scholarly journals Hubungan kecemasan, cara persalinan dan onset laktasi dengan kejadian postpartum blues

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 149
Author(s):  
Greiny Arisani ◽  
Noordiati Noordiati

Masa Nifas rentan terhadap masalah kesehatan mental. Salah satu gangguan kesehatan mental yang terjadi pada masa nifas adalah postpartum blues. Postpartum blues merupakan manifestasi pasikopatologis paling ringan dan paling umum terjadi segera setelah melahirkan pada minggu pertama sampai 10 hari setelah melahirkan puncaknya antara 3 sampai 5 hari postpartum dan menurun pada 10 sampai 12 hari sesudahnya. Postpartum blues berpotensi menjadi prediktor depresi postpartum dan jika kondisi ini berlanjut dapat menyebabkan gangguan mental yang lebih parah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kecemasan, cara persalinan dan onset laktasi dengan kejadian postpartum blues. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional dengan alat pengumpul data berupa kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi square terhadap 122 responden ibu nifas yang mendapatkan perawatan di BLUD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 37,7% responden mengalami postpartum blues dengan skor EPDS≥10.  Terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan (OR=6,28 CI 95% 2,31-16,72; p=0,000), cara persalinan (OR=8,78 CI 95% 3,20-24,09; p=0,000) dan onset laktasi (OR=6,42 CI 95% 2,09-19,74; p=0,001 dengan kejadian postpartum blues. Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan kecemasan, cara persalinan dan onset laktasi dengan postpartum Blues di BLUD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Idha Suparwati ◽  
Murwati Murwati ◽  
Endang Suwanti

Abstract: The smoothness of Breastfeeding, Post Partum Blues Occurrence. The incompleteness of breast milk (ASI) is one of the problems when the mother begins to breastfeed her baby. If not addressed immediately will result in anxiety and anxiety about the mother's ability to breastfeed. If this condition is left it will continue to be post partum blues and even postpartum depression. The purpose of this study was to determine the relationship between the smoothness of breastfeeding expenditure and postpartum blues incidence in the Trucuk II Klaten district. This research design is analytical descriptive research with cross sectional approach. The sample is normal postpartum day 3-10 at Trucuk II Klaten Health Center in May 2017 as many as 48 people, by purposive sampling. Analysis of univariate and bivariate data with chi square test correlation. Maternal breastfeeding expenditure was 93.8% in the current category. Post partum blues events were 44.2%. Statistic test results obtained p value = 0.001. There is a relationship between the smooth expenditure of breast milk with Postpartum Blues Occurrence in Trucuk II Klaten District Health Center.


2018 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 67-72
Author(s):  
Faizah Betty Rahayuningtyas ◽  
Retwin Rahwanti Megasari

The family is the smallest unit in society consisting of father, mother and child. In a family, there are five functions to be performed, such as affective function and coping, socialization function, reproductive function, the function of the economy, and health care function. There are several factors that can affect the function of the family, including employment, education, and economics. An agitated state of the mother and occurs after delivery characterized by feelings of sadness, crying, fear of taking care of the baby is called postpartum blues. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between family function with postpartum blues in the sub-district Puskesmas Tladan Kawedanan Magetan. The study design used is cross sectional analytic study, which means that the data collection is done in the period. The population in this study are pregnant women primigravida birth day forecast in April. These samples included 30 maternal postpartum with simple random sampling technique. The research instrument used to measure the Family APGAR questionnaire family function and EPDS questionnaire to measure postpartum blues. The measurement results were tested using the chi-square and p values obtained 0,024. P value less than 0.05 so it can be concluded that there is a correlation between family function with postpartum blues in the sub-district Puskesmas Tladan Kawedanan Magetan.


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 45-52
Author(s):  
Alifia Khana Fitrah ◽  
Siska Helina ◽  
Hamidah Hamidah

Postpartum blues dikategorikan sebagai gangguan mental ringan sehingga sering tidak dipedulikan, tidak terdiagnosa dan akhirnya tidak ditangani, keadaan ini akan membuat perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, sehingga mempunyai dampak lebih buruk terutama dalam masalah hubungan dengan suami dan perkembangan anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian postpartum blues, untuk mengetahui distribusi frekuensi dukungan suami, dan untuk mengetahui hubungan dukungan suami terhadap kejadian postpartum blues. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 hingga Juni 2017 di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru. Metode penelitian adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum multipara yang berada di Klinik Pratama wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling berjumlah 45 orang ibu postpartum dilakukan dengan cara home visit. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan 95% (α≤0,05). Hasil penelitian ditemukan angka kejadian postpartum blues 26,7%, distribusi frekuensi dukungan suami 57,8%, dan ada hubungan dukungan suami terhadap kejadian postpartum blues di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru tahun 2017. Saran dalam penelitian ini diharapkan kepada bidan yang berpraktik di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki untuk mengadakan kelas ibu nifas dengan menghadirkan suami sebagai pendamping ibu.


Author(s):  
Brain Gantoro ◽  
Haivan Kusuma Aji

Background : The causes of the postpartum blues include predisposing factors which include hormonal factors, physical fatigue, age, parity, pregnancy status, education level and marital status, enabling factors which include socio-economic as well as driving factors which include social support (Mansur in Hasanah, 2014). This study aims to determine the relationship between husband's support and the incidence of postpartum blues. Method : This study used an analytical survey research method with a cross sectional approach. The population in this study were all postpartum mothers who gave birth at the Tanjung Balai Health Center, totaling 113 people. Samples were taken using purposive sampling technique. Data analysis using computer aids through the SPSS program. Result : The results of the chi square statistical test showed that the p value = 0.01, which means that the p value is less than 0.05 (0.01 <0.05). Congclusions : The conclusion is that Ho is rejected and Ha is accepted, this shows that there is a relationship between husband's support for the incidence of postpartum blues.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 29-36
Author(s):  
RATI PURNAMA SARI ◽  
AZMIZA DENSY ◽  
BUYUNG KERAMAN

Postpartum blues merupakan salah satu masalah yang mugkin muncul setelah masa persalinan. Postpartumblues yang tidak tuntas dapat berlanjut menjadi depresi postpartum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues di Puskesmas Perumnas Kabupaten Rejang Lebong. Jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. sampel dalam penelitian ini sebanyak 43 orang dengan menggunakan alat skrining Edinnburg Postnatal Depression Scale (EPDS). Penelitian dilakukan di Kabupaten Rejang Lebong pada bulan juli 2018. Data diambil dengan instrument test dan lembar observasi. Uji statistik dilakukan dengan Chi Square dan uji satistik Contigency Coefficient. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa hampir sebagian responden tidak mengalami kejadian postpartum blues (normal), Hampir seluruh responden memiliki rentang usia 20-35 tahun, paritas sebagian besar responden adalah primipara, sebagian besar responden memiliki pendidikan Sekolah Dasar (SD sederajat) dan sebagian besar responden tidak mendapatkan dukungan suami dalam perawatan dan pertolongan bayi pasca melahirkan. Ada hubungan antara faktor paritas, dukungan suami, pendidikan dan usia dengan postpartum blues di puskesmas Perumnas Kabupaten Rejang Lebong.


2019 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 91-95
Author(s):  
Intan Kumalasari ◽  
Hendawati Hendawati

Latar Belakang: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko dan angka kejadian postpartum blues di Kota Palembang. Metode: Penelitian ini merupakan survei analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah ibu postpartum yang diambil dari RSI Muhammadiyah, RS Bhayangkara dan RSI St. Khodijah tahun 2017dengan jumlah 90 orang, menggunakan teknik Proporsional cluster random sampling. Analisis statistik menggunakan uji chi square dan regresi binary logistik.. Intrumen penelitian menggunakan instrument baku yaitu instrument EPDS (Edinburg Postnatal Depression Scale) dengan jumlah soal 10 pertanyaan. Hasil : Angka kejadian Postpartum blues sebesar 46,7%. Terdapat hubungan yang signifikan antara paritas (pv=0,0005; OR=15,117), dukungan keluarga (pv=0,009;OR=10,996), perencenaan kehamilan (pv=0,006;OR=9,863), pendidikan (pv=0,023;OR=3,656) dan kelelahan fisik (pv=0,029 ; R=3,341),dengan kejadian Postpartum Blues. Kesimpulan Terjadinya postpartum blues melibatkan faktor-faktor biopsikososial sebelum dan setelah bersalin. Adanya kerentanan biologis, kerentanan psikologis, situasi stresfull, dukungan sosial kurang, dan strategi yang maladaptif, bersama-sama memberi kontribusi bagi berkembangnya postpartum blues. Dibutuhkan dukungan social, emosional, informasi dan bantuan tenaga bagi ibu postpartum dan mengenali penyebab postpartum blues sejak awal.


2018 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 130-139
Author(s):  
Devi Endah Saraswati Saraswati

Childbirth is a happy moment, but there are some cases can be frightening, this is because women who give birth often experience feelings of sadness and fear that affects the emotional and sensitivity of the mother, known as postpartum blues. The purpose of this study is to know the factors - factors that affect the incidence of postpartum blues. The research design was cross sectional. The study was conducted at BPM “D” in Campurejo Village, Bojonegoro District and BPM “S” in Sukorejo Village, Bojonegoro District from January to February 2018 to 30 postpartum mothers. The study instrument used an EDPS (Edinburgh Postnatal Depression Scale) questionnaire. Data processing using Chi Square test. The results showed that the factors affecting the phenotype of postpartum blues include p value = 0,04, education with p value = 0,049, obstetric status with p value = 0,011. Factors affecting postpartum blues events include age, education, occupation, and obstetric status.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 83-96
Author(s):  
Nurul Hikmah ◽  
Anggit Kartikasari ◽  
Russiska Russiska ◽  
Noviyani Noviyani

Postpartum blues merupakan suatu gangguan psikologi sementara yang ditandai dengan memuncaknya emosi yang terjadi pada minggu pertama setelah melahirkan, dimana suasana hati yang paling utama adalah kebahagiaan namun emosi ibu menjadi labil. Tingkat pendidikan, jenis persalinan serta dukungan suami merupakan faktor yang mempengaruhi postpartum blues. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan postpartum blues pada ibu nifas di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kadugede. Jenis penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Teknik sampel menggunakan total sampling berjumlah 42 ibu nifas. Instrument berupa kuesioner. Analisis data univariat dan bivariate dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis univariat sebagian besar ibu nifas di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kadugede berpendidikan tingkat menengah 54,8%, jenis persalinan spontan 81%, mendapat dukungan suami 52,4%. Hasil analisis bivariate didapatkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan postpartum blues nilai ρ=0,034, tidak ada hubungan antara jenis persalinan dengan postpartum blues nilai ρ=0,060, ada hubungan antara dukungan suami dengan postpartum blues nilai ρ=0,002. Ibu nifas di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kadugede diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya dukungan suami dalam memenuhi kebutuhan psikologis ibu untuk mencegah terjadinya postpartum blues.


Author(s):  
Brigita Renata ◽  
Dharmady Agus

Objective: To determine the association of husband support and postpartum blues in postpartum women. Methods: This was a cross-sectional study. Respondents are collected from postnatal women at the Pontianak St. Antonius Hospital, with random sampling. Retrieval of data use a research questionnaire. Data were analysed univariately and bivariate using the Chi-Square test method. Result: Of the 96 respondents, 5.2% were <20 years old, 49% were in the 20-30 years age group, and 45.8% were> 30 years old . For parity data, 38.5% were primiparous women and 61.5% were multiparous women. As for employment status, 68.8% are in the unemployed group, and 31.2% are in the working group. 47.9% of respondents received inadequate husband support, and 52.1% respondents received adequate husband support. While 44.8% of respondents experienced postpartum blues, 55.2% did not. The results of the bivariate analysis showed a significant relationship between husband support and postpartum blues  with p=0.042 and OR=2.331. Conclusion: We found a significant relationship between husband support and postpartum blues disorder. Keyword: family, husband support, postpartum blues.   Abstrak Tujuan : Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan gangguan postpartum blues pada perempuan pascamelahirkan. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan studi potong lintang, yang dilakukan di Rumah Sakit Santo Antonius Pontianak pada perempuan pascamelahirkan dengan metode pengambilan sampel acak sederhana. Dukungan suami diukur dengan menggunakan kuesioner Dukungan Suami dan PPB diukur dengan menggunakan kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Data dianalisis dengan menggunakan uji kai kuadrat. Hasil: Dari 96 responden, sebanyak 5,2 % berada pada usia <20 tahun, 49% berada pada kelompok usia 20-30 tahun, dan 45.8% berada pada usia >30 tahun. Untuk data paritas, 38,5% adalah perempuan primipara dan 61,5% adalah perempuan multipara. Sementara untuk status pekerjaan, 68.8% adalah kelompok tidak bekerja dan 31,2% adalah kelompok bekerja. Responden yang mendapat tingkat dukungan suami yang kurang ada sebanyak 47,9% dan dukungan suami yang baik ada 52.1%. Responden yang mengalami PPB ada sebanyak 44,8% dan yang tidak mengalami PPB ada sebanyak 55,2%. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami PPB dengan nilai p=0,042 dan OR sebesar 2,331. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dan PPB. Kata kunci: dukungan suami, gangguan postpartum blues, keluarga.


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Ririn Ariesca ◽  
Siska Helina ◽  
Okta Vitriani

Angka kejadian postpartum blues dibeberapa negara seperti Jepang 15-50%, Amerika Serikat 27%, prancis 31,7%, Nigeria 31,3% dan Yunani 44,5% (Curry, 2008). Angka kejadian postpartum blues di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 2685%, sedangkan di Indonesia angka kejadian postpartum blues antara 50-70% dari wanita pasca persalinan. Di Indonesia salah satunya di Provinsi Riau tepatnya di Kota Pekanbaru sekitar 16,7%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues di Klinik Pratama Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2017. Penelitian ini dilaksanakan di 3 Klinik Pratama yang di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki pada bulan September 2016 s/d Juli 2017. Sampel penelitian ini adalah 45 orang ibu postpartum di 3 Klinik Pratama yang diambil secara accidental sampling. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan desain penelitian cross sectional. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square dan dengan bantuan komputerisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 45 orang ibu postpartum terdapat 12 orang (26,7%) ibu yang mengalami postpartum blues dan 33 orang (73,3%) yang tidak mengalami postpartum blues. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan antara umur (p =0,007), dan paritas (p =0,001) dengan kejadian postpartum blues serta menunjukkan tidak adanya hubungan antara jenis persalinan (p =0,933), penghasilan (p =1,000) dan kesiapan menjadi ibu (p =1,000) dengan kejadian postpartum blues. Saran kepada tenaga kesehatan yaitu deteksi atau screening adanya kemungkinan terjadinya postpartum blues kepada semua ibu postpartum dan jadikan screening tersebut menjadi bagian dari pengkajian tetap pada ibu postpartum.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document