scholarly journals The Influence of Causal Thinking with Scaffolding Type 2A and 2B on Optics Problem-Solving Ability

2018 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 65-72 ◽  
Author(s):  
N. Nurmadiah ◽  
J. Rokhmat ◽  
S. Ayub

The effectiveness of learning is affected by the assistance stages (scaffolding) provided. For example, the scaffolding of type 2a and type 2b supports the causal-thinking approach in learning. The type 2a informs the causal model, number of causes and effect, while 2b informs its argument sample. This research aimed to identify the effect of causal thinking process (CTP) with scaffolding type 2a and 2b on optics problem-solving ability (PSA) of students. The type of the research was quasi-experiment with the non-equivalent-group design. Data were obtained with PSA-test and analyzed with the two-tail test with separated variance formula at significance degree of 5% to determine the effect of each type of the CTP on the PSA, also to determine its difference. The results showed that tcount for each of the first two t-tests were greater than ttable, but tcount for the third one was smaller than its ttable. This research concluded that the implementation of the CTP with the scaffolding of type-2a and 2b were effective to improve the student’s PSA. However, the improvements were not different.Efektivitas pembelajaran dipengaruhi bantuan tahapan (scaffolding) yang diberikan. Dengan pendekatan berpikir kausalitik ini, diperkenalkan scaffolding tipe-2a dan tipe-2b. Kedua scaffolding ini menginformasikan model kausal serta jumlah Cause dan Effect tetapi pada tipe-2b ditambah contoh argumentasinya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh proses-berpikir-kausalitik (PBK) ber-scaffolding tipe-2a dan tipe-2b terhadap kemampuan-pemecahan-masalah (KPM) optik siswa. Jenis penelitian kuasi-eksperimen dengan desain non-equivalent-group. Data diambil menggunakan alat tes-KPM dan dianalisis dengan uji-t dua pihak menggunakan rumus separated varians pada signifikansi 5% untuk mengetahui pengaruh PBK tipe-2a dan 2b terhadap KPM, serta perbedaan kedua pengaruh tersebut. Hasil menunjukkan nilai thitung untuk dua uji-t pertama lebih besar dari tTable terkait tetapi nilai thitung untuk uji ketiga adalah lebih kecil dari tTable-nya. Simpulan penelitian implementasi PBK ber-scaffolding tipe-2a dan 2b masing-masing berpengaruh terhadap peningkatan KPM siswa tetapi kedua pengaruh tersebut tidak berbeda.

2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 44
Author(s):  
Leonardus Hendra Aha ◽  
Muhardjito Muhardjito ◽  
Sunaryono Sunaryono

<p><strong>Abstract:</strong> The purpose of this study is to look at the problem solving abilities and the representation abilities between students who learn with multi-presentation learning strategies with the conceptual problem solving approach and students who learn with conventional learning. Total sample is 68 students selected using the simple random sampling technique. This study used a quasi experimental method with a pretest-posttest control group design. Data was collected using tests, both before treatment and after treatment. The results of the study were differences in problem solving abilities and representation abilities in both classes. In addition, problem solving abilities and representation abilities of students who learn with multi representation learning strategies with conceptual problem solving approaches are higher than students who learn with conventional learning.</p><strong>Abstrak:<em> </em></strong>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan representasi antara siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran multirepresentasi dengan pendekatan <em>conceptual problem solving </em>dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 68 siswa yang dipilih dengan teknik <em>simple random sampling. </em>Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi. Desain dalam penelitian ini adalah <em>pretest-posttest control group design</em>. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, baik sebelum perlakuan maupun setelah perlakuan. Hasil penelitian terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan representasi siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran multirepresentasi dengan pendekatan <em>conceptual problem solving </em>dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Selain itu, kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan representasi siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran multirepresentasi dengan pendekatan <em>conceptual problem solving </em>lebih tinggi dari siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.


2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 54-59
Author(s):  
Ainur Rosidah ◽  
Nur Faizal

Student self-management in learning is a form of skill possessed of how individuals can manage and organize themselves and study time well so that the main activities or tasks that are prioritized can be realized and achieve maximum and effective goal results. The purpose of this research is to test the effectiveness of tutoring in problem-solving techniques to improve self-management in student learning. In this study using a quasi-experimental method with nonequivalent pretest-posttest control group design. As for the research, sample is the third-semester students of the guidance and counseling study program of STKIP Muhamamdiyah Pringsewu Lampung as many as 22 students. And the results of this study indicate that the tutoring of problem-solving techniques proved effective for improving self-management in student learning.Keywords: guidance learning, Problem Solving, Self Management in Learning


2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Mariati Purnama Simanjuntak

Dikembangkan model pembelajaran fisika berbasis masalah. Modelini dikembangkan dengan menggunakan metode research & development (R & D). Model pembelajaran problem solving yang berhasil dikembangkan dengan fase-fase pembelajaran, yaitu: mengorientasikan mahasiswa pada masalah;  mengorganisasi mahasiswa untuk belajar; membimbing penyelidikan individu dan kelompok; mengembangkan dan menyajikan hasil penyelidikan; dan penguatan dan refleksi. Subyek penelitian adalah mahasiswa pendidikan fisika di salah satu perguruan tinggi di Medan pada tahun akademik 2010/2011 yang terdiri dari 25 mahasiswa. Metode yang digunakan dalam ujicoba terbatas adalah penelitian pra-eksperimen dengan desain one group pretest- posttest control group design. Data metakognisi dikumpulkan dengantes berbentuk uraian dan data pemahaman konsep dikumpulkan dengan tes pilihan ganda. Data dianalisis dengan menggunakan skor gain dinormalisasi, N-gain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan metakognisi dan pemahaman konsep pada topik Kinematika dan Dinamika dalam kategori sedang.


Author(s):  
Rendy Priyasmika

AbstrakSalah satu materi kimia SMA yang berisi konsep konkrit, abstrak dan melibatkan perhitunganmatematika adalah kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Pemahaman konseptual dinyatakandengan kalimat pendek sedangkan pemahaman algoritma dinyatakan dengan persamaanmatematika. Keduasaling barkaitan, sehingga untuk pembelajaran perlu strategi yang tepat.Strategi pembelajaran inkuiri terbimbing dan Problem Solving diduga ampu tingkatkankonseptual dan pemahaman algoritma siswa dengan Kemampuan Berpikir Ilmiah Rendah(KBIR). Tujuan penelitian ini mengetahui perbedaan dan pemahaman algoritma siswa denganKBIR yang dibelajarkan dengan strategi inkuiri terbimbing dan Problem Solving. Rancanganyang digunakan ialah eksperimen semu dengan posttest only control group design. Data hasiltes pemahaman konseptual dan algoritma diperoleh dari tes menggunakan 20 soal pilihan gandadengan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,71 dan validitas isi sebesar 93,17%. Analisis datamenggunakan uji t dan korelasi Product Moment pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa hasil belajar siswa KBIR yang menggunakan strategi inkuiri terbimbinglebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan strategi Problem Solving danpemahaman algoritma siswa dengan KBIR lebih tinggi dibandingkan pemahamankonseptualnya baik menggunakan strategi inkuiri terbimbing maupun dengan strategi ProblemSolving.Kata Kunci: inkuiri terbimbing, problem solving, pemahaman konseptual, pemahaman algoritma, kemampuan berpikir ilmiah


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1-15
Author(s):  
Rahmatiah Rahmatiah ◽  
Hardianto Rahman ◽  
Muhammad Anis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan motivasi antara pesertadidik yang diajar dengan menggunakan metode ceramah dengan peserta didik yangdiajar dengan menggunakan metode Problem Solving. Dalam penelitian ini telahdilakukan uji normalitas, uji linearitas, uji validitas dan uji hipotesis data, danAL-Ilmi Jurnal Kajian Islam &Pendidikan 2Vol.01 No 01, 2020Volume 01 No 01 2020ISSN (print) : xxxx-xxxxISSN (online) : xxxx-xxxxHomepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/index.php/aldiperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan tingkat motivasi belajar pesertadidik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakanpendekatan nonequivalent control group design Data yang dikumpulkan dalampenelitian ini diperoleh dan digali dari data angket informanya itu peserta didikkelasXI MIPA I dengan jumlah sampel 32 orang dan XI MIPA 3 dengan jumlahsampel 29 orang. Hasil penelitian ini ditunjukkan sebagai berikut: 1) Penerapanmetode ceramah pada peserta didik kelas XI MIPA 1 disimpulkan bahwa terjadipeningkatan motivasi belajar peserta didik selama dilakukannya tindakan. 2)Penerapan metode problem solving pada peserta didik kelas XI MIPA 3 disimpulkanterjadi peningkatan motivasi belajar berdasarkan data yang telah diuji selamatindakan. 3) Penerapan metode problem solving lebih tinggi daripada motivasibelajar peserta didik pada metode ceramah. Oleh karena nilai t hitung > t tabel(4,025 > 2,042) dan P value (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak, artinya bahwa adaperbedaan antara rata-rata motivasi belajar peserta didik kelas XI MIPA I dan kelasXI MIPA 3. Pada table group statistic terlihat rata-rata (mean) untuk kelas XI MIPAI sebesar 69,50 dan rata-rata (mean) kelas XI MIPA 3 sebesar 77,14. Artinya bahwanilai rata-rata motivasi peserta didik yang diajar dengan metode problem solvinglebih tinggi daripada nilai rata-rata motivasi belajar peserta didik yang diajardengan metode ceramah. Perbedaan rata-rata (mean) sebesar 7,65 (77,14 – 69,50)dan perbedaan berkisar antara 3,84.  


Author(s):  
Ina Yuliana ◽  
Joni Rokhmat ◽  
I Wayan Gunada

<p class="AbstractEnglish"><strong>Abstract:</strong>. Causalitical thinking consists of  causality and analytics thinking. Both are one of the strategies that have the potential to facilitate students to overcome the ability of problem solving physics is still lacking. This research aimed to identify the impact of causalitic-thinking process in scaffolding form on problem-solving ability (PSA) of heat on senior high school (SHS) students. This research is a quasi-experimental type with non-equivalent control group design. This research used purposive sampling technique and it obtained the class X.1 (27) as the experimental class and class X.2 (28) as the control class. The PSA data were obtained from a set essay tests and tested with t-test polled variance with significant level of 5%. The result was that t<sub>counted </sub>(2.02) greater than that of t<sub>table</sub> (2.00) which indicated that the causalitic-thinking process in scaffolding form significantly increased the problem-solving ability of heat on senior high school students.</p><p class="KeywordsEngish"> </p><p class="AbstrakIndonesia"><strong>Abstrak:</strong> Berpikir Kausalitik terdiri dari berpikir kausalitas dan analitik. Keduanya merupakan salah satu strategi yang berpotensi memfasilitasi siswa untuk mengatasi kurang berkembangnya kemampuan pemecahan masalah fisika siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh proses berpikir kausalitik ber-scaffolding  terhadap kemampuan pemecahan-masalah (KPM) kalor pada siswa sekolah menengah atas (SMA). Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan desain non-equivalent control group design. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, sehingga diperoleh kelas X.1 (27) sebagai kelas eksperimen dan kelas X.2 (28) sebagai kelas kontrol. Data penelitian diperoleh dari tes KPM yang berbentuk essai. Data hasil dianalisis menggunakan uji-t polled varian dengan taraf signifikan 5% dan diperoleh nilai t<sub>hit</sub><sub>ung</sub>(2.02) lebih besar dari t<sub>table</sub> (2.00). Simpulan penilitian adalah bahwa proses berpikir kausalitik ber-scaffolding secara signifikan meningkatkan kemampuan-pemecahan-masalah siswa SMA pada materi kalor.</p>


2017 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 99
Author(s):  
St Fatimah Azzahra

ABSTRACTThis research is aimed to know the differences increase critical thinking skills through learning group and individual problem solving in thermochemical material. This research uses a quasi-experimental design with nonequivalent control group design and study sample consisted of 103 students, divided into the first experimental (group problem solving) (35 students), the two group experimental (individual problem solving) (34 students). The collected through pretest-posttest. The analyzed with the Kruskal Wallis test, the results showed that the learning problem solving as a group or individually can improve students’ critical thinking skills. Statistical test there are significant differences in the students critical thinking skills thermochemical material between students who received group and individual problem solving. Critical thinking skills improvement with problem solving individual learning higher compared with group learning problem solving.Keywords: problem solving learning, critical thinking skillsABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran group dan individual problem solving pada materi termokimia. Penelitian ini menggunakan metode quasi experimen dengan desain Nonequivalent Control Group Design dan sampel penelitian ini terdiri dari 103 siswa yang terbagi ke dalam kelompok eksperimen pertama (pembelajaran group problem solving) (35 siswa), kelompok eksperimen kedua (pembelajaran individual problem solving) (34 siswa).Pengumpulan data dilakukan melalui pretest-posttest. Data dianalisis dengan uji Kruskal Wallis Test, hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran problem solving secara group maupun secara individual dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Data uji statistik, terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia antara siswa yang mendapat pembelajaran group problem solving dan individual problem solving. Peningkatan keterampilan berpikir kritis dengan pembelajaran individual problem solving lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran group problem solving.Kata Kunci: Pembelajaran Problem Solving, Keterampilan Berpikir Kritis


2013 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 52
Author(s):  
Adi Suarman Situmorang

Abstract Tujuan penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kreativitas matematika siswa yang diajar dengan model pencapaian konsep lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran pencapaian konsep dengan tingkat kemampuan matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan kreativitas matematika siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Medan dengan jumlah sampel sebanyak 80 siswa dari 364 siswa SMA kelas X melalui teknik random sampling, Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen dengan desain penelitian pre-test-post-test control group design. Data diperoleh melalui nilai semester untuk kemampuan awal matematis (KAM), tes kemampuan pemahaman matematis, tes kemampuan kreativitas matematis. Data dianalisis dengan uji ANAVA dua jalur. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata tes kemampuan kreativitas eksperimen dan kontrol adalah 13,3 dan 7,58 dengan p-value (2-tailed) adalah 0, dengan 0 < α = 0,05 maka terdapat perbedaan kemampuan kreativitas matematik siswa yang diajarkan dengan Model Pencapaian Konsep (MPK) dan Pendekatan Pembelajaran Konvensional, nilai signifikan sebesar 0,732, karena 0,732 > 0,05 maka tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap perbedaan kemampuan kreativitas matematik siswa. .


Author(s):  
Liska Yanti Pane ◽  
Kamid Kamid ◽  
Asrial Asrial

This research aims to describe logical thinking process of a logical-mathematical intelligence student. We employ qualitative method to disclose the subject’s learning process. Data are collected by interview and modified think aloud methods. The results show that subject has capability to find and organize problems and data correctly. Subject describes conditions that are needed to do the steps of problem solving strategy. The steps are done systematically until the end of problem solving process.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document