Journal of Islamic Studies and Humanities
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

10
(FIVE YEARS 5)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Uin Walisongo Semarang

2527-838x, 2527-8401

2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Rini Setyaningsih

<p><em>This study aims to determine the strategy of the Head of the Institute for Development of Islamic Studies (LPSI) of Ahmad Dahlan University Yogyakarta in internalizing religious values </em><em></em><em>to students. The research method uses deskptive qualitative. The Chief Strategy of LPSI to internalize the religious values </em><em></em><em>of students through the 3 stages, first</em><em>,</em><em> </em><em>externalizing values </em><em></em><em>where the LPSI collaborated with the Campus Introduction Program (PPK) committee in providing important information related to the campus Islamization program.</em><em> </em><em>second,</em><em> </em><em>certification Quranic activity supervisors and student organizations in providing Islamic knowledge. third, value internalization. in the academic realm and in the non-academic realm</em><em></em></p><p><strong>Keywords:</strong><strong><em> </em></strong><em>strategy</em><em>;</em><em> internalization</em><em>;</em><em> religious</em><em>.</em><em></em></p><p><strong>Abstrak</strong><strong></strong></p><p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Kepala Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dalam menginternalisasikan nilai-nilai religius kepada mahasiswa. Metode penelitian mengunakan kualitatif deskptif. Strategi Kepala LPSI untuk menginternalisasikan nilai-nilai religius mahasiswa melalui 3 tahapan pertama, eksternalisasi nilai dimana pihak LPSI bekerjasama dengan panitia Program Pengenalan Kampus (PPK) dalam memberikan informasi penting terkait program Islamisasi kampus., kedua, objektivitas, pihak LPSI bekerjasama dengan seluruh dosen AIK dan sertifikasi, pembimbing kegiatan tahsinul-Qur’an dan organisasi mahasiswa dalam memberikan ilmu pengetahuan agama Islam. ketiga, internalisasi nilai dalam ranah akademik dan dalam ranah non-akademik.</p><p><strong>Kata kunci:<em> </em></strong>strategi;  internalisasi;  religius;</p>


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 79
Author(s):  
Herlina Nurani ◽  
Ahmad Ali Nurdin

<p><em>This journal discusses most of the religious discussions launched in Indonesia. This research is library research. Is the result of being found first, understanding the religious texts textually. Second, there are differences of opinion that influence the text that improves development that accommodates modernization theories, thereby increasing disappointment with the government. Third, the existence of understanding as jihad is a holy war against unbelievers because it considers the government system in Indonesia to be changed based on the justice of their religious understanding.</em><em></em></p><p><strong>Keyword: </strong><em>globalization;  religion;  radicalism;  jihad;</em></p><p> </p><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Jurnal ini menelusuri tentang  sebagian pandangan keagamaan pelaku bom bunuh diri di Indonesia. Penelitian ini adalah library riset. Adapun hasil yang ditemukan  pertama, pemahaman nash-nash agama secara tekstual. Kedua, adanya sikap protes yang mempengaruhi pemahaman teks serta  kegagalan pembangunan yang mengakomodasi teori-teori modernisasi, sehingga terjadinya kekecewaan terhadap pemerintah. Ketiga, adanya paham bahwa jihad adalah perang suci sebagai perang untuk melawan orang kafir karena menganggap sistem kepemerintahan di Indonesia harus dirubah berdasarkan kebenaran pemahaman keagamaan  mereka.   </p><p><strong>Kata Kunci : </strong>globalisasi; agama; radikalisme; jihad;</p>


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 67
Author(s):  
Musrifah Musrifah

<p>The purpose of this study is to find out the problems of national education in Indonesia in a global context. This research method uses library research. The results showed that national education experienced problems including the first, the Philosophical Mistakes that interpreted the quality of education with the Achievement Index, second, Weakening the Empowerment of Educators (Teachers), Third Education Management was centralized, structuralistic, and bureaucratic, fourth, the learning system is paternalistic, harismatic, militaristic, monologue. Improvement efforts can be taken through three steps, namely <em>First,</em> build awareness at all social levels. <em>Second,</em> strengthening the epistemology of education on humanize humans. Third, strengthening the management of social awareness-based education.</p><p><strong>Keywords: </strong>National education problems in Indonesia, national education in the global era, Nassional Education Solutions in the Global Era.</p><p><strong> </strong></p><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui permasalahan pendidikan Nasional di Indonesia dalam konteks global. Metode penelitian ini menggunakan library research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan nasional mengalami permasalahan diantaranya <em>pertama,</em> kekeliruan filosofis yang mengartikan mutu pendidikan dengan Indeks Prestasi, <em>kedua</em>, lemahnya pemberdayaan tenaga pendidik (pengajar), <em>ketiga</em> manajemen pendidikan bersifat  sentralistik, strukturalistik, birokratik, <em>keempat,</em> sistem pembelajaran  bersifat paternalistik, harismatik, militeristik, monolog. Upaya perbaikan yang bisa ditempuh melalui tiga langkah yaitu <em>pertama,</em> membangun kesadaran pada semua lapisan masyarakat. <em>kedua,</em>  penguatan epistemologi pendidikan untuk memanusiakan manusia, <em>ketiga</em>,  penguatan manajemen pendidikan berbasis kesadaran sosial.</p><strong>Kata Kunci:</strong> Masalah pendidikan Nasional di Indonesia, pendidikan Nasional di era global, Solusi Pendidikan Nassional di Era Global.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Nanang Hasan Susanto ◽  
Imam - Suyuti

<p>This paper aims to find out the contextualization of the critical ideology of Ali Syari'ati in the field of Islamic education. This paper uses a qualitative approach by gathering various literature on Ali Syari'ati's critical thinking, then analyzing it in the context of national education in Indonesia. The results of the study show that: first, education must be able to free humans from all forms of colonialism. second: the aim of critical education is to create an independent person and become a social prophet (rushan fekr) whose duty is to bring the people towards the desired ideals together, namely social welfare, free from acts of tyranny and misery of the people. third: making enlightened students that they are able to get out of four social prisons which include nature, history, society and human ego. In the context of Islamic education in Indonesia it can be realized by shaping students to be highly critical, independent and socially conscious individuals.</p><p><strong>Keywords:</strong> critical education; Ali Shari'ati; independent; social awareness; human ego; Islamic education; Indonesia;</p><p> </p><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui  kontekstualisasi ideologi kritis Ali Syari’ati dibidang pendidikan Islam. Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan berbagai literatur mengenai pemikiran kritis Ali Syari’ati, kemudian dianalisis dalam konteks pendidikan Nasional di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, Pendidikan harus dapat membebaskan manusia dari semua bentuk penjajahan. kedua: tujuan pendidikan kritis adalah untuk mewujudkan pribadi yang merdeka dan menjadi nabi sosial (rushan fekr) yang bertugas untuk membawa umat menuju cita-cita yang diinginkan bersama, yaitu kesejahteraan sosial, terbebas dari tindak kezaliman dan kesengsaraan umat. ketiga: menjadikan siswa yang tercerahkan yaitu mereka mampu keluar dari empat penjara sosial yang meliputi  sifat dasar, sejarah, masyarakat, dan ego manusia. Dalam konteks pendidikan Islam di Indoenesia bisa diwujudkan dengan membentuk anak didik menjadi pribadi yang kritis, independen dan berkesadaran sosial yang tinggi.</p><strong>Kata Kunci:</strong>  pendidikan kritis; Ali Syari’ati; independen; kesadaran social; ego manusia; pendidikan Islam; Indonesia


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Lub Liyna Nabilata

<p><em>This paper aims to change the radical paradigm based on the verses of the </em><em>Quran</em><em>. Religion or verses of Quran often becomes a tool of legitimacy or justification of acts of violence. This research uses the methods of library research. From this research it is achieved that religious radicalism caused by the first</em><em> </em><em>war verses, often made up of legitimacy of violence and terrorism in Islam, </em><em>the second</em><em>, understanding the Jihad verses translated the war against the enemies of Islam, so that acts of violence against everything that was considered an enemy of Islam is the glorious Jihad</em></p><p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: radicalism, religion, violent ideological verses</em></p><p><strong> </strong><strong>Abstrak</strong></p><p><strong> </strong>Tulisan ini bertujuan untuk merubah paradigma radikal berdasarkan ayat-ayat Al-Quran. Agama atau ayat-ayat al-Qur’an sering menjadi alat legitimasi atau pembenaran atas tindakan kekerasan. Penelitian ini menggunakan metode <em>library research</em>. Dari penelitian ini didapatkan bahwa muculnya radikalisme agama disebabkan oleh <em>pertama</em>, ayat-ayat perang sering dijadikan legitimasi atas pro-kekerasan dan aksi terorisme dalam Islam., <em>kedua</em>, memahami  ayat-ayat Jihad diartikan perang melawan musuh Islam, sehingga tindakan kekerasan terhadap segala sesuatu yang dianggap musuh Islam merupakan Jihad yang mulia</p><p> <strong>Kata kunci</strong>: Radikalisme, Agama, Ayat-ayat Ideologi kekerasan</p>


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 37
Author(s):  
Hatta Abdul Malik
Keyword(s):  

<p class="ABSTRACT"><span lang="EN">One of the main problems of the information age is how to get the information that would be credible. The issues outlined in this paper, is how naqd al-hadith as a method of criticism credibility of information. </span><span lang="IN">T</span><span lang="EN">he method </span><span lang="IN">was</span><span lang="EN"> used deductive, by discussing the theory of the credibility of the information developed at this time, then discuss the concept of credibility of information on Islam, namely 'ulum al-hadith, then offered naqd al-hadith as a method of criticism credibility of information. The results showed that naqd al-hadith can be used as a method of credibility of the information at this time.</span></p><p class="ABSTRACT"><span lang="EN">* * *</span></p><p class="ABSTRAK"><span lang="IN">Salah satu problematika utama era informasi ini adalah bagaimana mendapatkan informasi yang dapat dipercaya kebenarannya (kredibel). Persoalan yang diurai dalam tulisan ini, adalah bagaimana naqd al-hadits sebagai metode kritik kredibilitas informasi. metode yang digunakan adalah deduktif, dengan mendiskusikan teori kredibilitas informasi yang berkembang pada saat ini, kemudian mendiskusikan konsep kredibilitas informasi dalam Islam, yaitu ‘ulum al-hadits, kemudian menawarkan naqd al-hadits sebagai metode kritik kredibilitas informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naqd al-hadits dapat digunakan sebagai metode kredibilitas informasi pada saat ini. </span></p><p class="ABSTRACT"><span lang="EN"><br /></span></p>


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 93
Author(s):  
Cucu Nurjamilah

<p class="ABSTRACT"><span lang="EN">Da’wah of social empowerment is the real action in order to make the improvements. Historically, da’wah in the form of social empowerment based on mosque has been portrayed by the Prophet in the Nabawi Mosque Madinah. Muhammad saw. has successfully repaired and changed the conditions of the Medina people into a new powerfull society. Forms of empowerment included empowering spiritual aspect, social (of unity and equality), education, economics, politics and defense. The steps in empowerment, was to grow and to build the spiritual potential of Tawheed communities, providing access to (social institutions) building a mosque, made peace agreement with the various parties, established markets around the mosque, formed and trained defense forces, and togetherness.</span></p><p class="ABSTRACT"><span lang="EN">* * *</span></p><p class="ABSTRAK"><span lang="IN">Dakwah pemberdayaan masyarakar merupakan gerakan dakwah yang bersifat tindakan nyata, guna mewujudkan perubahan. Secara historis, dakwah dalam bentuk pemberdayaan masyarakat berbasis masjid telah diperankan oleh Rasulullah saw. di Masjid Nabawi Madinah. Nabi telah mampu memperbaiki dan mengubah kondisi masyarakat Madinah dan sekitarnya menjadi sebuah masyarakat baru yang maju dari semua sisi. Bentuk pemberdayaan yang dilakukan meliputi pemberdayaan dalam aspek spiritual, aspek sosial (persatuan dan kesetaraan), pendidikan, ekonomi, politik dan pertahanan. Adapun langkah yang ditempuh dalam melakukan pemberdayaan, adalah menumbuhkan dan mem­bangun potensi spiritual Tauhid masyarakat, menyediakan akses (pra­nata sosial) dengan: membangun masjid, membuat perjanjian damai dengan berbagai pihak, mendirikan pasar di sekitar masjid, membentuk dan melatih pasukan pertahanan, dan kebersamaan. </span></p><p class="ABSTRACT"><span lang="EN"><br /></span></p>


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Yulies Tiena Masriani
Keyword(s):  

<p class="ABSTRACT">One potential disputes in Sharia economic is the one of the practice transactions that are not in accordance with Islamic principles, although recorded in the books of the bank. This is becaused of the one parties defaulting does not carry out the contract as stipulated in the agreement on the notary deed. Urgency notarized deed in Sharia economic transactions is very important to ensure the rights and obligations of the parties to the covenant-making. Making an authentic deed is done in order to create certainty, order, legal protection and to avoid disputes in the future.</p><p class="ABSTRACT">* * *</p><p class="ABSTRAK">Salah satu potensi sengketa dalam transaksi ekonomi syariah adalah adanya pihak melakukan praktek transaksi yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, meskipun tercatat dalam pembukuan bank. Hal ini dikarenakan salah satu pihak wanprestasi tidak melaksanakan akad yang tertuang dalam akta notariil yang disepakatinya. Urgensi akta Notariil dalam transaksi ekonomi syariah sangat penting untuk menjamin hak dan kewajiban para pihak pembuat perjanjian. Pembuatan akta otentik dilakukan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, perlindungan hukum dan agar tidak terjadi sengketa di kemudian hari.</p>


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Muhammad Ali Rohmad

<p class="ABSTRACT"><span lang="EN">The purpose of this research is to know about the conflict in family life, especially in family that the husband merried again (poligamy). Then patience poligamy wife is very interesting to research. This research used qualitative research methods. This research was done in Mojokerto by using the method of observation and interviews. Based on this study it can be explained that poligamy wives patience can be grouped into two reasons, namely the worldly reason, and the eschatological matters reason. The worldly reason include biological, economic, and social. Whereas eschatological matters include factors faith and worship.</span></p><p class="ABSTRACT"><span lang="EN">* * *</span></p><p class="ABSTRAK"><span lang="IN">Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh konflik yang terjadi dalam kehidupan berumah tangga khususnya keluarga yang suami menikah lagi (poligami). Maka kesabaran istri yang dipoligami sangat menarik untuk diteliti. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Mojokerto dengan menggunakan cara pengambilan subyek secara purposive sampling, dan dalam menperoleh data menggunakan metode observasi dan wawancara. Berdasarkan penelitian ini dapat dijelaskan bahwa kesabaran istri yang dipoligami dapat dikelompokkan menjadi dua alasan, yakni alasan duniawi dan alasan ukhrowi. Alasan duniawi ini meliputi faktor biologis, ekonomi, dan sosial. Sedangkan ukhrowi meliputi faktor keimanan, dan ibadah. </span></p><p class="ABSTRACT"><span lang="EN"><br /></span></p>


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 67
Author(s):  
Holilur Rohman

<p class="ABSTRACT"><span lang="EN">An ideal marriage is a marriage that able to achieve the goal of becoming a family wedding sakinah, mawaddah </span><span lang="IN">wa</span><span lang="IN">rahmah</span><span lang="EN">. Al-Qur'an and Sunnah </span><span lang="IN">did not </span><span lang="EN">explain in detail about the limitations of marriageable age. There are three perspectives on the age limit to get married in Indonesia, first, the perspective of Islamic law, the second law No. 1 in 1974 allow a woman to get married at the age of 16 and men at age 19, the third, BKKBN which advocated age at marriage ideal namely the minimum age for women 21 years and for men 25 years old</span><span lang="IN">.</span><span lang="IN">B</span><span lang="EN">ut </span><span lang="IN">in different perspective, </span><span lang="EN">the ideal age of marriage maqasid shari'ah perspective for women 20 years </span><span lang="IN">and </span><span lang="EN">for men 25 years, because at this age considered to have been able to realize the </span><span lang="IN">goal </span><span lang="EN">wedding (maqasid shari'ah) such as: creating a family sakinah mawaddah wa rahmah, keeping the lineage, maintaining the pattern of family relationships, maintaining diversity and deemed ready in terms of economic, medical, psychological, social, religious.</span></p><p class="ABSTRACT"><span lang="EN">* * *</span></p><p class="ABSTRAK"><span lang="IN">Pernikahan yang ideal adalah pernikahan yang mampu mencapai tujuan pernikahan menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Al-Qur’an dan as-Sunnah menjelaskan secara rinci tentang batasan usia menikah. Ada tiga perspektif mengenai batas usia menikah di Indonesia, pertama, perspektif hukum Islam, kedua, undang-undang no 1 1974 mengijinkan seorang perempuan menikah pada usia 16 tahun dan laki-laki pada usia 19 tahun, ketiga, BKKBN yang menganjurkan usia kawin yang ideal yaitu usia minimal bagi perempuan 21 tahun dan bagi laki-laki 25 tahun.. Akan tetapi usia ideal perkawinan perspektif maqasid shari’ah adalah bagi perempuan 20 tahun dan dan bagi laki-laki 25 tahun, karena pada usia ini dianggap telah mampu merealisasikan tujuan-tujuan pensyariatan pernikahan (<em>maqasid shari’ah</em>) seperti: menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, menjaga garis keturunan, menjaga pola hubungan keluarga, menjaga keberagamaan dan dipandang siap dalam hal aspek ekonomi, medis, psikologis, sosial, agama. <strong></strong></span></p><p class="ABSTRACT"><span lang="EN"><br /></span></p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document