Mahfudz hanya menjelaskan saja, tanpa memaksa pembaca menjadi fanatik terhadap satu pemahaman; (4) mengizinkan penggunaan israiliyyat sebagai bahan dakwah; (5) dinamisme dalam dakwahnya diduga disebabkan oleh transformasi pengalaman religiusnya dari mazhab Syafi'i ke mazhab Hanafi.


2020 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 158-184
Author(s):  
Sahrul Iman ◽  
Tasman Tasman

AbstractReligious conflicts often occur due to the unfair implementation of religious preaching which tend to obtrude. This form of preaching clearly contradicts the nature of religion which demands peace, coexistence and respect for human rights. This research explores in depth the extent to which the da'i provide enlightenment to the community so that they can live side by side and in harmony with followers of other religions. Islam is a religion that carries out the mission of rahmatan lil 'alamin, so it must be an inspiration and a carriage in bringing a tolerant life for the universe. Therefore, in preaching, preachers must prioritize preaching that is tolerant and wise, so that Islam can be accepted in the midst of a plural society. This research uses descriptive method with qualitative data analysis. Abstrak Konflik keagamaan seringkali terjadi akibat pelaksanaan penyiaran agama yang tidak fair dan cenderung memaksakan kehendak dalam beragama. Bentuk dakwah ini, jelas bertentangan dengan fitrah agama yang menghendaki kedamaian, hidup berdampingan, mendapatkan penghormatan atas hak-hak asasi manusia. Penelitian ini menggali secara lebih mendalam tentang sejauhmana para da’i memberikan pencerahan kepada masyarakat agar dapat hidup berdampingan dan harmonis dengan penganut agama lain. Islam adalah agama yang mengemban misi dakwah rahmatan lil ‘alamin, sehingga harus menjadi inspirasi dan gerbong dalam menyongsong kehidupan yang toleran bagi semesta alam. Karena itu, di dalam berdakwah, da’i harus mengedepankan dakwah yang toleran dan  bijaksana, sehingga Islam dapat diterima di tengah-tengah masyarakat yang plural. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis data kualitatif.


2020 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 145-157
Author(s):  
Deden Mauli Darajat ◽  
Rubiyanah Rubiyanah

AbstractReligious conflicts often occur due to the unfair implementation of religious preaching which tend to obtrude. This form of preaching clearly contradicts the nature of religion which demands peace, coexistence and respect for human rights. This research explores in depth the extent to which the da'i provide enlightenment to the community so that they can live side by side and in harmony with followers of other religions. Islam is a religion that carries out the mission of rahmatan lil 'alamin, so it must be an inspiration and a carriage in bringing a tolerant life for the universe. Therefore, in preaching, preachers must prioritize preaching that is tolerant and wise, so that Islam can be accepted in the midst of a plural society. This research uses descriptive method with qualitative data analysis.  AbstrakKonflik keagamaan seringkali terjadi akibat pelaksanaan penyiaran agama yang tidak fair dan cenderung memaksakan kehendak dalam beragama. Bentuk dakwah ini, jelas bertentangan dengan fitrah agama yang menghendaki kedamaian, hidup berdampingan, mendapatkan penghormatan atas hak-hak asasi manusia. Penelitian ini menggali secara lebih mendalam tentang sejauhmana para da’i memberikan pencerahan kepada masyarakat agar dapat hidup berdampingan dan harmonis dengan penganut agama lain. Islam adalah agama yang mengemban misi dakwah rahmatan lil ‘alamin, sehingga harus menjadi inspirasi dan gerbong dalam menyongsong kehidupan yang toleran bagi semesta alam. Karena itu, di dalam berdakwah, da’i harus mengedepankan dakwah yang toleran dan  bijaksana, sehingga Islam dapat diterima di tengah-tengah masyarakat yang plural. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis data kualitatif.


2020 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 127-144
Author(s):  
Syamsul Yakin

AbstractThe conditions of da’wah with various problems and solutions need to be mapped. This paper aims to provide an analysis based on research. The research is directed to collect data to arrange da’wah map at Sawangan sub district of Depok. The research uses descriptive-analytical to describe the facts of da’wah at Sawangan sub district of Depok. The method of the study is a qualitative which data are taken by using interviews. The study uses Simple Random Sampling to 100 respondents. The result of the study shows that with a comprehensive map, along with professional planning and implementation, da’wah will provide solutions to various problems of Muslims. AbstrakKondisi dakwah dengan berbagai permasalahan dan solusinya perlu dipetakan. Artikel ini bertujuan untuk memberikan analisis berdasarkan penelitian. Penelitian ini diarahkan untuk mengumpulkan data untuk membuat peta dakwah di Kecamatan Sawangan Depok. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan fakta dakwah di Kecamatan Sawangan Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang pengambilan datanya menggunakan wawancara. Jumlah responden yang diwawancara adalah 100 pendakwah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan peta yang lengkap, disertai perencanaan dan pelaksanaan yang profesional, dakwah akan memberikan solusi bagi berbagai permasalahan umat Islam.


2020 ◽  
Vol 24 (1) ◽  
pp. 50-70
Author(s):  
Jufri Halim

AbstractThe research question is how the influence of the kiai's leadership as a regional head on bureaucratic morality in the Sumenep Regency Regional Government? Does the kiai's leadership influence the change of biracratic morality in the Regional Government of Sumenep Regency? This research uses a qualitative approach. The research data was collected through literature study, in-depth interviews and observation. The results of this study indicate that a number of kiai, members of the regional parliament, figures and elements of the Sumenep community do not feel the significant influence of kiai leadership on changes in bureaucratic morality in the Sumenep Regency Government. This is due to the difficulty of the kiai's leadership reaching the bureaucratic units, while the kiai's leadership function as regional head is not supported by the ability and experience in government.AbstrakPertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kepemimpinan kiai sebagai kepala daerah terhadap moralitas birokrasi di lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sumenep? Apakah kepemimpinan kiai memengaruhi terjadinya perubahan moralitas birakrasi di Pemerintahan Daerah Kabupaten Sumenep? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data penelitian dikumpulkan melalui studi kepustakaan, wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah kiai, wakil rakyat, tokoh dan elemen masyarakat Sumenep tidak merasakan adanya pengaruh signifikan kepemimpinan kiai terhadap perubahan moralitas birokrasi di Pemkab Sumenep. Hal ini disebabkan sulitnya kepemimpinan kiai menjangkau unit-unit birokrasi, sementara fungsi kepemimpinan kiai sebagai kepala daerah tidak didukung oleh kemampuan dan pengalaman dalam pemerintahan.


2020 ◽  
Vol 24 (1) ◽  
pp. 13-33
Author(s):  
Husnul Hakim Imzi

Abstract Communication is not only informative but also persuasive. Moreover, the mass communcation which could be effective in forming public opinion. Therefore, it is necessary to apply the principles of communication that are mutually agreed consistently and responsibly. Because the error especially the mass communication will cause a great impact on society. There is a need for correction about the cognitive understanding of the public on terms that are known especially in the world of journalism, such as check and recheck, fairness, accuracy, free and responsible, and others. Do not let these principles actually gave birth to a new arrogance in communicating. This article tries to correct the understanding of the society based on the Qur’an and as-Sunnah.  AbstrakKomunikasi tidak hanya bersifat informatif tetapi juga persuasif. Apalagi komunikasi massa yang dapat efektif  membentuk opini publik. Oleh karena itu, prinsip komunikasi yang disepakati bersama harus diterapkan secara konsisten dan bertanggung jawab. Karena kesalahan khususnya dalam komunikasi massa akan menimbulkan dampak yang besar di masyarakat. Perlu ada koreksi terkait pemahaman kognitif masyarakat terhadap istilah-istilah yang dikenal khususnya dalam dunia jurnalistik, seperti check and recheck, fairness, akurasi, bebas dan bertanggung jawab, dan lain-lain. Jangan sampai prinsip tersebut justru melahirkan keangkuhan baru dalam berkomunikasi. Artikel ini mencoba meluruskan pemahaman masyarakat berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. 


2020 ◽  
Vol 24 (1) ◽  
pp. 34-49
Author(s):  
Yopi Kusmiati

AbstractTourism promotion is one of the effective efforts to promote city tourism. The success of promotion is influenced by many aspects, such as the ability of the communicator to set communication goals so that the message conveyed is attractive and effective. The purpose of this study was to know the practice of tourism promotion, the interpretation of Pagaralam City Government employees on tourism promotion activities and their roles, and the relationship between Pagaralam City Government employees and the public. Researchers used a qualitative research design with a phenomenological tradition. This study found that the chosen type of tourism promotion was publicity, print publication, electronic and internet media. Their interpretation of tourism promotion activities in Pagaralam is formulated into two categories, namely promotion of activities as promotional activities and substantial promotion as formal promotions. The relation between the public relations officer and the public is going well. AbstrakPromosi pariwisata merupakan salah satu upaya efektif untuk mempromosikan pariwisata kota. Keberhasilan promosi dipengaruhi oleh banyak aspek, seperti kemampuan komunikator dalam menetapkan tujuan komunikasi agar pesan yang disampaikan menarik dan efektif. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui praktek promosi pariwisata, interpretasi pegawai Pemerintah Kota Pagaralam terhadap kegiatan promosi pariwisata dan peran mereka, dan hubungan antara pegawai Pemerintah Kota Pagaralam dan publik. Peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif dengan tradisi fenomenologi. Penelitian ini menemukan bahwa jenis promosi pariwisata yang dipilih adalah publisitas, publikasi dengan percetakan, media elektrotik dan internet. Interpretasi mereka atas kegiatan promosi pariwisata di Pagaralam dirumuskan dalam dua kategori, yaitu promosi kegiatan sebagai kegiatan promosi dan promosi substansial sebagai promosi formal. Hubungan antara petugas humas dan publik berjalan baik. 


2020 ◽  
Vol 24 (1) ◽  
pp. 71-89
Author(s):  
Syahirul Alim

Islamisation is sometimes interpreted as a religious mission to balance Christianisation which is closely related to the missionary aspects of religions. Islamisation or Islamic da'wah activities are tolerant, moderate and harmonious, taking into account humanitarian aspects in many ways. The long history of Islamisation throughout the world shows that Islam is a tolerant religion in which the process of religious conversion is carried out voluntarily and peacefully. Islamisation in the Archipelago is the best example of a successful da'wah activities in the conversion of Islam both individually and collectively. Muslim missionaries in the Archipelago are intellectual sufism figures who have the usual broad ability to revitalize da'wah into rational, reformist and progressive manner.


2020 ◽  
Vol 24 (1) ◽  
pp. 1-12
Author(s):  
Rama Wijaya Kesuma Wardani

AbstractThe people of South Sumatra are very diverse in terms of culture, language, and religion. This article is aimed to explore the portrait of religious harmony between Hindus who are mostly Balinese and Muslims who are actually indigenous people (of Musi Rawas) and Javanese in Kampung Bali, Musi Rawas, South Sumatra. The method of this research is qualitative, and this type of research is phenomenology. One of the research findings is a variety of factors that support the realization of harmony among religious people in Kampung Bali: first, cultural factors; second, social interaction and dialogue between religious leaders of Hinduism and Islam; third, figures who engage in the social environment; fourth, the bond of a religious collaboration to meet the needs of life. AbstrakMasyarakat Sumatera Selatan sangat beragam dalam hal budaya, bahasa, dan agama. Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi potret kerukunan umat beragama antara umat Hindu yang sebagian besar orang Bali dan Muslim yang merupakan masyarakat asli (Musi Rawas) dan Jawa di Kampung Bali, Musi Rawas, Sumatera Selatan. Metode penelitian ini adalah kualitatif, dan jenis penelitiannya adalah fenomenologi. Salah satu temuan penelitiannya adalah berbagai faktor yang mendukung terwujudnya kerukunan umat beragama di Kampung Bali: pertama, faktor budaya; kedua, interaksi sosial dan dialog antara pemuka agama Hindu dan Islam; ketiga, tokoh yang terlibat dalam lingkungan sosial; keempat, ikatan kolaborasi agama untuk memenuhi kebutuhan hidup.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document