Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

51
(FIVE YEARS 51)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Poltekkes Kemenkes Mataram

2656-2456

2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 140
Author(s):  
Imam Agus Faizal

Mycobacterium tuberculosis is a cause of Tuberculosis in humans causing death and one of the infectious agents in humans in the world. It is estimated that there are 8.7 million new cases, 1.4 million deaths, and around 2 billion latent infections caused by Mtb. According to WHO in 2014, an estimated 9.6 million people transmitted active TB disease, of which 1.5 million died and the burden of TB was heterogeneously distributed in various regions of the world. This type of research is a pure experiment with in vitro methods of making granuloma TB models that are similar to humans. The purpose of this study is to detect early the severity of tuberculosis. The results of the study that on the 1st day granuloma has not formed because the structure of granuloma has not formed yet because blood immune cells in PBMC media containing lymphocyte and monocyte cells are not yet responding to Mtb infection. On day 2 the granuloma structure surrounding the Mtb bacteria has begun to form forming an aggregation. Day 3, many other cell types also occupy granulomas, such as neutrophils, dendritic cells, B and T cells, natural killer cells, fibroblasts and cells that secrete extracellular matrix components. Day 4 granulomas undergo granulation and the structure of the granuloma breaks and maximum damage aggregation occurs on the 5th day. when the host's immune system weakens, it is known that active Mtb residents prevent active Tb. Experimental evidence has revealed that the TNF-α factor plays a major role in host defense against Mtb in both active and chronic infection phases. The study of granuloma tuberculosis from the above explanation can be concluded that the severity of tuberculosis can be detected early with the in vitro observation method of granuloma in order to provide appropriate drug therapy even this research can be used as an initial stage of perfecting the vaccine in tuberculosis infection.


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 122
Author(s):  
Paska Ramawati Situmorang ◽  
Widya Yanti Sihotang ◽  
Lilis Novitarum

Donor darah adalah kegiatan menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Angka kematian akibat tidak tersedianya cadangan darah untuk transfusi pada negara berkembang relatif tinggi. Indonesia memiliki tingkat penyumbang sebanyak 6-10 orang per 1000 penduduk  yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan beberapa negara kecil di Asia. Meskipun ada peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan donor darah secara sukarela, tetapi banyak masyarakat yang gagal mendonorkan darahnya karena berbagai alasan kesehatan sehingga penting dilakukannya identifikasi masalah-masalah yang membuat calon pendonor darah  gagal memberikan darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status kelayakan donor darah dari dosen/mahasiswa STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2019 dan dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan dengan metode Naive Bayes Classifier. Data dievaluasi secara statistik menggunakan uji Chi square. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, karakteristik umum calon pendonor darah adalah mahasiswa/i, perempuan, kelompok usia 16-35 tahun, berat badan >50 kg dan status hemoglobin normal. Kami menemukan hanya ada 38.85% responden yang memiliki status “Boleh Donor” dengan karakteristik umum golongan darah 0 terbanyak, perempuan, usia 16-35 tahun, berat badan >50 kg dan semua responden memiliki kadar hemoglobin normal. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, terdapat hubungan erat antara berat badan dengan kondisi hemoglobin normal dan kondisi hemoglobin normal dengan status kelayakan donor, sedangkan jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kondisi hemoglobin maupun status kelayakan donor darah.  


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
Yunan Jiwintarum ◽  
Lalu Srigede ◽  
Rifki Khalidi Asyhaer

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui apakah nilai hematokrit darah dapat diukur dengan pengukuran tinggi endapan eritrosit setelah disentrifugasi pada pembuatan serum.  Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Posttest Only Control Group Design. Banyaknya perlakuan ada tiga, yaitu pembuatan serum dengan sentrifugasi kecepatan 3000 rpm selama 5 menit, 10 menit, dan 15 menit.  Data yang dikumpulkan berupa nilai hematokrit dengan sentrifugasi pada pembuatan serum dibandingkan dengan nilai hematokrit dengan metode mikrohematokrit. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil menunjukkan bahwa rerata nilai hematokrit dengan metode mikrohematokrit adalah 46%, sedangkan rerata nilai hematokrit dengan pengukuran tinggi endapan eritrosit pada pembuatan serum setelah disentrifugasi selama 5 menit, 10 menit, dan 15 menit adalah 58,5%, 57,6%, dan 48,1%. Uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan hasil pemeriksaan metode mikrohematokrit dan pemeriksaan dengan sentrifugasi 5 menit maupun 10 menit. Sedangkan antara metode mikrohematokrit dan pemeriksaan dengan sentrifugasi 15 menit tidak ada perbedaan yang signifikan. Kesimpulan : Pengukuran tinggi endapan eritrosit setelah disentrifugasi selama 15 menit pada pembuatan serum dapat digunakan untuk pemeriksaan hematokrit.


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 130
Author(s):  
Nurul Inayati ◽  
Fihiruddin Fihiruddin ◽  
I Wayan Getas

Kubis (Brassica aloracae var.capitata alba) adalah salah satu sayuran yang berpotensi sebagai imunostimulator. Kubis banyak megandung nutrien yang mempunyai nutrisi tinggi seperti vitamin, mineral, dietary fiber, glukosinolates, polyphenol dan phenolic acid. Disamping itu juga kubis mengandung peptida yang berperan sebagai imunoglobulin production stimulating factor (IPSF) sehingga dapat berfungsi sebagai imunostimulator yang akan dapat meningkatkan sistem imun tubuh dengan cara merangsang peningkatan sistem fagositik dan produksi interleukin 5. Penelitian ini merupakan penelitian ekprimental dengan desain statistic group comparation yang bertujuan mengetahui pengaruh pemberian kubis (Brassica oleracea capitata alba) untuk meningkatkan pembentukan immunoglobulin G (IgG) pada kelinci yang diinduksi dengan sel darah merah domba 2 %. Hewan coba yang digunakan dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hewan coba yang akan digunakan adalah kelinci dengan berat 700 – 800 gr sebanyak 20 ekor yang akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Metode pemeriksaan yang digunakan adalah dengan uji heamaglutinasi dengan mengamati terjadinya aglutinasi antara serum yang diambil dari darah kelinci dengan sel darah merah domba   (SDMD) 2 %. Rata-rata titer Imunoglobulin G (IgG) pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing adalah 2.26 µl/ml dan 1.62 µl/ml. Hasil uji statistik dengan paired t test dengan tingkat kepercayaan 0,95 % menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan ( p < 0,05) antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yaitu dengan nilai signifikannya adalah 0,043.


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 81
Author(s):  
Danik Riawati

Vaksin Human Papiloma Virus (HPV) termasuk kategori vaksin virus yang dimasukkan ke tubuh dengantujuan supaya tubuh dapat merespon sel kanker, sehingga tubuh membentuk respon imun dan timbul respon antivirus. Kanker servik merupakan penyebab tertinggi kedua kematian perempuan di Indonesia, sehingga diperlukan pencegahan dengan memberikan imunitas buatan berupa vaksin Human Papiloma Virus (HPV). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik mahasiswa terhadap pengetahuan tentang vaksin Infeksi Human Papiloma Virus (HPV) sebagai imunitas aktif buatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswa program studi DIII Teknologi Bank Darah Surakarta yang sudah menempuh mata kuliah imunologi yaitu sebanyak 33 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data univariat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan analisis bivariat menggunakan chi square. Rata-rata pengetahuan responden berjenis kelamin laki-laki yang termasuk kategori baik sekitar 5 responden, cukup ada 3 responden dan yang kurang ada 3 responden. Pengetahuan responden jenis kelamin perempuan yang termasuk kategori baik rata-rata sekitar 9 responden , cukup 8 responden dan kurang 5 responden. Pengetahuan berdasarkan usia <19 tahun yang termasuk kategori baik rata-rata 1 responden, dan kurang ada 1 responden. Pengetahuan responden usia >19 tahun rata-rata yang berpengetahuan baik 14 responden , cukup 11 responden dan kurang ada 6 responden. Asymp signifikansi sebesar 0,24 > 0,05 maka Ha ditolak diterima dan Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan mahasiswa tentang vaksin HPV sebagai imunitas aktif buatan dengan jenis kelamin


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 107
Author(s):  
Budi - Santosa

Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) is a biochemical technique used in the field of immunology to presence detection of antibodies or antigens in a sample. After providing a stop solution, it is necessary to know the right time for the absorbance reading. The purpose of this study was to determine the anti HBs titer with absorbance reading time variation (immediate, 30 minutes and 60 minutes). This research is an experimental study. The study population was D4 Health Analyst University Student Muhammadiyah Semarang Class 2018 after hepatitis B vaccination as many as 20. To know the difference in variation during the reading, Kruskal-Wallis test was conducted. The results showed the average absorbance at an immediate reading, 30, and 60 minutes complete in complete 1,931, 1,489, 1,276. Kruskal-Wallis statistical analysis obtained a p value of 0.00. The conclusion is obtained between the variation of absorbance reading time on the ELISA method


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 93
Author(s):  
Ira Rahmawati
Keyword(s):  

Pemeriksaan glukosa serum dengan metode GOD – PAP dapat diganggu dengan adanya hemoglobin di dalam serum akibat  pecahnya eritrosit dan mengakibatkan serum menjadi hemolisis. Penambahan reagen anti – Rh kedalam serum dapat mengikat hemoglobin sehingga serum hemolisis dapat dipisahkan antara bagian serum dan bagian hemoglobinnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh reagen anti – Rh sebagai pengendap hemoglobin pada serum hemolisis dan untuk mengetahui serum dapat digunakan kembali untuk pemeriksaan glukosa darah setelah penambahan reagen anti –Rh pada serum hemolisis. Metode penelitian ini bersifat eksperimen dengan melihat penurunan kadar glukosa darah setelah penambahan reagen anti – Rh pada serum hemolisis yang dibandingkan dengan kadar glukosa serum hemolisis yang selanjutnya dibandingkan dengan kadar glukosa serum normal. Data kemudian dianalisis dengan uji Friedman. Hasil menunjukkan serum hemolisis berbeda signifikan dengan P 0,008 yang lebih kecil dari alpha (0,05) yang dibandingkan dengan serum normal. Penggunaan reagen anti – Rh pada serum hemolisis menunjukkan hasil yang tidak berbeda signifikan dengan P 0,51 yang lebih besar dari alpha (0,05) dibandingkan dengan serum normal. Serum hemolisis dengan penambahan reagen anti – Rh menunjukkan hasil yang berbeda signifikan dengan P 0,008 yang lebih kecil dari alpha (0,05) dibandingkan dengan serum hemolisis. Reagen anti-rh dapat digunakan dalam pengolahan serum hemolisis.


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 101
Author(s):  
Febrial Hikmah

Tuberculosis (TB) is a contagious infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis. TB cases are still high that has attracted many researchers to conduct studies, especially the factors that cause therapy failure. TB patients who undergo therapy will be at risk of experiencing changes in carbohydrate metabolism. This is compounded by the condition of patients who have a history of diabetes mellitus (DM) before. Therefore, examination of blood glucose in TB patients is considered necessary to be a series in therapy. The increased risk was also influenced by several factors, including age and gender. The data was taken cross sectional as many as 57 samples of TB patients with various AFB positivity levels. The results obtained that 75% of TB patients included in the positive category 3 AFB, 46% aged >40 years, and 61% were male. Mean blood glucose level of 165 ± 14 mg/dL. About 19% of patients have glucose levels >200 mg/dL. Of the 19% of these patients 91% of patients were in the BTA positive category 3, 91% were aged >40 years and 73% were male. The conclusion is that there is a risk of an increase in blood glucose levels in TB patients with level 3+ AFB.


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 87
Author(s):  
Arista Suci Andini ◽  
Syuhriatin Syuhriatin ◽  
Diaul Maftuha

Natrium Tetraborate (boraks) merupakan jenis bahan tambahan makanan (BTM) berfungsi sebagai sebagai pengawet  yang dilarang Kementerian Kesehatan RI No 235/Menkes/VI/1984. Konsumsi makanan yang mengandung boraks dapat  menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, ginjal, demam, anuria, koma, bahkan kematian. Analisa kualitatif boraks kini mulai dikembangkan memanfaatkan bahan-bahan alam, salah satunya ubi ungu. Ekstrak Ubi Ungu dapat digunakan sebagai pendeteksi boraks karena ekstrak Ubi Ungu mengandung senyawa antosianin. antosianin dapat mendeteksi adanya kandungan boraks pada makanan akan tetapi sering terjadi positif palsu pada uji. Penelitian ini dilakukan di Kesehatan Pengujian Kalibrasi dan Penunjang Medis Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan tujuan untuk mengetahui BTM yang menyebabkan munculnya positif palsu deteksi borak. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Bahan tambahan makanan dengan hasil positif palsu pada uji kualitatif boraks dengan filtrat ubi ungu (Ipomoea Batatas L) yaitu Natrium Benzoat, Monosodium Glutamat, Natrium Tripoliposfat, Natrium Bikarbonat, Bikarbonat, Natrium Karbonat, Natrium Polipospat, dan Carboxyl Methyl Cellulose


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 146
Author(s):  
Aini Aini Aini

Various diseases that cause kidney dysfunction that cause problems in the body such as the accumulation of metabolic waste, decreased hormone production that can cause chronic kidney failure. Hemodialysis is used to replace damaged kidney function, in patients with kidney failure who undergo hemodialysis will experience anemia (80-95%). This study aims to determine the effectiveness of hemodialysis in patients with chronic renal failure. This study uses an observational analytic method using primary data with a total sample of 30 respondents. This research was conducted in May at the Asy-Syifa Regional Hospital in West Sumbawa. Statistic test uses Wilcoxon because it is found that the data is not normally distributed, that is <0.05. The results of this study indicate that there is an increase in hemoglobin levels, hematocrit values, and the number of erythrocytes after hemodialysis.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document