scholarly journals Perbedaan Model Problem Based Learning dengan Discovery Learning terhadap Higher Order Thingking Skills dan Self Directed Learning di Sekolah Dasar

2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 301-309
Author(s):  
Friska Efendi ◽  
Yanti Fitria ◽  
Farida F ◽  
Hadiyanto Hadiyanto

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan yang menggunakan model Discovery Learning (DL) pada pembelajaran tematik terpadu Kelas V di SD Negeri 03 Sintuak Toboh Gadang. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain Quasi Exsperimental dengan bentuk non equivalent control group design. Teknik sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling dengan berdasarkan hasil normalitas dan homogenitas maka terrpilihlah SDN 03 Sintuak Toboh Gadang dengan sampel yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen I kelas V.A menggunakan model Problem Based Learning yang berjumlah 24 siswa dan kelas eksperimen II kelas V.B menggunakan model Discovery Learning yang berjumlah 24 siswa. Hasil penelitian terlihat bahwa hasil uji-t diperoleh thitung -3,6 < ttabel 1,7 maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penggunaan model Problem Based Learning dengan Discovery Learning terhadap High Order Thinking Skills dan Self Directed Learning di kelas V Sekolah Dasar.

2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 96
Author(s):  
Mar Athul Wazithah T. ◽  
Thamrin Tayeb ◽  
Fitriani Nur ◽  
Lisnasari Andi Mattoliang ◽  
Suharti Suharti

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara penerapan model discovery learning dan penerapan model problem based learning. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan non equivalent control group design. Adapun populasi yang diteliti yaitu semua siswa kelas VIII di MTs Madani Alauddin, Kabupaten Gowa. Pemilihan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah soal pretest dan posttest kemampuan pemahaman matematis. Teknik analisis data yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kemampuan pemahaman matematis dengan penerapan model discovery learning adalah 63,97 dengan standar deviasi 12,783. Sedangkan rata-rata kemampuan pemahaman matematis dengan penerapan model problem based learning yaitu 72,31 dengan standar deviasi 16,175. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara yang menerapkan discovery learning dan problem based learning dengan nilai sig. 0,014 < 0,05 yang berarti H0 ditolak. Dengan demikian, kemampuan pemahaman matematis siswa kelas VIII di MTs Madani Alauddin yang diajar dengan model problem based learning lebih tinggi dibandingkan dengan model discovery learning.


2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 38
Author(s):  
Asrani Assegaff ◽  
Uep Tatang Sontani

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berfikir analitis siswa di sekolah, salah satunya dengan Model Problem Based Learning (PBL). Hal ini sejalan dengan pendapat menurut Perez dan Uline (Schechter, 2011) bahwa PBL telah banyak dipahami sebagai manfaat bagi mempersiapkan para pemimpin sekolah dengan berkontribusi terhadap kemampuan berfikir analitis dan strategis mereka. Selain itu, John Dewey (Miller, 2004) yang merupakan seorang filsuf dan pendidik, menjelaskan bahwa "masalah adalah stimulus untuk berfikir”. Kedua pendapat tersebut menguatkan bahwa PBL berkontribusi baik bagi para guru maupun siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir analitis dan strategi dalam pembelajaran. Kajian ini menggunakan metode kuasi eksperimen, dan bentuk kuasi eksperimen yang dipilih adalah Nonequivqlenty Control Group Design. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes, observasi, dan studi dokumentasi sedangkan teknik analisis data menggunakan uji-t untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan berfikir analitis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Subjek penelitian ini yaitu Kelas XI AP 4 sebagai kelas eksperimen dan Kelas XI AP 2 sebagai kelas kontrol. Hasil kajian menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berfikir analitis yang signifikan antara kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dengan kelas kontrol yang menggunakan model Guide Discovery Learning. Namun, perolehan rata-rata skor kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Artinya, sekolah dapat menerapkan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berfikir analitis siswa.Kata Kunci: problem based learning, guide discovery learning, berfikir analitis. IMPROVED ABILITY TO ANALYTICAL THINKING WITH  A PROBLEM BASED LEARNING MODELMany efforts should be made to improve analytical thinking ability of students in the school, one of them with a Model Problem Based Learning (PBL). This is in line with the opinion by Perez and Uline (Schechter, 2011) that PBL has been widely understood as the benefits to prepare school leaders to contribute to the ability to think analytically and strategically them. In addition, John Dewey (Miller, 2004) which is a philosopher and educator, explained that "the problem is the stimulus to think." Second opinions reinforces that PBL contribute both for teachers and students to improve think analytically and strategies in learning. this study using a quasi-experimental, and form a quasi-experimental chosen is Nonequivqlenty Control Group Design. the data collection technique using tests, observation and documentation, while data analysis techniques using t-test to see differences increase the ability to think analytically between the experimental class and control class. this research subject is class XI AP 4 as an experimental class and class XI AP 2 as a control group. the results of the study showed that an increase in the ability to think analytically significant among experimental class using the model of Problem Based Learning (PBL) with grade control using a model of Discovery Learning Guide. However, the acquisition of the average score of the experimental class is higher than the control class. That is, schools can apply the model of Problem Based Learning (PBL) to improve students' ability to think analytically.Keywords: problem based learning, guide discovery learning, analytical thinking


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 139 ◽  
Author(s):  
Wartono Wartono ◽  
Johannis Takaria ◽  
John Rafafy Batlolona ◽  
Sascha Grusche ◽  
Muhammad Nur Hudha ◽  
...  

Inquiry-discovery learning plays an important role in improving high-order thinking skills (HOTS) and scientific literacy (SL). In this HOTS and SL research, it was designed with Inquiry-discovery based learning. The purpose of this study was to promote Inquiry discovery models in empowering higher-order thinking skills and scientific literacy in physics with different classes. This research used Quasi-Experimental Design research, and Pretest-Posttest Control Group Design. The research analysis design matrix used two-way ANOVA. The sample was taken from two classes, namely the experimental and control classes of 68 students. The results of the study prove that Inquiry discovery can improve HOTS and SL physics of students. Thus, inquiry-discovery can be recommended to increase student's HOTS and SL physics when compared to conventional classes. The novelty of this study is that inquiry-discovery learning models are more likely to reconstruct students' scientific knowledge of physics on aspects of HOTS and SL with real-world life.


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 371
Author(s):  
Febry Royantoro ◽  
Mujasam Mujasam ◽  
Irfan Yusuf ◽  
Sri Wahyu Widyaningsih

Higher Order Thinking Skills (HOTS) sangat diperlukan oleh peserta didik guna meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi masalah pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik di SMA Negeri 1 Manokwari yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika yang menurut mereka rumit. Salah satu model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir peserta didik atau HOTS melalui penyelesaian masalah yaitu Problem Based Learning (PBL). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis apakah terdapat pengaruh yang signifikan HOTS peserta didik yang diajar menggunakan model PBL dengan yang diajar menggunakan model konvensional. Metode yang digunakan yaitu Quasi Eksperimental dengan Non Equivalent Control Group Design. Teknik purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel yaitu Kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 24 orang dan kelas XI IPA 5 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 32 orang. Hasil analisis uji prasyarat diperoleh bahwa data nilai HOTS peserta didik tidak terdistribusi normal dan tidak homogen sehingga dilakukan uji non parametrik wilcoxon. Nilai rata-rata HOTS peserta didik pada kelas eksperimen dan kontrol ditinjau dari aspek kognitif menganalisis 35,6 dan 32,6, mengevaluasi 60,8 dan 63,3, serta mengkreasi 32,3 dan 16,9. Nilai signifikansi uji wilcoxon sebesar 0,000 (sig 2-tailed < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan HOTS peserta didik yang diajar menggunakan model PBL dengan yang diajar menggunakan model konvensional. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap HOTS peserta didik. Higher Order Thinking Skills (HOTS) is needed by students to improve their ability to overcome learning problems. The results of the observation show that there were still many students in SMA Negeri 1 Manokwari who have difficulties in understanding the concept of physics which they think is complicated. One learning model that can train students' thinking skills or HOTS through problem solving is Problem Based Learning (PBL). The purpose of this study was to analyze whether there was a significant influence of HOTS students that were taught using PBL models with those taught using conventional models. The method used was Quasi-Experimental with Non-Equivalent Control Group Design. The purposive sampling technique was used in the selection of samples, namely Class XI Science 2 as an experimental class totalling 24 people and class XI IPA 5 as a control class totalling 32 people. The results of the prerequisite test analysis showed that the HOTS valuesof students were not normally distributed and were not homogeneous so that the non parametric test of Wilcoxon was carried out. The average score of HOTS of students in the experimental and control classes viewed from the cognitive aspect analyzed 35.6 and 32.6, evaluated 60.8 and 63.3, and created 32.3 and 16.9. Wilcoxon tested significance value was 0,000 (sig 2-tailed <0,05) which shows that there was a significant influence of HOTS students that were taught using PBL models with those taught using conventional models. It can be concluded that PBL learning models affect HOTS students.


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 76-93
Author(s):  
Anita Kurniawati Hartina ◽  
Endi Permata ◽  
Mohammad Fatkhurrokhman

Dilakukannya penelitian ini meliputi latar belakang berdasarkan rendahnya hasil belajar siswa untuk mata pelajaran instalasi tenaga listrik kelas XII program keahlian Teknik Ketenagalistrikan di SMK PGRI 1 Kota Serang. Tujuan atas pelaksanaan penelitian ini ialah untuk mengetahui: (1) Bagaimana efektivitas model pembelajaran problem based learning dibandingkan model konvensional pada hasil belajar instalasi tenaga listrik siswa, (2) Bagaimana efektivitas model pembelajaran inquiry dibandingkan model konvensional pada hasil belajar instalasi tenaga listrik siswa, (3) Bagaimana perbedaan efektivitas  model pembelajaran problem based learning, model pembelajaran inquiry dan model konvensional terhadap hasil belajar instalasi tenaga listrik siswa. Pada kegiatan penelitian ini digunakannya metode penelitian quasi eksperiment pada desain penelitian non equivalent control group design. Instrumen pengumpul data untuk digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes hasil belajar instalasi tenaga listrik (pretest dan posttest). Teknik analisis data pada penelitian ini memakai uji Anova Satu Jalur. Uji beda rata-rata dihasilkan nilai sig.< 0,05 yakni menunjukkan bahwa adanya perbedaan rata-rata dari ketiga kelompok. Efektivitas model pembelajaran Inquiry lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, diperlihatkan dengan nilai effect size sebesar 0,97 sedangan untuk model Problem Based Learning sebesar 0,33. Berdasarkan pada hasil tersebut bisa disimpulkan untuk model pembelajaran Inquiry lebih efektif dibandingkan model konvensional terhadap hasil belajar instalasi tenaga listrik siswa, model Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan model konvensional terhadap hasil belajar instalasi tenaga listrik siswa, dan model Inquiry lebih efektif dibandingkan model Problem Based Learning terhadap hasil belajar instalasi tenaga listrik siswa.   


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 70 ◽  
Author(s):  
Putu Agus Eka Mastika Yasa ◽  
Wilibaldus Bhoke

"> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar dengan model problembased learning dan siswa yang belajar dengan model Pembelajaran Konvensional pada siswa SD. Jenis penelitian ini ialahquasi eksperimen dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group design. Teknikpengambilan sampel dalam penelitian terdiri atas dua yaitu: pengambilan kelas penelitian dengan menggunakan teknikrandom, sedangkan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik intac group. Populasi penelitian ini ialah seluruh siswakelas V Gugus II Kecamatan Jerebuu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Uji hipotesis menggunakan uji-t.Sebelum menghitung uji-t, terlebih dahulu dicari nilai Gain Score dinormalisasi (GSn). Dari perhitungan tersebut diperolehrata-rata hasil belajar Matematika, yakni rata-rata hasil belajar Matematika kelompok eksperimen lebih besar dari rata-ratahasil belajar Matematika kelompok kontrol (0,53 > 0,37). Hasil uji-t diperoleh thitung (5,673) dan ttabel (2,052) dengan derajatkebebasan (db) = n1 + n2 – 2 = 27 dan taraf signifikansi 5%, maka thitung > ttabel. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterimasehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya dimana terdapat perbedaan yang signifikanhasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model problem based learningdengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwamodel problem based learning berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada siswa SD.


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 159
Author(s):  
SRI YULIANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran matematika kelas X di SMA Bait Al-Quran Kayuagung Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan rancangan non-equivalent control group design. Sampel penelitian ini adalah kelas X Palestina sebagai kelas eksperimen dan kelas X Yaman sebagai kelas kontrol. Sampel penelitian ini dipilih dengan teknik purposive sampling. Proses pembelajaran di kelas eksperimen mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan di kelas kontrol diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan data menggunakan teknik tes berbentuk soal essai berjumlah lima soal untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikan (α) = 0,05. Berdasarkan analisis t-test data test akhir diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,00 < 0,05 kemudian menurut basis pengambilan keputusan dalam T-Test dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti, bahwa ada pengaruh yang signifikan model PBL pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Bait Al-Quran Kayuagung.


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 58
Author(s):  
Laylah Fiamanillah Ahmad ◽  
Muhammad Danial ◽  
Tabrani Gani

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model pembelajaran terhadap kemandirian belajar peserta didik dan mengetahui pengaruh model pembelajaran terhadap pemahaman konsep peserta didik kelas XI MIA di SMA Negeri 2 Gowa pada materi larutan penyangga. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Desain penelitian adalah non-equivalent control group. Terdapat dua variable yaitu, variabel bebas adalah model pembelajaran yang terdapat dua varians yaitu kelas eksperimen dengan model discovery learning dan kelas eksperimen dengan model pembelajaran langsung. Variabel terikat adalah kemandirian belajar dan pemahaman konsep.  Metode pengumpulan data melalui pengambilan data dengan cara data tes hasil belajar dan pemberian angket kemandirian belajar dianalisis. Hasil penelitian ini menunjukan nilai thitung pada uji hipotesis pengaruh model pembelajaran dengan kemandirian belajar sebesar 0,572 dengan pvalue > 0,05 yaitu 0,570. Pada uji hipotesis pengaruh model pembelajaran dengan pemahaman konsep menunjukkan nilai thitung sebesar 3,275 dengan pvalue < 0,05 yaitu 0,002. Kata kunci: model pembelajaran, kemandirian belajar, pemahaman konsep, larutan penyangga.  ABSTRACTThis study aims to determine the effect of instructional model toward self-directed learning and concepts understanding of student’s grade XI MIA SMA NEGERI 2 GOWA study on buffer solution’s subject. This research was quasi-experimental. The research design was a non-equivalent control group. There are two variables; the independent variable was the instructional model that has two variances, namely the experimental classes with discovery learning and experimental classes with direct learning models. The dependent variable was self-direct learning and understanding of concepts. Methods of collected data through data collection by means of learning outcomes test data and the provision of learning independence questionnaires was analyzed. The results of the study reveals the value of tcount in the hypothesis test of the effect instructional models with self-directed learning shown 0.572 with pvalue > 0.05 is 0.570. In the hypothesis test the influence of the instructional models with understanding the concept reveals the value of tcount of 3.275 with pvalue  < 0.05 is 0.002. Keywords: instructional model, self-directed learning, understanding concept, buffer solution.


2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 80
Author(s):  
Serra Oktafoura Suminar ◽  
Rini Intansari Meilani

Model pembelajaran adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik di kelas. Artikel ini membahas hasil penelitian kuasi eksperimen yang ditujukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Discovery Learning dan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap prestasi belajar 70 orang peserta didik sebuah SMK, pada Mata Pelajaran Korespondensi, kompetensi dasar mengidentifikasi prosedur pembuatan surat dinas. Dengan menggunakan non-equivalent control group design, hasil analisa data menunjukkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning lebih cocok dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mempelajari kompetensi dasar mengidentifikasi prosedur pembuatan surat dinas, dibandingkan model pembelajaran Problem Based Learning. Dengan demikian, model pembelajaran Discovery Learning dapat menjadi salah satu alternatif bagi para guru Mata Pelajaran Korespondensi dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran tersebut.Kata Kunci: Discovery Learning, Problem Based Learning, Prestasi Belajar THE INFLUENCE OF DISCOVERY LEARNING AND PROBLEM BASED LEARNING MODELS ON STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENTTeaching and learning model is one of the factors influencing students’ learning achievements. This article discusses results of a quasi-experimental study which aims to investigate the influence of  discovery learning and problem-based learning models on learning achievements of 70 vocational high school students, in the subject of Correspondence (in the competence of identifying the procedure of writing official letters). Using non-equivalent control group design, results of data analysis show that discovery learning model is more suitable to improve students’ learning achievements in the competence of identifying the procedure of writing official letters, compared to problem based learning model. Thus, discovery learning is worth using by teachers of the subject to improve the learning achievements of their students in this subject. Keywords: Discovery Learning, Problem Based Learning, Learning Achievement


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
M. Lutfi Firdaus ◽  
Sasti Yuliafitri ◽  
Eko Swistoro ◽  
Ghufira Ghufira ◽  
Rendy W. Wardana

This study aims to describe the differences in students’ critical thinking skill between class which use discovery learning and conventional learning in electromagnetic wave material. The research method used was a quasi-experimental method with a non-equivalent control group design which was conducted in MAS 01 Darussalam Kepahiang. In non-equivalent control group design, the sample (was) not taken randomly but by purposive sampling technique. The research sample taken by the researcher consists of two classes,  (i.e.) the class XII A2 as an experimental class and the class XII A3 as a control class. Both classes were given a pretest to find out the students’ fundamental critical thinking skills and a posttest to find out the students' final critical thinking skills. This research was conducted in two meetings according to subchapters on electromagnetic wave material. Discovery learning model was applied in the experimental class with the steps of learning are stimulation, problem statement, data collection, data processing, verification, and generalization. The average value of critical thinking of the experimental class student was 65.7 and (the) control class was 48.12 with a value of sig. (2-tailed) = 0.000 sig. α = 0.05. Based on the results, it can be concluded that there is a significant difference in students’ ' critical thinking skills using the discovery learning model with the critical thinking skills of students using conventional learning.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document