Kejadian Diare dan Perilaku Higienis pada Pengolah Makakanan Pedagang Kaki Lima di Wilayah Tamansari

2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Intan Purnamasari Munajat ◽  
Budiman Budiman ◽  
Lisa Adhia Garina ◽  
Raden Ganang Ibnusantosa ◽  
Fajar Awalia Yulianto

Diare merupakan penyakit menular didalam saluran pencernaan yang merupakan penyebab kematian kedua di dunia serta merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah tuberkulosis dan pneumonia di Indonesia. Faktor risiko penyakit diare adalah kualitas air dan sanitasi yang buruk, serta perilaku pengolahan makanan yang tidak higienis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan perilaku higienis dengan kejadian diare. Metode penelitian ini adalah analitik observasional melalui pendekatan cross sectional dan bersifat kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah pedagang kaki lima yang berdagang di wilayah Tamansari periode April–Juni 2018. Data subjek tersebut diambil menggunakan teknik pengambilan data consecutive sampling yang kemudian dianalisis menggunakan Uji Eksak Fisher. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner baku riset kesehatan dasar tahun 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada subjek penelitian yang tidak higienis dan pernah diare dalam 1 bulan terakhir 92%, tidak higienis dan tidak diare 8%, higienis dan diare 83%, serta higienis dan tidak diare 17%. Nilai p=0,43 tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku higienis dan kejadian diare pada pedagang kaki lima di wilayah Tamansari. Terdapat faktor lain yang didapat saat pengisian kuesioner dan wawancara, yaitu usia dewasa pada responden, konsumsi makanan yang pedas, asam atau berkualitas kurang baik yang perlu dibuktikan dalam penelitian yang lain. THE INCIDENCE OF DIARRHEA AND HYGIENE BEHAVIOUR ON FOOD HANDLER STREET VENDORS AT TAMANSARI REGIONDiarrhea is an infectious disease in gastro intestinal tract wich is the second leading cause of death in the world and the third leading cause of death after tuberculosis and pneumonia in Indonesia. The risk factor of diarrhea is poor water quality and sanitation, and non hygiene food handling. The purpose of this research was to find out the relation one of the risk factor that is hygienic behavior towards the incidence of diarrhea. The method used in this research is observational analytics trough cross sectional approach and quantitative. The subject in this research was street vendors who selling food in Tamansari region during April–June 2018. The method for taking the data from the subject was consecutive sampling and analyzed by fisher’s exact test. Instrument that used in this research is a standard questionnaire from riset kesehatan dasar tahun 2013. The result demonstrate that the subject who hygiene and had diarrhea in the last month was 92%, hygiene and not diarrhea was 8%, hygiene and had diarrhea was 83%, hygiene and not diarrhea was 17%. P value was p=0.43 so the conclusion is there’s no meaningful relation between hygiene behavior towards the incidence of the street vendors diarrhea in Tamansari region. There is another factor found on the answer of the questionnaire and interview that is adult age in the respondents, spicy or sour food consumption, and not good quality of food consumption that need to be proven in another research.

2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 402
Author(s):  
Iskim Luthfa ◽  
Nurul Fadhilah

<p><em>People with diabetes mellitus are at risk of developing complications, so that it affects the quality of life. These complications can be minimized through self-care management. This study aims to determine the relationship between self management with the quality of life for people with diabetes mellitus. This research is a kind of quantitative research with correlation study. This research used cross sectional design. The sampling technique uses non probability with estimation consecutive sampling. The number of respondents in this research are 118 respondents. Instrument for measuring self management used diabetes self management questionnaire (DSMQ), and instruments to measure quality of life used quality of life WHOQOL-BREEF. The data obtained were processed statistically by using spearman rank test formula and p value of 0,000 There is a significant relationship of self management with the quality of life of people with diabetes mellitus.</em></p><p> </p><p><em>Penderita </em><em>Diabetes mellitus </em><em>beresiko mengalami komplikasi yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Komplikasi tersebut dapat diminimalkan melalui manajemen perawatan diri (self management). Penelitian ini bert</em><em>ujuan </em><em>untuk</em><em> menganalisis hubungan self management dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus. </em><em>Jenis p</em><em>enelitian ini </em><em>adalah</em><em> deskriptif korelasi</em><em> dengan desain cross sectional</em><em>. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability </em><em>sampling </em><em>dengan pendeka</em><em>t</em><em>an consecutive sampling</em><em>.</em><em> </em><em>J</em><em>umlah </em><em>sampel sebanyak</em><em> </em><em>118 responden.</em><em> </em><em>Instrumen </em><em>penelitian </em><em>untuk mengukur self management </em><em>menggunakan</em><em> </em><em>diabetes self management questionnaire</em><em> (DSMQ), </em><em>dan instrumen untuk mengukur kualitas hidup menggunakan </em><em>quality of life </em><em>WHOQOL-BREEF.</em><em> Analisis data menggunakan spearman rank dan didapatkan hasil nilai </em><em>p value 0,000</em><em> dan r 0,394.Terdapat </em><em>hubungan </em><em>antara </em><em>self management</em><em> dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus</em><em> dengan arah korelasi positif.</em></p>


2021 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 157
Author(s):  
Arnika Dwi Asti ◽  
Shynta Novariananda ◽  
Tri Sumarsih

Prevalensi stroke meningkat setiap tahunnya. Pasien stroke mengalami kelumpuhan anggota tubuh yang menyebabkan perubahan dan penurunan fungsi kehidupan fisik dan psikologis. Kondisi ini membuat pasien stroke membutuhkan bantuan orang lain dalam aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, salah satu anggota keluarga sebagai unit terdekat pasien akan berperan sebagai caregiver yang membantu memenuhi kebutuhan pasien stroke. Caregiver sendiri juga memiliki orientasi pemenuhan kebutuhan, perawatan dan pikiran untuk diri sendiri. Pengabaian pemenuhan kebutuhan ini dapat mengakibatkan stres fisik dan mental pada caregiver. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan beban caregiver dengan stres keluarga pada pasien stroke. Ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Sejumlah 122 orang caregiver utama diambil sebagai responden penelitian dengan tehnik consecutive sampling. Data dianalisa menggunakan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berada pada rentang beban sedang sebanyak 63 orang (51,64 %) dan tingkat stres sedang sebanyak 60 orang (49,18%). Uji korelasi chi-square menunjukkan nilai p value 0,035 < 0,05 sehingga dinyatakan terdapat hubungan antara beban caregiver dengan tingkat stres keluarga pada pasien stroke. Semakin tinggi beban caregiver maka tingkat stres yang dirasakan juga semakin tinggi. Penting bagi perawat jiwa untuk mengetahui mengenai beban caregiver dan stres yang dirasakan sehingga dapat membantu melalui program manajemen stres bagi caregiver pasien stroke.


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Muhamad Alfian Adyatma ◽  
Murtaqib Murtaqib ◽  
Baskoro Setioputro

Stress becomes one of the factors causing hypertension. The correlation of stress and hypertension occurs through sympathetic nerve activities, which can gradually increase blood pressure. Spirituality is one of coping to deal with stress. Someone who has a high spiritual level is believed that his belief and relationship with God are better. This study analyzed the correlation between spirituality and stress in hypertension patients at the Cardiology unit of dr. H. Koesnadi Hospital-Bondowoso. The variables were Spirituality and Stress. The research design was observational analytic with a cross-sectional approach with 84 respondents obtained using consecutive sampling technique. The data collection was carried out by giving the Daily Spiritual Experience Scale (DSES) and Perceived Stress Scale (PSS) questionnaire on August 14th-28th 2018. The results of analysis using the Spearman correlation test were p value = 0.001 and r = -0,429 (p <0, 05), indicated a significant correlation between spirituality and stress in hypertension patients. A person who has good spirituality can control his chronic disease and help him to manage his conditions patiently, calmly and can determine his life goals. Suggestions for nurses are to be able to provide motivation to patients to accept the disease and improve adherence to the treatment.      


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 167-175
Author(s):  
Friska Ernita Sitorus

Kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Pihak manajemen juga dapat menggunakan pengukuran kinerja sebagai alat untuk mengevaluasi organisasi. Dalam rangka peningkatan manajemen di tingkat Puskesmas, maka unsur-unsur manajemen yang terdiri atas perencanaan, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, pengendalian dan penilaian telah dikernbangkan. Penerapan fungsi-fungsi manajemen sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai puskesmas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan manajemen dengan kinerja petugas kesehatan. Penelitian bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan sebanyak 150 orang dengan jumlah sampel 88 orang. Sampel diambil dengan menggunakan consecutive sampling. Penelitian ini dianalisis uji chi-square dan Regresi Logistik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa perencanaan, (p-value 0,02), pelaksanaan dan pengendalian (p-value 0,01), pengawasan dan pertagnggungjawaban (p-value 0,00) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja petugas kesehatan. Berdasarkan analisis multivariate didapatkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja petugas kesehatan adalah Pengawasan dan Pertanggungjawaban dimana p-value 0.03 dan nilai Exp (B) 5,885 dimana Pengawasan dan Pertanggungjawaban yang dilakukan dengan baik mempunyai peluang 5.885 kali petugas kesehatan melakukan kinerja yang baik dibandingkan dengan Pengawasan dan Pertanggungjawaban yang cukup. perencanaan, (p-value 0,02), pelaksanaan dan pengendalian (p-value 0,01), pengawasan dan pertagnggungjawaban (p-value 0,00) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja petugas


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 91
Author(s):  
Dewi Fransisca ◽  
Yanwirasti Yanwirasti ◽  
Eliza Anas

<p><em>Injection contraception is one of the popular contraceptive methods, widely used by KB acceptors (40,88%). Second place is pill contraception (28,48%). </em><em>Depo Medroxyprogesteron Acetate (DMPA) is</em><em> one of the injectable contraceptives that is widely used kb acceptor.</em> <em>DMPA has several side effects include changes in serum lipid metabolism in the long-term use</em>. <em>This study aims to </em><em>the effect of the duration of the use </em><em>depo medroxyprogesterone acetate </em><em>on the levels of LDL and HDL</em><em>.</em> <em>The study was conducted in Lubuk Buaya Public Health and Laboratory of Biochemistry, Faculty of Medicine, University of Andalas Padang in September 2016 to January 2017. Type of study was observational using cross sectional design. Samples numbered 32 people, consisting of two groups of depo medroxyprogesterone acetate acceptor &gt; 3 years, depo medroxyprogesterone acetate acceptors &lt; 3 years.</em> <em>This samples was taken using consecutive sampling technique</em><em>.</em> <em>Blood was collected from the subject of research by intravenous and measured by</em><em> </em><em>Colorimetric Enzymatic Method (CHOD-PAP)</em><em> </em><em>for</em><em> </em><em>LDL and HDL.</em><em> </em><em>The average LDL in two groups study was 93.29 ± 22.83 mg/dl, 90.51 ± 18.22 mg/dl. The average HDL in the two groups study was 70,04 ± 16,4 mg/dl, 65,98 ± 9,7 mg/dl.</em><em></em></p>


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 94-97
Author(s):  
Yolandita Aura ◽  
Noerfitri Noerfitri

Pendahuluan: Keadaan remaja yang mudah dipengaruhi lingkungan sekitar dapat berpengaruh terhadap sikap serta perilaku giziya termasuk dalam hal kebiasaan makannya, dan bila tidak disadari secara dini akan berdampak pada kesehatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan sikap dan perilaku gizi seimbang pada remaja di SMA Korpri Bekasi. Metode: Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X-XI sebanyak 130 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah ditetapkan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dilakukan secara daring dengan google form. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan di SMA Korpri Bekasi. Hasil: Hasil analisis univariat, siswa yang memiliki pengetahuan yang baik sebesar 53,1% dan pengetahuan yang kurang baik sebesar 46,9% sedangkan yang memiliki sikap yang positif 56,9% dan yang memiliki sikap negatif 43,1%. Hasil bivariate dengan uji chi-square didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan sikap gizi p-value = 0,514 (p>0,05) dan terdapat hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan perilaku gizi seimbang p-value = 0,032 (p<0,05), dengan nilai OR = 0,466. Kesimpulan: Diharapkan melalui seminar dan bimbingan dari pihak sekolah dapat menambah pengetahuan dan memperbaiki sikap serta perilaku siswa terkait gizi seimbang.


Author(s):  
Erna Julianti ◽  
Fajar Tri Waluyanti ◽  
Alleni Dekania

Kompleksitas perawatan bayi yang intensif  menyebabkan ada perawatan rutin yang terlewatkan sehingga dapat memperpanjang lama perawatan, risiko rawat ulang, meningkatkan komplikasi bayi, dan menurunkan kepuasan orang tua. Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan perawatan bayi prematur di ruang Perinatologi. Teknik consecutive sampling dilakukan untuk memilih 59 perawat yang merawat bayi prematur di ruang Perinatologi Rumah Sakit Jakarta. Analisis dilakukan secara univariat,dan bivariate. Uji statistik yang digunakan adalah uji pearson dan regresi linear. Hasil analisis didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sumber tenaga perawat, komunikasi, usia, lama kerja perawat, dan pelatihan  dengan pelaksanaan perawatan bayi prematur dengan p Value 0,014, 0,004, <0,001, <0,001, <0,001. Bagi pelayanan keperawatan dapat menjadi evaluasi terhadap kinerja perawat untuk meningkatkan kualitas perawatan bayi prematur


Jurnal JKFT ◽  
2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Popy Irawati ◽  
Arif Firmansyah

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Tujuan Peneitian Untuk mengetahui factor- dukungan keluarga  yang berhubungan dengan kepatuhan dalam menjalankan diet pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Cipondoh Kota Tangerang-Banten. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes millietus sebanyak 86 responden. Teknik pengambilan sampel yang dipilih secara non probability sampling yaitu pemilihan sampel yang tidak dilakukan secara acak. Dengan teknik Consecutive Sampling. Hasil uji chi-square dengan menunjukan p value α 0,01 sehingga Ha diterima bahwa terdapat hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet pada pasien Diabetes Militus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 94-97
Author(s):  
TLS Gowri ◽  
M Ramadevi ◽  
Aparna Vedapriya ◽  
V Janaki ◽  
Jana Siva Koti Srinivasa Rao ◽  
...  

Qualitative dissections require knowledge of dissection tool kit and dissection skills which acquired will allow dissector to take care for cadaveric donor while acquiring the experience and knowledge of a successful dissection. This promotes the researcher to equip the learner in initial phase with dissection skills and tools.The main objective of the study is to analyse the learner prior and after interventional sessions as to how effective the session would be helpful in improving the quality and participation of learners in dissection. A qualitative prospective cross-sectional study was done in 168 Learners of I MBBS by an interventional session on the topic through General lecture and demonstration. Learners were assessed prior and after the interventional session by same validated questionnaire. Perceptions of learners were also taken. The obtained data were compared and its significance was analysed by Chi-square test using Epi info 7.1 software.The pre and post-test scores showed a significant improvement of 64 percent on average with p value less than 0.001 indicating that the session was fruitful. 80% of learners also opined that the session stimulated interest in the subject and improved their dissection skills.An interventional session on “Awareness of dissection skills and tools” in the initial phase would increase the Learners performing quality dissections with ease. This would also help the learner to acquire better independent surgical skills and understanding in clinical phases of learning and therefore would recommend it in early phase of I MBBS Anatomy.


e-CliniC ◽  
2014 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Richie Irvanto Ciandra ◽  
Corry N. Mahama ◽  
Melke J. Tumboimbela

ABSTRACT: Stroke is a big health problem in all industrial nations. In Indonesia, the prevalence of stroke keeps on increasing with each passing year. In addition to physical complaints suffered, sexual function may affect the patient’s. Erectile dysfunction is a problem that often arises in stroke patients. Purpose: This research is aimed in understanding describe of erectile dysfunction and the relationship between the risk factor namely diabetes mellitus and hypertension among stroke patients. Methods: The research method used is analytic descriptive with cross sectional approach. The study subjects were 40 men stroke patients, recruited by consecutive sampling in Polyclinic Neurology RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado during the period of November to December 2013. The measurement of erectile dysfunction used International Index of Erectile function/IIEF-5. Conclusion: Stroke patients who experience erectile dysfunction by 85%, with the highest amount on mild erectile dysfunction and mild to moderate erectile dysfunction at  35% dan 32,5%. Age most experienced erectile dysfunction are in the age group 35-44 years and >75 years. Low levels of education may suffer from erectile dysfunction is higher than the high education level. And the insiden of erectile dysfunction among stroke patients having risk factor of diabetes mellitus were higher than haven’t (OR=2,391). While hypertension risk factors correlated with a reduced risk of disease (OR=0,771). Keywords: Stroke, erectile dysfunction, diabetes mellitus, hypertension   ABSTRAK: Stroke merupakan masalah kesehatan yang besar di negara-negara industri, prevalensi stroke di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain keluhan fisik yang diderita, keadaan fungsi seksual dapat mempengaruhi penderita. Disfungsi ereksi merupakan masalah yang sering timbul pada pasien stroke. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran disfungsi ereksi dan hubungan diabetes melitus dan hipertensi terhadap kejadian disfungsi ereksi pada pasien stroke. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 40 pasien stroke laki-laki yang diambil secara consecutive sampling di Poliklinik Neurologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selama bulan November - Desember 2013. Pengukuran disfungsi ereksi menggunakan International Index of Erectile Function/IIEF-5. Simpulan: Pasien stroke yang mengalami disfungsi ereksi sebesar 85% dengan jumlah terbanyak pada disfungsi ereksi ringan dan disfungsi ereksi ringan sampai sedang sebesar 35% dan 32,5%. Umur terbanyak mengalami disfungsi ereksi terletak pada kelompok umur 35-44 tahun dan >75 tahun. Tingkat pendidikan rendah dapat mengalami disfungsi ereksi lebih tinggi daripada yang tingkat pendidikannya tinggi. Dan insiden disfungsi ereksi diantara pasien stroke yang mempunyai faktor resiko diabetes melitus adalah lebih tinggi daripada yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut (OR=2,391). Sedangkan faktor resiko hipertensi berkorelasi dengan berkurangnya resiko penyakit (OR=0,771). Kata Kunci: Stroke, disfungsi ereksi, diabetes melitus, hipertensi


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document