scholarly journals Pengembangan Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Lemon (Citrus limon (L.)) sebagai Antidiabetes Oral

2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Erna Neovita ◽  
Puspa Sari Dewi Solihah ◽  
Sri Wahyuningsih ◽  
Hani Husnul Aeni ◽  
Fithriyani Azhari

<p>Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai oleh tingginya kadar gula darah akibat dari terganggunya fungsi pankreas dalam menghasilkan insulin. Terganggunya fungsi pankreas dapat berdampak pada turunnya produksi insulin atau pankreas tidak dapat lagi memproduksi insulin, hal ini dapat menyebabkan adanya komplikasi atau gangguan metabolisme lainnya dan kematian karena diabetes melitus. Tingginya privalensi diabetes melitus yang menyebabkan kematian menduduki peringkat terbesar ketiga di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi dan dosis ekstrak etanol kulit jeruk lemon sebagai antidiabetes alternatif dengan metode preventif. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Proses pembentukan model tikus diabetes dilakukan dengan induksi aloksan 175 mg/kgBB pada tikus Sprague-Dawley. Setelah tikus diabetes dalam 3 sampai 4 hari, kemudian tikus dipisahkan dan diberikan sediaan uji sesuai kelompoknya masing-masing kontrol positif (Na CMC), pembanding (Glibenklamid 5 mg), dan 3 varian dosis ekstrak etanol kulit jeruk lemon ( EEKJL 82 mg/kgBB, 164 mg/kgBB dan 328 mg/kgBB). Setelah 1 jam pemberian sediaan, kemudian dilakukan uji toleransi glukosa pada tikus jantan diabetes Sprague-Dawley. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit jeruk lemon efektif menghambat kenaikan kadar gula darah pada tikus jantan diabetes Sprague-Dawley. Dosis 328 mg/kgBB EEKJL menunjukkan hasil terbaik yang berbeda bermakna (p&lt;0,05) terhadap kelompok kontrol dan tidak berbeda bermakna atau setara dengan glibenklamid 5 mg (p&gt;0,05). Percobaan ini membuktikan bahwa EEKJL memiliki potensi sebagai antidiabetes alternatif.</p><p>Kata kunci: Diabetes melitus, Kulit Lemon <em>(Citrus limon (L.) Burm.f.), </em>Aloksan</p>

2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Ahmad Fuadi ◽  
Yoyon Arif ◽  
Yudi Purnomo

Hiperglikemia pada Diabetes Melitus (DM) meningkatkan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) dan berperan terhadap risiko komplikasi nefropati diabetik. Daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik) berkhasiat sebagai antidiabetik dan antioksidan tetapi penelitian ekstrak etanol daun gedi merah (EEDGM) untuk mencegah nefropati diabetik belum banyak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek EEDGM terhadap kadar SOD dan MDA ginjal tikus model DM.Metode: Tikus Sprague dawley jantan usia 4-6 minggu dikelompokan menjadi 2 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan (n=25 ekor). Tikus DM dibuat dengan diet tinggi lemak-fruktosa (DTLF) dan streptozotocin (STZ) 25 mg/kgBB i.p multiple dose. Ekstrak etanol daun gedi merah (EEDGM) diberikan per oral selama 4 minggu. Kadar SOD dan MDA ginjal diukur menggunakan SOD rat kit dan MDA rat kit. Hasil dianalisa dengan One Way Anova dilanjutkan dengan uji BNT (p<0,05).Hasil: Pemberian EEDGM dosis 800 mg/kgBB menghambat penurunan kadar SOD jaringan ginjal dengan persentase sekitar 60% dibandingkan KDM (p<0,05). Pemberian EEDGM dosis 400 mg/kgBB menghambat peningkatan kadar MDA jaringan ginjal dengan persentase sekitar 20% dibandingkan KDM (p<0,05). Induksi DTLF dan STZ menurunkan kadar SOD jaringan ginjal dengan persentase sekitar 40% dan meningkatkan kadar MDA jaringan ginjal dengan persentase sekitar 30%.Kesimpulan: Pemberian EEDGM dapat menghambat penurunan kadar SOD dan peningkatan kadar MDA jaringan ginjal tikus model DM.


PRAXIS ◽  
2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 180
Author(s):  
Bernadia Branitamahisi

Abstract: Type 2 diabetes mellitus is the highest prevalence among diabetes types, but there is no treatment that overcome obstacle in the process of surgery, rejection reactions, and increased complications that occur. The aim of this study was to investigate the insulin sensitivity improvement by Mesenchymal Stem Cell-Conditioned Medium(MSC-CM) through increased IRS-1 tyrosine phosphorylation (IRS-1tyr612) on the type 2 diabetic rat with and without treatment. This experimental study is purely laboratory Posttest Control Group using male Sprague Dawley rat, 7 weeks old and 150-200gram weight. Rat is divided into 3 research groups, K(-): normal control; K(+): diabetic control; P:treatment, type 2 DM rat+MSC-CM 0,1ml/200gBW ip. Giving MSC-CM is done every 3 days 10 times. On day 30 after therapy, an IRS-1tyr612 expression analysis was performed with skeletal muscle immunohistochemistry (IHC). Data analysis was performed by Kruskal-Wallis and Independent Sample T-test at 95% significance. Percentage of positive score of IRS-1tyr612 expression K(-)(75%)> P(62,5%)> K(+)(12,5%). Average expression of IRS-1tyr612 P(45,46±9,15)> K(-)(44,41±4,61)> K(+)(21,29±3,49) with significant difference of K(-)-K(+) and P-K(+). Giving MSC-CM may increase the expression of IRS-1tyr612 on type 2 diabetic animal model rat. Keywords: MSC-CM, insulin sensitivity, IRS-1tyr612, type 2 DM Abstrak: Diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe diabetes dengan prevalensi tertinggi, namun belum ada pengobatan yang dapat mengatasi hambatan dalam proses operasi, reaksi rejeksi, dan banyaknya komplikasi yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbaikan sensitivitas insulin oleh Media Terkondisi Sel Punca Mesensimal (MT-SPM) melalui peningkatan fosforilasi tirosin 612 IRS-1(IRS-1tyr612) pada tikus model DM tipe 2 dengan dan tanpa terapi. Penelitian ini eksperimental murni laboratorium Posttest Control Group menggunakan hewan uji tikus Sprague Dawley jantan usia 7 minggu dan berat badan 150-200gram. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok penelitian, yaitu K(-): kontrol normal; K(+): kontrol diabetik; P: perlakuan, tikus DM tipe 2 + MT-SPM 0,1ml/200g bb ip. Pemberian MT-SPM dilakukan setiap 3 hari sebanyak 10 kali. Pada hari ke-30 setelah terapi, dilakukan analisis ekspresi IRS-1tyr612 dengan IHC otot skelet. Analisis data dilakukan dengan Independent Sample T-test dan Kruskal Wallis pada signifikansi 95%. Prosentase skor positif ekspresi IRS-1tyr612 K(-)(75%) > P(62,5%) > K(+)(12,5%). Rerata ekspresi IRS-1tyr612 P(45,46±9,15) > K(-)(44,41±4,61) > K(+)(21,29±3,49) dengan perbedaan yang bermakna secara statistik pada K(-)–K(+) dan P–K(+). Pemberian MTSPM dapat meningkatkan ekspresi IRS-1tyr612 pada tikus model DM tipe 2. Kata kunci: MT-SPM, sensitivitas insulin, IRS-1tyr612,DM tipe 2


2020 ◽  
Vol 4 ◽  
Author(s):  
Ernawati Sinaga ◽  
Suprihatin Suprihatin ◽  
Fitri Istiqomah

Luka diabetik adalah salah satu komplikasi kronis penyakit diabetes melitus yang sangat ditakuti, karena dapat membawa kecacatan seumur hidup bahkan kematian. Jumlah penderita diabetes semakin meningkat. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efektivitas suplementasi ekstrak daging ikan bujuk dalam mempercepat penyembuhan luka diabetik. Penelitian dilakukan menggunakan tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi diabetik dengan aloksan 125 mg/kg bb ip, kemudian diberi perlukaan eksisi. Setelah itu tikus diberi suplementasi ekstrak daging ikan bujuk per oral, sekali sehari sampai seluruh luka sembuh, yaitu antara 27-36 hari. Ekstrak ikan bujuk diberikan dalam 3 dosis yang berbeda, antara 2-6 g/kg bb.  Sebagai pembanding diberikan glibenklamid 0,5 mg/kg bb. Suplementasi ikan bujuk secara signifikan dapat mempercepat pengurangan luas luka dan mempercepat waktu epitelialisasi sempurna, yaitu waktu ketika luka sembuh secara total. Penyembuhan luka total pada tikus diabetik yang diberi ekstrak ikan bujuk sebesar 6 g/kg bb, 135% lebih cepat dibandingkan dengan tikus diabetik yang tidak diberi ekstrak, dan 122% lebih cepat dibandingkan dengan tikus diabetik yang diberi glibenklamid. Penyembuhan luka total pada tikus diabetik yang diberi ekstrak ikan bujuk sebesar 6 g/kg bb bahkan 110% lebih cepat dibandingkan dengan tikus sehat non-diabetik. Dari penelitian ini juga terungkap bahwa pemberian ekstrak ikan bujuk ternyata tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus diabetik. Suplementasi ekstrak ikan bujuk efektif mempercepat penyembuhan luka diabetik, yang ditunjukkan dengan makin cepatnya pengurangan luas luka dan makin pendeknya waktu epitelialisasi sempurna. Namun demikian, suplementasi ekstrak ikan  bujuk tidak menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetik. Hal ini menunjukkan bahwa percepatan penyembuhan luka yang disebabkan oleh suplementasi ekstrak ikan  bujuk bukan disebabkan oleh penurunan kadar glukosa darah tikus diabetik.


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 67-74
Author(s):  
La Ode Sumarlin ◽  
Agik Suprayogi ◽  
Min Rahminiwati ◽  
Aryani Satyaningtijas

Diabetes Melitus (DM) adalah kelompok gangguan metabolisme yang ditandai oleh hiperglikemia akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.  Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes tersebut. Salah satu tanaman yang potensial sebagai alternatif obat antidiabetes adalah tanaman namnam (Cynometra cauliflora).  Pada penelitian ini kemampuan penyerapan glukosa oleh otot diafragma yang diisolasi dari tikus non diabetes Sprague Dawley oleh ekstrak metanol daun namnam (C. cauliflora) pada berbagai konsentrasi ditentukan.  Gugus fungsi senyawa dominan pada ekstrak  menggunakan FTIR (Fourier Transform Infrared). Hasilnya menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan penyerapan glukosa oleh diafragma ketika konsentrasi ekstrak daun namnam (C. cauliflora) meningkat dan tertinggi pada konsentrasi 450 mg/mL dengan serapan 0.4254 ± 3.23 mg/mL/30 menit dengan peningkatan sebesar 373.72% dibandingkan kontrol air.  Diduga kemampuan ekstrak tanaman C. Cauliflora menyerap glukosa disebabkan keberadaan golongan flavonoid. Oleh karena itu daun tanaman namnam (C. cauliflora) memiliki potensi sebagai obat antidiabetes DMT2 melalui mekanisme peningkatan penyerapan glukosa ke dalam sel.DOI:http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v4i1.7345


Author(s):  
Emmanuel Effah-Yeboah ◽  
Emmanuel Dartey ◽  
Emmanuel Agyapong Asare ◽  
Janice Dwomoh Abraham ◽  
James K. Kagya-Agyemang ◽  
...  

Introduction: Diabetes mellitus or diabetes is a metabolic ailment which occurs as a result of insulin insufficiency or defect in insulin function, or both that leads to ihyperglycemia. Diabetes mellitus is a worldwide disease even though its prevalence in other countries vary. Kalanchoe crenata belongs to the family crassulaceae. It is also known locally as miracle plant and often utilized in Africa for medicinal purposes. The study was designed to ascertain the antidiabetic and dyslipidemic activity and effects of the ethanolic extract of both leaves and stem of Kalanchoe crenata on istreptozotocin incite diabetic rats for three (3) weeks. Methodology: 6-8 weeks old Sprague dawley rats received multiple injection of streptozotocin intraperitoneally (40mg/kg body weight) to induce diabetes melitus. Diabetes mellitus was observed and confirmed after six days of induction. The rats were given ethanolic extract of Kalanchoe crenata remarkably (10, 30 and 100mg/kg) and 5mg/kg glibenclamide orally twice daily for three weeks. Blood glucose, lipids, creatinine, urea, were then determined. Results: After week three of treatment 5mg/kg glibenclamide, 30 and 100mg/kg ethanolic extract of Kalanchoe crenata remarkably (p<0.05) decrease glycemia and improved lipidemia by decreasing overall cholesterol, LDL-C and increasing HDL-C likened to the control diabetic group. Also results from treated rats remarkably decrease blood urea nitrogen and creatinine. However, the affirmative control and the sampled treated groups showed curative and regenerative effect in the cells responsible for producing endocrine insulin “beta cells of the islets of Langerhans” located in the pancreas. Kidney and liver tissue sections of treatment groups showed a reversal of diseased insults made by the streptozotocin. Conclusion: The outcome of the research indicate that given ethanolic extract of Kalanchoe crenata remarkably contains the necessary phytochemicals for the development of a standard and effective herbal medicine for Diabetes mellitus and related complications and also with no toxic effects on the tissues of the liver, pancreas and kidney.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Nur Kamilah ◽  
Reza Hakim ◽  
Yudi Purnomo

Pendahuluan: Inflamasi  akibat kerusakan oksidatif yang dipicu hiperglikemia berperan terhadap progresivitas diabetes melitus (DM). Interleukin-10 (IL-10) dan CD8+ berpengaruh terhadap proses inflamasi. Abelmoschus manihot (L.) Medik memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan yang diharapkan dapat menurunkan inflamasi pada patofisiologi DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak etanol Abelmoschus manihot (L.) Medik terhadap persentase IL-10 dan CD8+ tikus model DM.Metode: Tikus Sprague Dawley jantan, 4-6 minggu dikelompokkan menjadi kelompok kontrol normal (KN), kelompok kontrol diabetes melitus (KDM), kelompok ekstrak etanol daun gedi merah (EEDGM) 200 mg/kgBB, EEDGM 400 mg/kgBB dan EEDGM 800 mg/kgBB (n=5). Hewan coba diinduksi diet tinggi lemak-fruktosa (DTLF) selama 10 minggu dan Streptozotocin (STZ) dosis rendah 25 mg/kgBB intraperitoneal dosis ganda pada minggu ke 4. EEDGM 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB diberikan selama 4 minggu. Pengukuran persentase CD8+ dan IL-10 menggunakan flowcytometry. Analisa data menggunakan One Way Anova dilanjutkan dengan uji LSD (p<0,05).Hasil: Induksi DTLF dan STZ pada kelompok KDM menurunkan persentase IL-10 dan meningkatkan persentase CD8+ dibandingkan KN (p<0.05). Pemberian EEDGM dosis 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB signifikan meningkatkan persentase IL-10 berturut-turut sekitar ½  dan ¾ dibandingkan kelompok KDM (p<0,05). Pemberian EEDGM dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB menurunkan persentase CD8+ berturut-turut 1/5, 1/3 dan 1/10 dibandingkan kelompok KDM (p<0,05).Kesimpulan: Pemberian EEDGM meningkatkan persentase IL-10 dan menurunkan persentase CD8+ tikus model diabetes


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Hendra Putra ◽  
Fathia Annis ◽  
Yudi Purnomo

Pendahuluan: Hiperglikemia pada diabetes melitus (DM) meningkatkan produksi reactive oxygen species (ROS) yang berperan terhadap komplikasi makroangiopati diabetik. Daun gedi merah dikenal memiliki efek antioksidan dan antihiperglikemia sehingga diharapkan dapat menghambat kerusakan oksidatif pada DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak etanol daun gedi merah dalam mencegah kerusakan oksidatif pada DM dengan mengamati kadar Superoxide Dismutase (SOD) dan Malondialdehyde (MDA) aorta tikus model DM.Metode: Tikus Sprague Dawley jantan berusia 4-6 minggu dikelompokkan menjadi 2 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan (n= 5 ekor). Hewan coba diinduksi diet tinggi lemak-fruktosa (DTLF) dan Stretpzotocin (STZ) 25 mg/kgBB intraperitoneal multiple dose. Selanjutnya kelompok perlakuan diberikan ekstrak etanol daun Gedi merah (EEDGM) dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB. Pengukuran kadar SOD dan MDA aorta menggunakan Elisa SOD rat kit dan Elisa MDA rat kit. Analisa data menggunakan One Way Anova dilanjutkan dengan uji BNT (p<0,05).Hasil: Pemberian EEDGM dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB menghambat penurunan kadar SOD aorta berturut-turut sekitar 10%, 30% dan 50% dibandingkan kelompok kontrol diabetes melitus (KDM) (p<0,05) sementara kadar MDA aorta diturunkan kurang lebih sekitar 20%, 40%, dan 70% (p<0,05). Induksi DTLF dan STZ pada kelompok KDM menurunkan kadar SOD aorta 50% dan meningkatkan MDA aorta 2 kali lipat dibandingkan KN (p<0,05).Kesimpulan: Pemberian EEDGM 200 – 800 mg/kgBB menghambat penurunan kadar SOD aorta dan menghambat peningkatan kadar MDA aorta tikus model DM.


2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 76-82
Author(s):  
Isvi Thuba Mustaghfiroh ◽  
Enny Probosari

Latar Belakang: Hiperglikemi atau  peningkatan kadar glukosa darah melebihi batas normal (lebih dari 126 mg/dl untuk glukosa darah puasa) merupakan karakteristik yang timbul pada penderita diabetes melitus (DM).   Tempe dan pati resisten yang dihasilkan dari modifikasi umbi garut dengan autoclaving cooling cycling sebanyak 3 siklus diketahui memiliki efek hipoglisemik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian tepung tempe dan pati garut termodifikasi terhadap kadar glukosa darah.Metode: Jenis penelitian ini adalah true-experimental dengan desain pre and post randomized controlled group desain, menggunakan 24 ekor tikus Sprague dawley jantan berusia 3 bulan , dibagi menjadi 4 kelompok (K, P1, P2, P3) yang diinjeksi dengan 40 mg/kg BB STZ lalu dilanjutkan dengan  perlakuan pakan standar, pakan standar + PGT, pakan standar + tepung tempe, pakan standar+PGT + tepung tempe untuk kelompok K, P1, P2, P3 selama 14 hari. Kadar glukosa darah diperiksa menggunakan metode GOD-PAP. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji wilcoxon dan one-way ANOVA. Hasil: Tidak terjadi penurunan kadar glukosa darah yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok baik kontrol maupun perlakuan setelah 14 hari perlakuan. Uji Anova menunjukkan tidak ada beda ketiga kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol p=0,642. Simpulan: Pemberian tepung tempe dan pati garut termodifikasi tidak terbukti menurunkan kadar glukosa darah.


2015 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 387-393
Author(s):  
Izzaty Izzul Hawa ◽  
Etisa Adi Murbawani

Latar belakang :. Hiperglikemia postprandial merupakan keadaan yang sering dialami penderita DM. Penderita DM dapat diberi terapi gizi berupa nutrisi enteral. Labu kuning (Cucurbita moschata) merupakan salah satu pangan tradisional bersifat antidiabetik dan antihiperglikemia yang dapat dijadikan bahan formula enteral. Kandungan polisakarida dan  pektin diklaim mampu menurunkan kadar glukosa darah dan mengontrol kadar glikemik. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh formula enteral berbahan dasar labu kuning terhadap kadar glukosa darah postprandial tikus diabetes. Metode : Penelitian ini merupakan jenis penelitian true experimental with pre-post test group esign. Subjek sebanyak 14 ekor tikus jantan galur Sprague dawley berumur 9 minggu, berat badan 160-260 gram; dibagi menjadi 2 kelompok secara acak sederhana. Sebelumnya subjek dibuat DM dengan induksi Streptozotocin 65 mg/kg berat badan dan nikotinamida 230 mg/kg berat badan secara intraperitoneal. Kelompok perlakuan diberi formula enteral labu kuning sedangkan kelompok kontrol diberi diabetasol 20 g/kg bb/ekor. Kadar glukosa darah diambil sebelum dan 2 jam setelah diberi formula enteral. Penelitian ini dilakukan selama 1 hari di Laboratorium Pangan dan Gizi Pusat Antar Universitas, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Analisis statistik dilakukan menggunakan Independent t-test, dan Paired t-test. Hasil : Delta glukosa darah pada 2 kelompok mengalami perbedaan bermakna (p=0.000) yaitu kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (5.09±0.31 mg/dl). Sedangkan kadar glukosa darah postprandial antara 2 kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0.605).  Simpulan : Pemberian formula enteral labu kuning sebanyak 20 g/kg berat badan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kadar glukosa darah postprandial tikus diabetes melitus. Akan tetapi, berpengaruh bermakna terhadap Δ glukosa darah.


2015 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 450-456
Author(s):  
Astri Pratiwi ◽  
Etisa Adi Murbawani

Latar Belakang : Pemberian formula enteral bertujuan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi dan suplemen untuk pasien diabetes malnutrisi. Formula enteral pada penelitian ini terbuat dari labu kuning, tempe, tepung beras, dan minyak kedelai. Labu kuning memiliki efek antidiabetes sedangkan tempe merupakan sumber protein nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian formula enteral berbahan dasar labu kuning terhadap albumin serum pada tikus diabetes melitus.Metode : Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup penelitian gizi biomedik dengan rancangan penelitian true experimental,  pre-post test group with control group design. Empat belas ekor tikus jantan Sprague Dawley umur 9 minggu dengan berat badan 160-260 gram diinduksi 65 mg/kgBB streptozotocin dan 230 mg/kgBB nicotinamide. Tikus dibagi kedalam dua kelompok yakni kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Dosis yang diberikan sebanyak 20gr/kgBB/hari selama 14 hari. Pengambilan data albumin serum dilakukan sebanyak 2 kali yakni setelah diinduksi STZ dan setelah perlakuan selesai.Hasil : Rerata kadar albumin serum kelompok perlakuan mengalami peningkatan bermakna sebesar 1,62±0,16 g/dL (p< 0,05), sedangkan pada kelompok kontrol juga mengalami peningkatan bermakna sebesar 1,60±0,19 (p<0,05). Tidak ada perbedaan peningkatan yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan kontrol setelah perlakuan formula enteral berbahan dasar labu kuning (p> 0.05).Simpulan : Pemberian formula enteral berbahan dasar labu kuning dapat meningkatkan albumin serum pada tikus diabetes.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document