scholarly journals Analisis Kontrastif Kelas Kata Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (The Contrastive Analysis of Arabic Word Classes and Indonesian)

2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 202
Author(s):  
M. Wildan ◽  
Tri Pujiati ◽  
Zamzam Nurhuda
EDU-KATA ◽  
2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 39-48
Author(s):  
Muniroh Machu

Comparison of Indonesian word classes with Southern Thai Malay language is a problem, namely how to compare Indonesian word classes with Southern Thai and Malay languages ​​so that there will be no errors in the use of said classes. The purpose of this study is to describe the similarities, differences and comparisons of Indonesian word classes with Southern Thai Malay. The type of research used in this study is a qualitative descriptive study. The results of the study are a comparison of Indonesian word classes with Southern Thai Malay language can be expressed in the same class of words, namely three word classes: Indonesian verbs with verbs Southern Thai Malay, Indonesian adjectives with the adjectives of South Thai Malay language and Indonesian verbs with language Southern Thai Malay. The difference between Indonesian words and Southern Thai Malay can be distinguished as noun, Pronomina and Numeralia words, adverb words can be found in Indonesian only, while South Thai Malay words can be classed as names.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 188
Author(s):  
Esra Nelvi Siagian

Vocabulary plays an important role in foreign language learning, but teachers are often confused about what vocabulary should be taught or targeted so that learners can communicate well according to their level. This study aims to produce a list of the most frequently used vocabulary, knows as High Frequency Words-HFW, in Beginner Indonesian as Foreign Language (ILF) level. The results of this research will be great used for IFL students, teachers, writers, and observers, as well as parties related to IFL. The use of HFW in foreign language learning is proven to have positive effects, such as increasing learning motivation, increasing self-confidence to produce one's own sentences, helping to understand texts, and using repeated words that will make the vocabulary familiar to learners. This qualitative research used corpus of BIPA books for the beginner level based on the level one and two IFL Competency Standards according to the regulation of education ministry Number 27 of 2017 then processed using the AntCont application. The results showed that 1) HFW for IFL is different from Indonesian HFW in general; 2) the form of word classes taught varies; and 3) limited of affix used.  AbstrakKosakata memegang peranan penting dalam pembelajaran bahasa asing, tetapi pengajar sering bingung menentukan kosakata apa saja yang harus diajarkan atau dijadikan target agar pemelajar dapat berkomunikasi dengan baik sesuai dengan tingkatannya. Penelitian ini bertujuan menghasilkan daftar kosakata yang paling sering digunakan, High Frequency Words-HFW, pada pembelajaran BIPA pemula. Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi para pemelajar, pengajar, penulis, dan pengamat BIPA, serta pihak-pihak yang berkaitan dengan kebipaan. Pemanfaatan HFW dalam pembelajaran bahasa asing terbukti memberi efek positif, seperti meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan rasa percaya diri untuk memproduksi kalimat sendiri, membantu memahami teks, dan pemanfaatan kata berulang-ulang akan membuat kosakata tersebut familiar bagi pemelajar. Penelitian kualitatif ini menggunakan korpus data buku-buku BIPA untuk level pemula dengan berbasis Standar Kompetensi Lulusan BIPA level satu dan dua sesuai Permendikbud Nomor 27 Tahun 2017 kemudian diolah menggunakan aplikasi AntCont. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) HFW bahasa Indonesia untuk pemelajar BIPA berbeda dengan HFW bahasa Indonesia secara umum; 2) bentuk kelas kata yang diajarkan bervariasi; dan 3) bentuk imbuhan yang digunakan terbatas


Abjadia ◽  
2017 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 44 ◽  
Author(s):  
Muhamad Isbah Habibii

<p>منذ 28 أكتوبر 1928 تكون اللغة الإندونيسية لغة رسمية في الإندونيسيا، وهي من اللغات الأوسترونية. ويبدو واضحا من الاختلافات الأنفة الذكر أنها يسبب لأخطأ دارس اللغة العربية. الدارس كثيراما يبدأ الأخطأ في عملية تدريس اللغة العربية. ومن بين اسباب الأخطأ هي خصائص اللغة الثانية أو لغة الهدف لا توجد في لغته الأم. أما المنهج الذي انتجته الباحثة في هذه الدراسة فهو البحث الوصفي والمنهج البحث المكتبي والميداني، ولتحقيقه استخدم هذا البحث البحث الإجرائي. ونتائج هذا البحث قسمان. الأول: وجوه التشبّهات و الإختلافات: فوجوه التشبّهات توجد 10 تشبّهات. ووجوه الإختلافات توجد 25 إختلافات. والثاني: تأديّته في تعليم اللغة العربية. أ) إن وجوه الإختلافات تؤدي إلى مواجهة الصعوبة في مهارة الكتابة. فينبغي للمدرس أن يختار وجوه التشبّهات؛ ب) هذه التقايلية كالأساس في صياغ التقنيق التعليمي في تعليم اللغة العربية ل سيما في ترتيب المواد اللغة لتكون سهلة ولائقة حسب المستوى</p><p>Since October 28, 1928, Indonesian language is officially used by the Indonesian as national language. And when viewed from the clump of this language includes Austronesian based on the classification, and Arabic language includes semid based on the classification. This difference of classification leads to errors in learners’  language. Such as the first language fragmentation of a second language (Arabic) which is also called Interference language. To analyze this research,  the researcher used contrastive analysis. The instruments used in this study are documentation, observation and interviews. The results of this study are divided into two poin, including: similarities and differences Affix Arabic And Indonesian. The first: aspect of the similarities there are ten similarities, and aspects of the two aspects of difference there are twenty-five differences. Second: The implication in maharah kitabah are: a) The contrastive analysis can be used to predict the mistakes of students studying foreign languages. The points of difference in each of the first and second language levels will give students difficulties in learning the second language. Preferably the same items will make it easier for students to learn a second language; b) The contrastive analysis can provide a comprehensive and consistent contribution and as a means of controlling the preparation of teaching materials and second language lessons efficiently. By comparison of differences in each level of language analysis, the material can be arranged according to the level of difficulty of each level.</p><p>Sejak tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia resmi digunakan oleh bangsa Indonesia sebagai bahasa nasional. Jika dilihat dari rumpunnya, bahasa ini termasuk rumpun bahasa Austronesia. Sedangkan bahasa Arab merupakan bahasa Semit. Perbedaan rumpun ini menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan pada para pelajar bahasa tersebut seperti pergesekan bahasa pertama terhadap bahasa kedua (bahasa Arab) yang disebut juga dengan Interferensi bahasa. Peneliti menggunakan analisis kontrastif. Instrumen yang digunakan adalah dokumentasi, observasi dan wawancara. Adapun hasil penelitian ini terbagi menjadi dua, diantaranya: 1) Persamaan dan perbedaan afiksasi dalam bahasa Arab dan Indonesia. Terdapat sepuluh persamaan, meliputi faidah afiksasi dalam kedua bahasa. Selain itu, terdapat dua puluh lima perbedaan meliputi faidah afiksasi yang ada dalam kedua bahasa. 2) Implikasi Anakon terhadap maharah kitabah adalah: a) anakon dapat digunakan untuk meramal kesalahan siswa mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua. Butir-butir perbedaan dalam tiap-tiap tataran bahasa pertama dan kedua memberikan kesulitan kepada para siswa dalam mempelajari bahasa kedua itu. Sebaiknya, guru menggunakan butir-butir yang sama untuk mempermudah siswa mempelajari bahasa kedua;  b) anakon dapat memberikan satu sumbangan yang menyeluruh dan konsisten sebagai alat pengendali penyusunan materi pengajaran dan pelajaran bahasa kedua secara efisien. Dengan membandingkan perbedaan pada setiap tataran analisis bahasa, bahan ajar dapat disusun sesuai dengan tingkat kesulitan masing-masing tataran</p>


Jurnal KATA ◽  
2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 109
Author(s):  
Nova Mustika

<p><em>Contrastive analysis is a method that can be used to help the difficulties of a teacher in teaching a second language to their students, where learning a second language is strongly influenced by the mastery of the mother tongue. The purpose of this article is to describe comparison of passive sentences in Indonesian and English. The method of this research is descriptive qualitative to provide an overview of the form of the passive sentence and find differences and similarities between passive sentencesin Indonesian and English. Examples was created by the author herself taking into account the level of general acceptance by referring to the book of Tata Bahasa Indonesian and English Grammar. Passive sentences in Indonesian are characterized by use of the "di-", "ter" or "ke-". While in English it used “to be + V3 (Past participle)" which is based on the tenses used (time of occurrence). After comparing passive sentences in Indonesian and English, the author  found similarities and differences.</em></p><p><em><br /></em></p><p><em>Analisis kontrastif merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk membantu kesulitan seorang pengajardalam mengajarkan bahasa kedua kepada para siswanya, di mana dalam mempelajari bahasa kedua sangat dipengaruhi oleh penguasaan bahasa ibu. Tujuan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan perbandingan kalimat pasif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. </em><em>Metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif komparatif-kontras yang bertujuan memberikan gambaran tentang bentuk kalimat pasif serta menemukan perbedaan dan persamaan kalimat pasif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Contoh dibuat oleh penulis sendiri dengan mempertimbangkan tingkat keberterimaan secara umum dengan merujuk kepada buku Tata Bahasa Indonesia dan Grammar Bahasa Inggris. </em><em>Kalimat pasif dalam bahasa Indonesia dilihat dari strukturnya menggunakan “di-”, “ter-” ataupun “ke-”. Sementara dalam bahasa Inggris hanya mengenal “to be+ </em><em>V3 (Past Participle)</em><em>” yang </em><em>berdasarkankepada tenses yang digunakan (waktu kejadian)</em><em>. Setelah </em><em>membandingkan</em><em> kalimat pasif dalam bahasa Indonesia dan </em><em>b</em><em>ahasa Inggris, penulis telah menemukan persamaan dan perbedaan</em><em>nya</em><em>. </em><em></em></p><p><em><br /></em></p>


2019 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 151-162
Author(s):  
Destiani Destiani ◽  
Andayani Andayani ◽  
Muhammad Rohmadi

Indonesian language is a foreign language at Sebelas Maret University for students from abroad. Foreign students who communicate with English encounter difficulty to understand and use deixis. This study tried to contrast deixis on two textbooks, Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)/Indonesian for foreigner and English textbook. The study was conducted through qualitative study with contrastive analysis. AntConc version 3.4.5 was used to identify deixis corpus from BIPA textbook. The concordance from the BIPA textbook was compared with sentences on the English textbook. The analysis found that deixis from those textbooks were different in term of position, form and use. Indonesian deixis can either precede or follow a noun or verb while English deixis appeared only before a noun or verb. When coming together with plural noun, English deixis changes in the form, meanwhile Indonesian’s is not. Based on this study, BIPA teachers are suggested to bring concrete samples during teaching deixis.


Humaniora ◽  
2012 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 290
Author(s):  
Djuria Suprato

The difficulty of a teacher to teach a second language to students can be addressed by contrastive analysis, where it is assumed that learning a second language is influenced by the first language acquisition. The purpose of this article is to describe the level of a comparable degree of passive sentences in Indonesian and English to provide benefits as a reference in the teaching of English as a second language. This study was conducted with qualitative methods, the reference library of resources Indonesian and English. Passive Sentences in Indonesian views of the structure using the "di", "ter" or "ke", in English we use "to be + past participle" depends on the time it happened. Context of the sentence must be considered so that the meaning contained in them can be understood. Once analyzed and searched in the matching and comparison of passive sentences in Indonesian and English, the authors have found similarities and differences which can be structurally or pragmatically.  


Jurnal KATA ◽  
2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Diana Kartika

<p>This study focus on differences grammatical between transitive and intransitif  verb forms Indonesian and Japanese that analyzed by comparing it. This study used contrastive analysis, of all the elements lingual, in this research  the object of this study is the morphological form of transitive and intransitif  verbs in Indonesian and Japanese. After analysed with contrastive how the shape of transitive and intransitif  verbs from both languages, then concluded as the final result of this study. The results of this study show that, (1) transitive verbs in Japanese need the object in the sentence and intransitif  verbs in Japanese doesn’t need the object in a sentence. Then, Indonesian transitive verbs are verbs that require object. (2) The transitive verb in Japanese is patterned (subject) wa / ga (object) o (transitive verb-tadoushi). Then, the intransitif  verb in Japanese patterned (subject) ga (intransitif  verb-jidoushi). In Indonesian sentence patterns transitive and intransitif  verbs S + P, which distinguishes the two verbs that are on each object. (3) in Japanese transitive and intransitif  verbs have endings as markers of each verb. Namely: a) -aru (tran), -eru (intran), b) -aru (intran), u (tran), c) -reru (intra), -sU (tran), d) -reru (intra- ), -ru (tran), e) - arareru (intran), u (trans), f) -ru (intran), -sU (tran), g) -eru (intran), -asu (tran), h) -u (intran), -asu (tran), i) -iru (intra), -osu (tran), and j) -u (intran), -eru (tran). While in Indonesian for a transitive verb is marked with the suffix Me-, memper-, memper-kan,  me-i, memper-I, me-kan and verba intransitif  marked by basic verbs, and  suffix  ber-, ber-kan, ter-, ke-an.</p><p> </p><p>Penelitian ini berfokus terhadap perbedaan gramatikal bentuk verba transitif dan intransitif bahasa Indonesia dan bahasa Jepang yang dianalisis dengan cara membandingkan bentuk verba transitif dan intransitif bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Penelitian ini menggunakan metode analisis kontrastif, dari semua unsur lingual kajian linguistic dalam penelitian ini yang menjadi objek kajian adalah morfologi bentuk verba transitif dan intransitif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Setelah dikontrastifkan bagaimana bentuk verba transitif dan verba intransitif dari kedua bahasa tersebut kemudian ditarik kesimpulan sebagai hasil akhir dari penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, (1) verba transitif dalam bahasa Jepang memerlukan objek penderita pada kalimat tersebut dan verba intransitif dalam bahasa Jepang tidak perlu objek penderita dalam sebuah kalimat. Sedangkan verba transitif dalam bahasa Indonesia adalah verba  yang membutuhkan objek. (2) Verba transitif dalam bahasa Jepang ini berpola (subjek) wa/ga (objek) o (kata kerja transitif-tadoushi). Sedangkan verba intransitif dalam bahasa Jepang berpola (subyek) ga (kata kerja intransitif-jidoushi). Sedangkan dalam bahasa Indonesia pola kalimat verba transitif dan intransitif S+P, yang membedakan dari kedua verba tersebut hanyalah pada objek masing-masing. (3) dalam bahasa Jepang verba transitif dan intransitif memiliki akhiran sebagai penanda masing-masing verba. Yaitu:a)  -aru (tran), -eru (intran), b) –aru (intran), -u (tran), c) –reru (intra), -su (tran), d) –reru (intra), -ru (tran), e) – arareru (intran), -u (trans), f) –ru (intran), -su (tran), g) –eru (intran), -asu (tran), h) –u (intran), -asu (tran), i) –iru (intra), -osu (tran), dan j) –u (intran), -eru (tran). Sedangkan dalam bahasa Indonesia untuk verba transitif ditandai dengan imbuhan Me-, memper-, memper-kan,  me-i, memper-I, me-kan dan verba intransitif ditandai dengan Verba dasar, dan imbuhan  ber-, ber-kan, ter-, ke-an.</p><p> </p>


2011 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 31-48
Author(s):  
Kyu Young Jung
Keyword(s):  

JALABAHASA ◽  
2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 42-55
Author(s):  
Sofia Nur Khasanah ◽  
Imam Baehaqie

Analisis kontrastif antara dua bahasa atau lebih dimaksudkan untuk memberikan penjelasan yang objektif tentang perbedaan kaidah antara dua bahasa atau lebih yang diperbandingkan. Penelitian ini mengidentifikasi pembentukan makna jamak secara sintaksis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab, kemudian membandingkannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persamaan dan perbedaan penanda makna jamak bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap. Analisis data dilakukan dengan metode agih dan padan. Hasil penelitian ini menunjukkan makna jamak secara sintaksis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab dibentuk dengan adanya kata sandang, numeralia, adverbia, dan kata yang bermakna jamak secara leksikal tanpa penanda. Keempat penanda tersebut ditemukan dalam kaidah pembentukan jamak bahasa Indonesia, tetapi dalam bahasa Arab hanya ditemukan penanda berupa numeralia dan kata yang bermakna jamak secara leksikal. Contrastive analysis between two or more languages is intended to provide an objective explanation of the difference law between two or more languages being compared. This study identifies the formation of plural meanings syntactically in Indonesian and Arabic. The purpose of this study was to determine the similarities and differences in the plural meaning markers of Indonesian and Arabic. The methods of data collection used was the observation method with the simak bebas libat cakap technique. The data analysis method used agih and padan methods respectively. The results of this study show that the syntactic plural meaning in Indonesian and Arabic is formed by the presence of the article, numeralia, adverbial, and words that have the lexical plural meaning without a marker. The four markers are found in the rules for the formation of the Indonesian plural, but in Arabic, only a marker is found in the form of a numeralia and a word that has a lexical plural meaning.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document