scholarly journals Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Stunting Baduta (7-24 Bulan) Di Karubaga

2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Erfince Wanimbo ◽  
Minarni Wartiningsih

Stunting adalah perawakan pendek dengan nilai Z-score PB/U < -2SD yang terjadi akibat akumulasi masalah gizi kronis. Pada tahun 2017, stunting merupakan masalah gizi yang paling banyak ditemukan di Kabupaten Tolikara dibanding masalah gizi lainnya (underweight, wasting, overweight) dengan prevalensi stunting sebesar 41,0% yang dapat memberikan dampak buruk bagi sumber daya manusia (SMD) di masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan. Penelitian ini menggunakan observational analytic  dengan pendekatan cross sectional. Total sampel dalam penelitian ini adalah 81 ibu yang memiliki baduta usia 7-24 bulan dan merupakan peserta aktif program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang diambil pada bulan Mei sampai Juni 2019. Data menggunakan uji chi-square dengan nilai p=0,05 dan confident interval (CI)=95%. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan dengan usia ibu (p= 0,003; CI=95%). Tidak ada hubungan antara kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan dengan tinggi badan ibu (p=0,303; CI=95%), tingkat pendidikan ibu (p=0,203; CI=95%) dan pekerjaan ibu (p=0,961; CI=95%). Dapat disimpulkan bahwa memiliki anak di usia yang sangat muda (remaja) berhubungan erat dengan kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan, sementara tinggi badan ibu, pendidikan dan pekerjaan ibu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting. Kata kunci : Baduta, Stunting, Karakteristik Ibu, 1000 HPK

2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 32
Author(s):  
Crista Lorensa ◽  
Galih Indra Permana ◽  
Irka Gibriela Mia ◽  
Nindya Abelina Octoviani Leiden ◽  
Nurul Atdania Lestari ◽  
...  

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak di negara berkembang. Di Kota Palangka Raya tahun 2016, penyakit ISPA menempati urutan pertama dari 10 penyakit. Puskesmas Pahandut memiliki kejadian ISPA tertinggi tiap tahunnya. Faktor yang berkaitan dengan tingginya angka insiden ISPA antara lain status gizi balita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan status gizi (berat badan menurut umur) terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Puskesmas Pahandut, Kota Palangka Raya pada bulan Maret-Februari tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini yaitu balita berusia 1-5 tahun berjumlah 70 responden yang didapat dengan teknik simple random sampling. Status gizi dinilai berdasarkan data antropometri berupa berat badan/umur dan diinterpretasi dengan Z-score menurut standar WHO 2005. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan wawancara. Analisis data menggunakan Uji Chi Square (x2). Hasil penelitian ini diperoleh balita yang terkena ISPA 31,4% dengan gizi kurang 18,6 % dan status gizi baik 12,9%. Analisis hubungan variabel diperoleh P value 0,000 (P<0,05) yaitu secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi terhadap kejadian ISPA pada balita. Kesimpulan penelitian ini ada hubungan status gizi (berat badan menurut umur) terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Puskesmas Pahandut, Kota Palangka Raya pada bulan Maret-Februari tahun 2017.


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 73
Author(s):  
Anandita Mega Kumala ◽  
Ani Margawati ◽  
Ayu Rahadiyanti

Latar belakang: Beberapa studi menunjukkan terdapat hubungan antara screen-time viewing, aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi pada remaja. Penggunaan gadget yang berlebihan pada remaja berkaitan dengan status gizi. Screen-time yang tinggi, tingkat aktivitas fisik rendah, dan pola makan menjadi tidak sesuai dengan rekomendasi sehingga dalam jangka panjang dapat mempengaruhi status gizi.Metode: Desain studi observasional dengan rancangan cross-sectional yang melibatkan remaja usia 13-15 tahun di Kendal. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan 61 responden. Status gizi ditentukan berdasarkan z-score indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U). Data durasi penggunaan alat elektronik (gadget) diperoleh dari kuesioner terstruktur yang telah divalidasi, data aktivitas fisik diperoleh dari kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan data pola makan diperoleh melalui wawancara dan kuesioner Semi-Quantitative Food Frequency Questionnare (SQ-FFQ) yang ditentukan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Analisis data menggunakan uji Chi-Square serta Fisher Exact.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 72,1% responden memiliki durasi penggunaan alat elektronik (gadget) yang tinggi. Selain itu, ditemukan 14,8% responden dengan aktivitas fisik rendah. Pola makan pada 80,3% responden sudah sesuai dengan anjuran PGS, tetapi 96,7% responden tidak memenuhi anjuran konsumsi sayur. Status gizi pada responden berdasarkan Z-score IMT/U ditemukan sebanyak 6,6% responden dengan kategori kurus dan 14,8% gemuk. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi (p<0,05).Simpulan: Terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status Gizi pada remaja usia 13-15 tahun (p<0,05).


2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 34 ◽  
Author(s):  
Elshaday Kasim ◽  
Nancy Malonda ◽  
Marsella Amisi

Hubungan Antara Riwayat Pemberian Imunisasi dan Penyakit Infeksi dengan Status Gizi pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara.(Relationship Between History of Immunization and Infectious Disease with Nutritional Status in Children aged 24-59 Months in Ratahan Subdistrict, Southeast Minahasa Regency) Elshaday Kasim1)*, Nancy Malonda1), Marsella Amisi1)*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115*Email korespondensi:[email protected]  15 Februari 2019, diterima untuk dipublikasi 28 Februari  2019 ABSTRAK Riwayat pemberian imunisasi dan penyakit infeksi erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara riwayat pemberian imunisasi dan penyakit infeksi dengan status gizi pada anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara. Metode observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study. Penelitian ini adalah anak usia 24-59 bulan dengan jumlah 447 balita, teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling dengan penentuan jumlah sampel dilakukan dengan cara perhitungan menggunakan rumus slovin sehingga jumlah sampel yang diambil yaitu 88 sampel. Riwayat pemberian imunisasi, penyakit infeksi dan status gizi diukur menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometri dengan alat timbangan untuk mengukur berat badan, serta microtoise untuk mengukur tinggi badan, kemudian menghitung z-score. Berdasarkan hasil uji chi square mendapati tidak adanya hubungan antara riwayat pemberian imunisasi dengan status gizi menurut indeks antropometri TB/U, BB/U, BB/TB dan tidak adanya hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi menurut TB/U, BB/U dan BB/TB. Kata Kunci : Imunisasi, penyakit infeksi, status gizi. Kabupaten Minahasa Tenggara. ABSTRACT History of Immunization and Infectious Disease is a factor that is very closely related to the growth and development of children under the age of five. This study aims to determine the relationship between the History of Immunization and Infectious Disease with Nutritional Status in Children aged 24-59 Months in Ratahan Subdistrict, Southeast Minahasa Regency. Analytical observational method with cross sectional study design. This study is a child aged 24-59 months with a total of 447 toddlers, the sampling technique is simple random sampling by determining the number of samples carried out by calculation using the slovin formula so that the number of samples taken is 88 samples. History of immunization, infectious disease and nutritional status was measured using a questionnaire and anthropometric measurements with a scale tool to measure weight, and microtoise to measure height, then calculate the z-score. Based on the results of the chi square test, there was no correlation between the history of immunization and nutritional status according to the anthropometric index TB / U, BB / U, BB / TB and the absence of an association between infectious diseases and nutritional status according to TB / U, BB / U and BB / TB.Keywords: Immunization, infectious disease, nutritional status, Southeast Minahasa Regency


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 89
Author(s):  
Wiwin Barokhatul Maulidah ◽  
Ninna Rohmawati ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Stunting adalah kondisi kegagalan untuk mencapai perkembangan fiik yang diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur dengan nilai Z-score kurang dari -2 SD. Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang terjadi di dunia, khususnya di negara miskin dan berkembang termasuk di Indonesia. Stunting juga dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan anak yang mengindikasikan kekurangan gizi kronis. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember. Metode: Jenis penelitian ini, yaitu analitik observasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember dengan sampel sebanyak 76 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Data karakteristik keluarga, data riwayat berat bayi lahir rendah (BBLR) dan riwayat penyakit infeksi kronis diperoleh melalui kuesioner. Data tingkat konsumsi energi, protein, kalsium, dan zink menggunakan food recall 2x24 jam, sedangkan data kejadian stunting pada balita dengan pengukuran TB/U diukur dengan microtoice. Hasil: Prevalensi balita stunting di Desa Panduman sebesar 51,3%. Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat konsumsi energi, protein, zink, kalsium, dan riwayat penyakit infeksi kronis berhubungan dengan kejadian stunting pada balita, sedangkan riwayat BBLR tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Kesimpulan: terdapat hubungan antara tingkat konsumsi energi, protein, kalsium, zink, dan riwayat penyakit infeksi kronis dengan kejadian stunting pada balita.


Author(s):  
Annisa Zabaldi ◽  
Riska Epina Hayu ◽  
Eva Mayasari

Status gizi anak yang baik merupakan wujud keberhasilan dalam fase pertumbuhan. Anak prasekolah merupakan fase dimana sangat membutuhkan nutrisi dari makanan sebagai pemenuhan kebutuhan gizi. Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya faktor asupan energi. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara asupan energi terhadap status gizi anak prasekolah di TK An Namiroh Pusat menggunakan desain cross sectional, sebanyak 154 anak yang dipilih dengan cara simple random sampling. Data status gizi anak didapatkan melalui pengukuran antropometri menggunakan timbangan dan microtoise kemudian dihitung dengan Z-score dengan indeks IMT/U, sedangkan hasil asupan energy anak menggunakan kuesioner semi quantitatif food frequency. Jenis penelitian ini kuantitatif. Subjek penelitian dari informan utama adalah orang tua dari anak-anak yang bersekolah di TK An Namiroh Pusat. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis menggunakan komputerisasi dengan uji chi-square dengan taraf signifikan 95%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat 57,9% dengan asupan energi normal yang memiliki status gizi yang kurus, terdapat 60,9% dengan asupan energi normal yang memiliki status gizi yang normal, dan terdapat 71,4% dengan asupan energi normal yang memiliki status gizi gemuk, 42,1% dengan asupan energi tidak normal yang memiliki status gizi kurus, 39,1% dengan asupan energi tidak normal yang memiliki status gizi  normal, dan terdapat 28,6% anak dengan asupan energi tidak normal yang memiliki status gizi gemuk. Berdasarkan uji yang telah dilakukan menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energi terhadap status gizi anak TK An Namiroh Pusat Pekanbaru.


2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Dina Athanmika

<p>Merokok adalah perilaku penggunaan .Wabah tembakau atau rokok telah meracuni dan membunuh 4 juta penduduk dunia setiap tahunnya.  Berdasarkan laporan WHO tahun 2008 ditemukan 24,1% remaja pria Indonesia adalah perokok. Konsumsi rokok di Indonesia meningkat lebih cepat dibandingkan negara-negara lain. Pada kelompok umur 10-14 tahun, jumlah perokok meningkat dari 0.3% menjadi 1.4% dalam kurun waktu 18 tahun (1995-2013), dan pada kelompok umur 15-19 tahun terjadi peningkatan dari 7,1% ke 18,3%.  Hasil Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa terdapat 30,3% perokok aktif di Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok didalam rumah Kelurahan Tarok Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun 2014.Penelitian menggunakan desain <em>cross sectional</em>. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga  perokok yang berada di Kelurahan Tarok Kecamatan Payakumbuh   Utara   dengan   jumlah   sampel   162   responden   dan   dipilih menggunakan teknik Simple Random Sampling. Pengolahan data menggunakan analisis univariat dan bivariat (Uji Chi-Square).Hasil analisis univariat didapatkan sebagian besar (89,5 %)  responden mempunyai perilaku merokok, 62,3% responden memiliki sikap negatif, terdapat 51,2% responden memiliki <em>perceive behavioral </em>yang tinggi, dan 56,8 % responden memiliki peran ibu rumah tangga yang tidak optimal. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peran ibu rumah tangga (p = 0,032 ; OR = 3,6), tidak ada hubungan sikap (p = 0,958 ; OR =1,18) dan <em>perceive behavioral </em>(p = 0,152 ; OR = 2,5) dengan perilaku merokok didalam rumah.penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan peran ibu rumah tangga terhadap perilaku merokok. menjalin kerjasama dengan tokoh masyarakat   dalam memberikan informasi dan pengetahuan kepada warga berupa penyuluhan kesehatan tentang merokok agar dapat menghentikan kebisaan merokok didalam rumah.</p>


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 235
Author(s):  
Dian Sari

<p><em>Pulmonary Tuberculosis is one of the infectious diseases that become the main problem of Indonesian society. Based on a survey conducted at Andalas Public Health Centre obtained PMO (supervisor taking medicine) TB Lungless provide support to the patient of Pulmonary TB.. This study aims to determine the relationship of knowledge and attitude with the support of family as the PMO of Pulmonary TB patients. The study was conducted at the Andalas Public Health Centre Padang in 2017. The type of descriptive analytic research using a cross-sectional approach with a sample of 59 people taken from a population of 145 people PMO using simple random sampling systematic techniques. The results showed that 27.1% of PMO was not good at providing support, 32.2% knowledge was low, and 37.3% had a negative attitude. Chi-square test concluded that there is a significant correlation between knowledge (p = 0,036), and attitude (p = 0,000), with family support as PMO in Public health centre working area Andalas Padang of the year 2017. The result of this research can be used as a reference in improving TB program Lung so it can reduce the incidence of Pulmonary TB in Public health centre working area Andalas Padang.</em><em></em></p><p> </p><p><em>Tuberkulosis Paru merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah utama masyarakat Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan di Puskesmas Andalas Kota Padang didapatkan sebahagian PMO (pengawas minum obat) TB Paru kurang memberikan dukungan kepada penderita TB Paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan dukungan keluarga sebagai PMO penderita TB Paru.Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2017. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectionaldengan sampel sebanyak 59 orang yang diambil dari populasi 145 orang PMO menggunakan teknik sistematik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 27,1% PMO kurang baik dalam memberikan dukungan, 32,2% pengetahuan rendah, dan 37,3% mempunyai sikap negatif. Uji chi-square disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan (p= 0,036), dan sikap (p=0,000), dengan dukungan keluarga sebagai PMO di Wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2017. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan program TB Paru sehingga dapat menurunkan angka kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang</em></p>


Author(s):  
Lela Kania Rahsa Puji ◽  
Nurwulan Adi Ismaya ◽  
Tri Okta Ratnaningtyas ◽  
Nur Hasanah ◽  
Nada Fitriah

Masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami oleh wanita dalam masyarakat adalah gangguan mestruasi. Di Indonesia 260 wanita usia subur 95% mengalami minimal satu gejala Premenstrual syndrom(PMS) , antara gejala sedang sampai berat sebanyak 3,9%. Dari studi pendahuluan di STIKes Kharisma Persada Pamulang didapatkan 66,7% wanita mengalami gejala ringan dari premestrual syndrome (PMS), sedangkan 33,3% wanita mengalami gejala sedang sampai gejala berat dari premenstrual syndrome (PMS). Tujuan : menganalisis aktivitas fisik, stres, dan pola tidur terhadap Premenstrual Syndrome (PMS) kepada mahasiswi PRODI D3 farmasi STIKes Kharisma Persada Pamulang. Metode kuantitatif dengan cross sectional. Sampel sebesar 97 secara simple random sampling. Kuesioner diisi oleh responden melalui google form, analisa data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan terdapat hubungan bermakna di setiap variabel aktivitas fisik, stres dan pola tidur terhadap kejadian Premenstrual syndrom(PMS) .


2021 ◽  
Vol 6 (12) ◽  
pp. 6073
Author(s):  
Atni Primanadini ◽  
Cast Torizellia ◽  
Lisa Setia

Coronavirus Disease-2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia yang disebabkan oleh virus Sars Cov-2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan perilaku gerakan mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker terhadap angka kejadian Covid-19. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran variabel pada satu waktu tertentu yang bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Indrasari yang berjumlah 5444 orang, sampel sebanyak 400 responden dengan tehnik pengambilan sampel Simple Random Sampling. Hasil analisis uji Chi-Square menunjukkan ada pengaruh yang antara pengetahuan (p-value= 0,000, OR=0,18) dan perilaku (p-value=0,000, OR=0,29) gerakan 3M terhadap angka kejadian Covid-19. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku gerakan 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak terhadap angka kejadian Covid-19


2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 39
Author(s):  
Estillyta Chairunnisa ◽  
Aryu Candra Kusumastuti ◽  
Binar Panunggal

 Latar Belakang : Stunting merupakan masalah gizi yang banyak ditemukan pada anak di negara berkembang seperti di Indonesia. Stunting yaitu gangguan pertumbuhan disebabkan kekurangan gizi kronis berdasarkan nilai z-score panjang badan menurut umur kurang dari -2 SD. Kecukupan asupan zat gizi mikro yang tidak adekuat menjadi salah satu faktor penyebab terjadi stunting pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan asupan vitamin D, kalsium dan fosfor pada anak  stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan. Metode : Penelitian ini menggunakan desain case-control. Subjek adalah anak stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan di Kelurahan Rowosari dan Meteseh, Semarang. Total subjek pada masing-masing kelompok kasus dan kontrol sejumlah 40 orang. Pengambilan subjek menggunakan metode simple random sampling. Data asupan zat gizi diperoleh dengan menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Analisis zat gizi menggunakan software NutriSurvey. Analisis data secara statistik menggunakan uji Chi Square, Fisher’s exact dan regresi logistik ganda.Hasil : Rerata asupan kalsium dan fosfor pada kelompok kasus sebesar 303,3±2,8 mg dan 440,1±1,9 mg sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 606±3 mg dan 662±2,5 mg. Rerata asupan vitamin D pada kelompok kasus sebesar 2,2±3,3 mcg dan pada kelompok kontrol sebesar 4,8±4,1 mcg. Terdapat perbedaan antara asupan kalsium (p=0,003; OR=4,5) dan fosfor (p=0,001; OR=13,5) pada anak stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan. Tidak terdapat perbedaan asupan vitamin D antara anak stunting dan tidak stunting (p=0,615; OR=3,162).Simpulan: Terdapat perbedaan antara asupan kalsium dan fosfor pada anak stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document