scholarly journals REMAJA, BROKEN HOME, TERAPI KONSELING REALITA: SEBUAH PENDEKATAN PENYADARAN DIRI

2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 50-66
Author(s):  
Arum Nurcahya
Keyword(s):  

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fenomena yang penulis temukan yakni anak remaja berinisial YA berlatar belakang broken home. Dari background tersebut YA melakukan perilaku kenakalan remaja. Melalui pemberian konseling realita diharapkan kenakalan remaja yang dilakukan oleh YA dapat diatasi. Tujuan dari praktek konseling ini adalah untuk mengetahui upaya dan keberhasilan dalam mengatasi kenakalan remaja broken home melalui konseling realita. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian ini hanya terdiri dari seorang remaja broken home dan melakukan perilaku kenakalan remaja. Metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini bahwa YA mengalami perubahan sikap meski tidak terlihat secara signifikan seperti sudah dapat mengatur jadwal kegiatan sehingga YA dapat menyempatkan diri untuk belajar,menghilangkan kebiasaan membolos serta terlambat yang dulu sering YA lakukan, memakai seragam sesuai aturan sekolah dan mengurangi merokok. Kata kunci:  broken home, kenakanalan remaja, konseling realita

2020 ◽  
Author(s):  
Miftakhuddin

Setiap orangtua punya cara membesarkan anaknya, bergantung pada budaya, tingkat pendidikan, kesejahteraan ekonomis, bahkan latar belakang keagamanaan. Metode yang ditempuh orangtua itu disebut sebagai pola asuh (parenting style). Teknik-teknik di dalamnya akan menjadi bagian utama dalam pembentukan kepribadian anak, termasuk kecerdasan, emosi, dan aspek psikologis lainnya.Namun demikian, terkadang orangtua tak menyadari apakah karkateristik psikologis anaknya sesuai dengan gaya pengasuhan yang mereka terapkan. Ketidaktahuan ini pada gilirannya berakibat pada kelalaian pengasuhan (salah asuh) dan berbagai penyimpangan (behavioral and psychological deviations). Itulah mengapa, pada beberapa kasus, ada anak kyai tapi ia adalah pemabuk dan penjudi, anak seorang guru tapi suka mem-bully teman sekolahnya, bahkan ada juga anak polisi yang justeru terlibat tawuran pelajar.Menurut psikolog, satu hal yang luput ialah kekeliruan dalam memahami situasi psikologis anak dan menyelenggarakan pendidikan keluarga yang sesuai. Sebab, masing-masing anak ialah individu yang unik. Mereka tidak bisa saling disamakan karena perkembangannya dipengaruhi nature (sifat alamiah dari gen orangtua) dan nurture (sifat yang terbentuk dari interaksi dengan lingkungan sosial).Persoalan di atas menjadi semakin rumit, lebih-lebih karena orangtua belum menemukan cara mengidentifikasi karakter anak, prosedur pengukuran kesehatan mental anak, bagaimana mengatasi depresi pada anak, dan bagaimanakah strategi mendidik yang disarankan agar psikologis anak tetap sehat. Buku ini berusaha menyajikan solusi atas problematika tersebut, dengan merujuk pada teori-teori psikologi, hasil penelitian, dan pengalaman empiris dari berbagai riset psikologis di Indonesia. Sebagai bahan kajian yang riil, buku ini juga mengangkat contoh-contoh kasus pola pengasuhan pada keluarga utuh, single parent, dan broken home.


2001 ◽  
Vol 89 (2) ◽  
pp. 252-254 ◽  
Author(s):  
Christina Morrison ◽  
Alida S. Westman

Students (21 men and 50 women) anonymously answered questions about imitating relationships seen on TV. The women were more likely than men to report trying to model family life after what they saw on TV situational comedies and to expect their significant other to act as those seen on TV. They also more frequently reported experiencing a significant other acting as those on TV. There was no difference by sex in current age, parents' marital status during the students' formative years, or age of separation, divorce, or widowing if any occurred. For neither women nor men did a broken home during the formative years correlate with looking to TV for information on relationships.


2021 ◽  
Vol 9 (T3) ◽  
pp. 193-195
Author(s):  
Rinaldi Fajri ◽  
Mustafa M. Amin ◽  
Elmeida Effendy

BACKGROUND: Inhalants, also known as volatile substances or solvents, are volatile hydrocarbons, which become gases at room temperature. Inhalants are substances commonly used by homeless teenagers. The effects of this substance vary including stamina enhancing effect, self-resistance, agitation, paranoid, hallucinations, and chest pain. We expect that this case report is able to show how vulnerable teens are to become users of illegal substance, such as inhalants, particularly those who come from low socio-economical background. CASE REPORT: Mental emotional disorders are commonly found among a 14–18-year-old man who engages in glue sniffing that may end up with jail. Most of the cases in Medan were found in children from broken home families or with low financial background, dropping out of school, and those suffering from bullying. Therefore, we particularly report a case of a 14-year-old boy who uses inhalant (glue) in Medan. CONCLUSION: Several studies show that the use of inhalants in street children is quite high.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 566
Author(s):  
Mutia Cherawaty Thalib
Keyword(s):  

Fenomena anak butuh kasih merupakan salah satu masalah di daerah yang memerlukan perhatian. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perlindungan hak anak butuh kasih untuk mendapatkan pendidikan dengan memberikan pemahaman tentang hak dan kewajiban Anak Jalanan sebagian dari warga Negara, membekali Anak Butuh Kasih dengan pendidikan karakter dalam rangka membangun masa depan melalui pendekatan belajar sambil bermain melalui permainan dan membekali anak kalanan dengan keterampilan tentang kreativitas seni dalam membangun sikap kerja keras dan kreatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yaitu eksistensi anak-anak butuh kasih adalah anak jalanan, anak korban penelantaran rumah tangga akibat perkawinan diluar nikah dan anak broken home, serta anak pekerja. Perlindungan preventif anak butuh kasih di Gorontalo adalah dengan menggunakan metode pendekatan yang tepat untuk anak, prosedur kerja yang meliputi pendidikan hukum bagi anak jalanan melalui metode sosialisasi, pendidikan karakter anak butuh kasih, dan kegiatan kreativitas seni anak butuh kasih


2018 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 328
Author(s):  
Nel Efni

The causes of drug abuse are complex due to the interaction of various factors, including individual factors such great curiosity to try and unknowingly or think long about the consequences later in life, environmental factors such as family problems or a broken home or social environment / community one even all members become abusers drug. This research is a quantitative research using Cross sectional design. The population in this study is the victim of drug abuse which amounted to 545 people and a total sample of 40 respondents using simple random sampling technique and the data were analyzed using univariate and bivariate by using the chi-square test. There is The relationship of knowledge and family support to the behavior of drug abuse in class IIA prison  Jambi. Expected to be used as inputs in the preparation of the program increased knowledge about the dangers of drugs.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Mursidah Mursidah ◽  
Muh. Arsyad ◽  
Bakri Yusuf

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Kendari yang ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa bermasalah dan model intervensi guru bimbingan dan konseling dalam menangani siswa bermasalah untuk menuju keberfungsian sosial siswa di Sekolah MTsN 2 Kota Kendari. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penentuan informan dilakukan melalui teknik purposive sampling, informan dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang guru BK, 5 orang guru, dan 7 orang siswa bermasalah. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini mengenai faktor-faktor yang menyebabkan siswa bermasalah dipengaruhi oleh faktor internal terdiri dari sikap terhadap belajar siswa, motifasi belajar siswa, konsentrasi belajar siswa, kemampuan berprestasi, rasa percaya diri dan faktor eksternal terdiri dari keluarga broken home, rendahnya tingkat pendidikan orang tua, lingkungan sosial. Sedangkan model intervensi guru bimbingan dan konseling dalam menangani siswa bermasalah dengan menggunakan konseling individu dan konseling kelompok.


Author(s):  
Nuraini Widad

Children who are displaced on the street without family care are often referred to as street children. Those born of two aspects, the first because of a family problem or a broken home that they finally plunge into the harsh world, second because of the support of free association and mischoosing a friend. This becomes one of the problems of vulnerability in the future of the child, in the capital the number of street children increasingly increasing the day. A wide variety of street children's lives, ranging from sleeping under bridges, rail tracks, to living on the market. Not only in the capital, even now the street children are rampant in various regions. This problem should be addressed immediately because the future of the nation there is the hand of youth, if the princes are troubled how about the people. Social workers are one solution to tackle a child's future vulnerability problem. With various activities and motivation encouragement that social workers do can change the life of street children.


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Ira Detriana

Pokok permasalahan dalam artikel ini adalah gambaran penyesuaian diri siswi broken home yang berprestasi di MAN 2 Tanah Datar. Tujuan pembahasan ini untuk mengetahui bentuk penyesuaian diri siswi broken home yang berprestasi di MAN 2 Tanah Datar. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan observasi langsung (participant observation) dan wawancara mendalam (depth interview). Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Dari penelitian yang penulis lakukan di lapangan dapat disimpulkan bahwa dari data yang ada diketahui bentuk penyesuaian diri yang dimiliki siswi berbeda ketika di lingkungan keluarga dan di sekolah. Di lingkungan keluarga mereka cenderung menunjukkan bentuk penyesuaian diri negatif. Namun, ketika di sekolah mereka mampu menyesuaikan diri secara positif dan berprestasi. Penyesuaian diri siswi broken home yang berprestasi di MAN 2 Tanah Datar dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: kematangan emosional, kondisi lingkungan keluarga dan sekolah.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document