scholarly journals Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Paitan (Titonia diversifolia, H) Terhadap Kadar Gula Darah Mencit (Mus musculus) jantan

2020 ◽  
Vol 4 ◽  
Author(s):  
Kenti Prahmanti ◽  
Dayu Liandra

Diabetes Melitus merupakan kelainan metabolisme karbohidrat dengan karakteristik hiperglikemia. Diabetes melitus dapat disebabkan oleh kelainan sekresi insulin karena kerusakan sel beta pada pankreas dan juga resistensi insulin. Daun paitan (Tithonia diversifolia, H) mengandung tanin, flavonoid, glikosida, saponin, dan triterpenoid/ steroid. Aktivitas hipoglikemik tanin terjadi melalui peningkatan glikogenesis, sehingga tanaman ini memiliki potensi sebagai antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun paitan (Tithonia diversifolia, H) terhadap kadar gula darah mencit (Mus musculus) jantan. Daun paitan (Tithonia diversifolia, H) Penelitian dilakukan secara in vivo dengan mengukur toleransi glukosa pada hewan uji mencit mencit (Mus musculus). Sampel yang digunakan adalah mencit jantan yang terbagi ke dalam 6 kelompok perlakuan dan 3 kali pengulangan, yaitu KN (kontrol negatif), KP (Aloxan), P1 (aloxan + dosis 250 mg/kgBB/hari), P2 (aloxan + dosis 500 mg/ kgBB/hari), P3 (aloxan + dosis 750 mg/kgBB/hari) dan P4 (aloxan + metformin 500 mg/kgBB.hari). Analisis data menggunakan one way ANOVA, dilanjutkan dengan uji duncan. Hasil penelitian menunjukkan daun paitan (Tithonia diversifolia, H) memberikan pengaruh positif terhadap penurunan kadar gula darah mencit (Mus musculus) jantan. Pada dosis 500 mg/kgBB/hari memberikan aktivitas penurunan kadar gula darah lebih baik dibandingkan dengan obat pembanding (metformin) pada p < 0,05. Daun paitan (Tithonia diversifolia, H) memiliki aktivias antidiabetes pada dosis 500 mg/kgBB/hari.

2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 13-18
Author(s):  
Ni Made Ari Widayani ◽  
Anisa Hanifatin Rahayu

Pendahuluan: Komplikasi mikrovaskular yang sering dialami pasien Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan penyembuhan luka. Daun Bakung Putih (Crinum asiaticum L.) memiliki kandungan flavonoid, saponin, dan alkaloid, sedangkan foam bermanfaat untuk menjaga kelembapan luka yang dibutuhkan untuk mempercepat penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh foam dengan ekstrak daun bakung putih, dalam mempercepat kontraksi luka.  Metode: Penelitian ini menggunakan desain true experimenta llaboratory in vivo metode yang digunakan yaitu randomized posttes tonly controlled group design dengan jumlah tikus 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok (n=7). Data yang diukur adalah kontraksi luka setelah pemberian dengan rute transdermal, dan dianalisis dengan uji normalitas data, uji homogenitas varian, uji One-way ANOVA, uji Posthoc (ujiTukey) dengan tingkat signifikansi 0,05 (p<0,05) dan taraf kepercayaan 95% (α=0,05).  Hasil: Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA, data persentase luas kontraksi luka menunjukan angka signifikasi (p< 0,05), sehingga terbukti terdapat perbedaan persentase luas kontraksi luka yang signifikan antar kelompok uji. Hasil uji post hoc (uji tukey) kontraksi luka kelompok tikus DM dibaluti foam dengan ekstrak daun bakung putih 0.2 g memiliki perbedaan signifikan dengan kelompok tikus DM dibaluti foam tanpa ekstrak (p=0,01; α=0,05).  Kesimpulan: Simpulan adalah penggunaan CFD (Crinum asiaticum L.) Foam dengan kandungan ekstrak 0.2 g dapat mempercepat kontraksi luka dibandingkan penggunaan foam tanpa ekstrak dan dengan kandungan ekstrak 2 g, serta 4 g.


Biosfera ◽  
2017 ◽  
Vol 34 (1) ◽  
pp. 22
Author(s):  
Fitri Wening Sasmita ◽  
Eko Susetyarini ◽  
Husamah Husamah ◽  
Yuni Pantiwati

Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau kerja insulin. Alloxan menginduksi diabetes dengan merusak sel pankreas dan mengawali terjadinya hiperglikemia. Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi obat dalam penurunan glukosa darah adalah daun Tithonia diversifolia yang mengandung senyawa flavonoid dan seskuiterpen. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis efek ekstrak daun kembang bulan terhadap kadar glukosa darah tikus wistar; dan (2) menentukan pemberian ekstrak daun kembang bulan yang memiliki pengaruh efektif dalam penurunan kadar glukosa darah tikus wistar. Jenis penelitian ini adalah eksperimental yang sesungguhnya secara in vivo yang dilakukan di laboratorium. Rancangan yang digunakan adalah True Experimental-Post Test Only Control Group Design mengacu pada Sambrook & Russel. Sampel yang digunakan adalah tikus wistar sebanyak 25 ekor yang terbagi dalam 5 kelompok perlakuan dan 5 kali pengulangan yaitu P1 (kontrol negatif), P2 (kontrol positif), P3 (dosis 1,28 ml/200g BB), P4 (dosis2,57 ml/200g BB), dan P5 (dosis 5,14 ml/200g BB). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-way ANOVA dilanjutkan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada efek ekstrak daun kembang bulan terhadap kadar glukosa darah tikus wistar. Hal ini menunjukkan bahwa daun kembang bulan memiliki efek antidiabetes atau berperan sebagai antihiperglikemik pada pemberian dosis sebesar 5,14 ml/200g BB dengan rata-rata 136,8 mg/dl. 


FORTE JOURNAL ◽  
2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 26-44
Author(s):  
Evi Depiana Gultom ◽  
Robiatun Rambe ◽  
Ratih Paramitha ◽  
Ovalina Sylvia Br. Ginting

Daun ciplukan (Physallis minima L.) merupakan tanaman herbal yang mengandung flavonoid, saponin, alkaloid dan tanin. Senyawa tanin bersifat adstringent untuk mencegah disentri dan diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas antidiare ekstrak etanol daun ciplukan pada mencit jantan(Mus musculus). Penelitian ini dilakukan secara in vivo dengan menggunakan hewan mencit. Pengujian aktivitas antidiare ekstrak etanol daun ciplukan (EEDC) diinduksi dengan minyak jarak 0,5 ml dan diamati parameter yang terdiri dari, onset, frekuensi diare, konsistensi dan berat feses, serta durasi diare setiap 30 menit selama 5 jam. Metode antimotilitas dilakukan untuk mengukur panjang usus yang dilintasi marker. Data dianalisis dengan menggunakan uji One-way ANOVA dan Post Hoc Tuckey. Uji efek antidiare EEDC pada mencit jantan menunjukkan bahwa dosis 50,100, 200 dan 400 mg/kg bb memiliki efek sebagai anti diare dengan menunjukkan perbedaan signifikan dengan kontrol negatif (p<0,05). Uji efek antidiare dengan metode induksi oleh minyak jarak menunjukkan bahwa EEDC dosis 200 mg/kg bb dan 400 mg/kg bb efektif sebagai antidiare dan tidak berbeda signifikan (p>0,05) dengan kontrol positif sedangkan metode antimotilitas EEDC dosis 400 mg/kg bb efektif sebagai antidiare karena tidak memiliki perbedaan siginifikan (p>0,05) dengan kontrol positif.


2020 ◽  
pp. 50-58
Author(s):  
Almira Amini ◽  
Candra Dwipayana Hamdin ◽  
Handa Muliasari ◽  
Windah Anugrah Subaidah

High intensity of ultraviolet (UV) radiation causes several adverse effect such as erythema, sunburn, pigmentation, early senescence, and skin cancer. These effects can be prevented by using sun protection product. Wali (Brucea javanica L. Merr) is one of natural plants that contain phenol and flavonoid. These compounds are proven to have sunscreen effect. The purposes of this studies are to formulate and evaluate the effectivity of oil-in-water-type sunscreen cream using 1% ethanol extract of Wali seed. The sunscreen cream is developed by using a fusion method and the evaluation of the effectivity is conducted in vivo on the skin of mice (Mus musculus). The formulated sunscreen cream is then tested for its physical properties, including homogenity, pH, spreadability, adhesion, and stability. The effectivity of the formulated cream is also tested by observing the formation of erytema on the skin of mice (Mus musculus). Erythema appearing on the mouse skin is analyzed with ImageJ and SPSS v23 using the one way anova method. The results showed that the ethanol extract of Wali seeds could be formulated into sunscreen cream. Furthermore, the formulated cream was also able to protect the mice skin against the formation of erythema significantly compared to negative controls (p


Author(s):  
Sanima Laia ◽  
Sukarjati

Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia.terhadap sel leydig, diameter tubulus seminiferus dan berat testis. daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc). banyak ditanam sebagai tanaman hias, semak, dan tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) juga merupakan salah satu jenis tanaman yang berpotensi sebagai antifertilitas. Jenis senyawa bioaktif yang terkandung pada tumbuhan, utamanya senyawa-senyawa yang berasal dari golongan steroid, alkaloid, isoflavanoid, tripernoid, dan xanthon memiliki aktivitas sebagai bahan antifertilitas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemberian ekstrak Daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) serta kombinasinya kedua ekstrak jumlah sel leydig, diameter tubulus seminiferus dan berat testis. Sampel penelitian ini adalah mencit sebanyak 48 ekor dengan berat badan 25-30 gram, berumur 2-2,5 bulan. Mencit di bagi 12 kelompok, masing-masing kelompok dibagi 4 perlakuan. Metode pembuatan ekstrak  dangan menggunakan maserasi Adapun perlakuan yang diberikan adalah ekstrak Daun sambung nyawa (Gynura procumens) serta kombinasi kedua ekstrak dengan dosis kontrol, 200 mg/kg BB, 250 mg/kg BB dan 300 mg/kg BB dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) dengan dosis kontrol, 200 mg/kg BB, 250 mg/kg BB dan 300 mg/kg BB serta kombinasi kedua ektrak dengan dosis 100:100 mg/kg BB, 125:125 mg/kg BB dan 150:150 mg/kg BB pemberian ekstrak selama 35 hari. Pada hari ke 37 mencit di bedah untuk diambil testis untuk pengamatan penimbangan berat testis.Testis kemudian dibuat preparat histologi dan di hitung sel leydig, diukur diameter tubulus seminiferus. berat testis di timbang dengan menggunakan alat timbang analitik yang memiliki akurasi o,o1 gram, sel leydig diamati di dalam preparat dengan alat mikroskop, diamter tubulus seminiferus dihitung dengan alat mikrometer yang di letakkan di dalam tabung lensa objektif miroskop pembesaran 400x10 merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis uji F, varian (ANOVA) Satu arah dan dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Different).  Hasil dari penelitian ini menujukkan ada pengaruh ekstrak daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) serta kombinsa kedua ekstrak terhadap jumlah sel leydig, diameter tubulus dan berat testis, (P<0,05), Perlakuan terbaik yang dapat meningkatkan sel leydig, diameter tubulus seminiferus dan berat testis berat, adalah kombinsa kedua ekstrak  dengan dosis 150:150 mg/kg BB. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) serta kombinsa kedua ekstrak dapat meningkatkan jumlah sel leydig, diameter tubulus seminiferus dan berat testis. Kedepannya diharapkan penelitian dapat dikembangkan sebagai bahan antifertilitas pada pria.   Kata Kunci: ekstrak daun sambung nyawa, dan biji mahoni, berat testis mencit hiperglikemia.


Author(s):  
Saúl Flores Maya ◽  
Héctor Barrera Escorcia ◽  
Alexis Frausto Cornejo ◽  
Daniela Elizabeth Chávez Vázquez ◽  
Ana Cristina Hernández Cruz ◽  
...  
Keyword(s):  

La mezcla de analgésico, antipirético y antihistamínico de una pastilla antigripal de marca conocida fue evaluada en su capacidad de provocar daño cromosómico y citotoxicidad en sangre periférica de ratón árabe. El daño cromosómico fue evaluado utilizando la prueba de micronúcleos in vivo. El antigripal fue administrado a ratones de la línea árabe por vía oral en una dosis de 10.6 mg/Kg de peso en el curso de ocho h por tres días en un tratamiento agudo. Los cálculos del índice de toxicidad no fueron significativos estadísticamente entre los datos del grupo control negativo y los tratamientos con el antigripal. En cambio, este antigripal mostró efectos genotóxicos significativos a las 24, 48 y 72 h después de su aplicación. Este efecto puede ser causa de los componentes químicos del antigripal como son el paracetamol y la cafeína. En conclusión, la mezcla de analgésico, antipirético y antihistamínico de una pastilla antigripal no provoca daño celular pero muestra daño clastogénico durante el tratamiento agudo del antigripal en ratones de la línea árabe. El ratón Árabe mostró sensibilidad a los efectos de los agentes genotóxicos y, por tanto, este organismo debería ser incluido para estudios de genotoxicidad.


Author(s):  
Erwin E ◽  
Etriwati E ◽  
Muttaqien M ◽  
Tri Wahyu Pangestiningsih ◽  
Sitarina Widyarini

Penelitian ini bertujuan mengetahui ekspresi insulin pada pankreas mencit (Mus musculus) yang diinduksi streptozotocin berulang dengan pewarnaan imunohistokimia yang berguna sebagai hewan model diabetes melitus. Tiga puluh ekor mencit jantan galur Balb-C, umur 12-14 minggu dengan bobot badan 30-40 g dikelompokkan menjadi 2 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri atas 15 ekor. Kelompok 1 (K1) diberikan pelarut streptozotocin, sedangkan kelompok 2 (K2) diberikan streptozotocin dengan dosis 40 mg/kg bobot badan dalam 50 mM natrium sitrat bufer pH 4,5 secara intraperitoneal sebanyak 0,5 ml selama 5 hari berturut-turut. Hewan percobaan dari masing-masing kelompok dieutanasia sebanyak 2 ekor pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28 setelah perlakuan, selanjutnya mencit diperfusi dan dinekropsi untuk mengambil jaringan pankreas sebagai sampel pemeriksaan imunohistokimia dengan metode streptavidin peroksidase menggunakan antibodi mouse anti-insulin (1:300). Berdasarkan uji statistik menggunakan analisis varian, ekspresi insulin pada sel beta Langerhans pankreas K1 lebih tinggi dibandingkan K2 (P<0,05). Waktu pengamatan dan interaksi antara kelompok dan waktu pengamatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Induksi dosis rendah streptozotocin secara berulang dapat menurunkan jumlah ekspresi sel beta Langerhans pankreas yang imunoreaktif terhadap insulin.


Author(s):  
Leoni Villano Bonamin ◽  
Thaís Cristina Silva ◽  
William Alves Santos ◽  
Sandra AG Pinto ◽  
Vanessa Xavier ◽  
...  

Background: There are few published researches about the exclusive use of Carsinosinum in several potencies to treat cancer. The name Carcinosinum refers to any homeopathic preparation of epithelial cancerous tissues and is especially indicated when there are any hereditary and familial antecedents of cancer, tuberculosis, diabetes, pernicious anemia or a combination of two or more of these diseases. Homeopathic complexes which include Conium Maculatum, Sabal Serrulata, Thuja Occidentalis and Carcinosinum can reduce in 23% the incidence of prostate cancer in vivo and in 38% the tumor volume, compared to untreated groups. Another in vivo study revealed reduction of symptoms and increase of survival time in mice bearing Ehrlich ascitic carcinoma, after treatment with Carcinosinum 200cH. In vitro, Carcinosinum 200cH can increase the expression of the pro-apoptotic gene p53. However, mice treated with Carcinosinum 6cH had the highest percentage and diversity of symptoms compared to other treatments, which demonstrate the importance of homeopathic potency in pro or anti-carcinogenic action. Considering that the literature on this subject is still rare and focused on genotypic and clinical effects, the present study was proposed, with the aim of identifying the possible phenotypic changes, including viability, HER-2 expression and metastatic skills, using 4T1 cells in vitro as a model, after treatment with Carcinosinum in different homeopathic working dilutions (12cH; 30cH; 200cH), prepared mechanically (Denise Machine, Autic®) in our laboratory using sterile pure water, from a commercial matrix (HN Cristiano, São Paulo, Brazil) stocked in 70% hydro-alcoholic solution. The final dilutions were inserted in the culture medium in a volume equal to 10%, at the time of cell seeding. The same succussioned vehicle used to prepare the medicines (70% hydro-alcoholic solution), from the same batch and diluted 1:100 in sterile pure water, was used as control. All treated cells were cultivated in bottles of 25ml with cell density of 5 x 105 cells / ml and, after 24 hours of treatment, they were analyzed for the apoptosis index using the Annexin V kit and measured by the Countess® system. The morphology of the 4T1 cells was monitored by staining fixed cell smears with hematoxylin-eosin method. The samples were evaluated in quadruplicate and the data were analyzed by one-way ANOVA. The results obtained up to now show that the treatment with Carcinosinum 12cH produced a different pattern of cell death compared to the other treatments, with significant reduction in apoptosis index (one-way ANOVA, p=0.01) and clear hydropic degeneration phenotypic pattern. The analysis of HER-2 expression and metastatic skill will be the next step of this research.


2017 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 22
Author(s):  
Arini Pradita Roselyn ◽  
Endang Linirin Widiastuti ◽  
G. Nugroho Susanto ◽  
Sutyarso '

Lung cancer is a disease that causes high mortality. Drugs used to prevent and cure cancer mostly causes intoxicity to the normal tissues due to its less effectiveness. Therefore, it is necessary to find out any agent or substance which works much more effective and safe for cancer treatment. The aim of the study was to elucidate the role of taurine on the lung tissue of mice (Mus musculus) induced by carcinogenic benzo(α)pyrene. The experiment was conducted in a completely randomized design with 5 replications. Six treatment groups were perfomed. Group I was given 0.2 mL of corn oil and given aquadest until the end of the study period, group II was induced by benzo(α)pyrene without administration of taurine, group III before induced with benzo(α)pyrene, was given taurine dosage 7.8 mg/BW/day for two weeks, group IV after induced benzo(α)pyrene, was given taurine with dosage 3.9 mg/BW/day, group V after induced benzo(α)pyrene, was given taurine with dosage7. 8 mg/BW/day, group VI after induced with benzo(α)pyrene, was given taurine with dosage 15.6 mg/BW/day. The results of the Kruskal-Wallis analysis and one way ANOVA with LSD (p>0,05) showed that taurine reduced lung tissue damage 72.73% due to the administration of benzo(α)pyrene of 0.3 mg/BW/day. In addition, the effective dose of taurine reduce lung tissue damage was 15.6 mg/BW/day.


2015 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 95-98
Author(s):  
Américo J. Castro ◽  
Mario Carhuapoma ◽  
Norma J. Ramos ◽  
José R. Juárez ◽  
Luis M. Felix ◽  
...  

El estudio tuvo como objetivo comparar el efecto fotoprotector in vivo de una crema elaborada con el extracto hidroalcohólico de la macroalga parda Macrocystis pyrifera (Linnapus) Agardh frente a bloqueadores solares comerciales en la prevención de lesiones de piel. La muestra biológica fue colectada en el zócalo continental de la playa Yanyarina de San Juan de Marcona de la región Ica. El extracto hidroalcohólico (etanol-agua 1:1) se obtuvo por proceso de maceración a partir de 300 g de alga. Con el extracto se formuló y diseño el bloqueador dermocosmético empleando concentraciones 5, 10 y 15%, respectivamente, con una mezcla de alcoholes alifáticos sólidos, conformados principalmente por alcohol cetílico (C16H3O) y alcohol estearílico (C18H39O) 50/70%. Se emplearon 35 ratones albinos adultos machos de la especie Mus musculus cepa Bald C53 de peso promedio 30g. El potencial fotoprotector in vivo se evaluó a través de la aplicación tópica en la piel de los ratones, en el tercio anterior dorsal del lomo. Los animales fueron distribuidos en siete grupos de cinco. Al grupo 1 (blanco) no se le aplicó crema ni irradiación UV-B 320 ŋm; al grupo 2 (control) no se le aplicó crema y se le irradió con luz UV-B; los grupos 3 y 4 fueron tratados con bloqueadores solares comerciales y fueron irradiados con luz UV-B; a los grupos 5, 6 y 7 (intervención) se les aplicó el producto elaborado y se le irradió con luz UV-B. El efecto fotoprotector se evidenció en el análisis macroscópico y microscópico de la piel. En el análisis microscópico, el grupo 1 presento piel con estructura conservada; los grupos 2, 3 y 4 presentaron estructura alterada; mientras que el grupo 5 presentó alteración leve, el grupo 6, estructura aparentemente normal y el grupo 7 estructura normal. Se concluye que el extracto hidroalcohólico ejerce efecto fotoprotector in vivo ante la irradiación UV-B en las concentraciones trabajadas, lográndose que, a medida que se va aumentando la concentración del extracto, la estructura de la piel se ve menos alterada presentando la dermis y epidermis, la capa cornea laminar y basal aparentemente normales.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document